Thursday, August 27, 2020

IBADAH ASAL-ASALAN MENDATANGKAN KUTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2020

Baca:  1 Samuel 7:1-14

"Kalau kamu hendak kembali kepada TUHAN dan menyembah Dia dengan sepenuh hatimu, haruslah kamu membuang semua dewa asing dan patung Dewi Asytoret. Serahkanlah dirimu sama sekali kepada TUHAN dan berbakti kepada-Nya saja,..."  1 Samuel 7:3  (BIS)

Sebagai bangsa pilihan Tuhan, bangsa Israel mengalami kasih dan kemurahan Tuhan secara luar biasa.  Bangsa Israel benar-benar menjadi obyek kasih Tuhan!  "Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati."  (Yesaya 40:11).  Dari hari ke hari Tuhan memberkati mereka dengan perlindungan, pemeliharaan dan pembelaan-Nya yang teramat sempurna.  Meski demikian mereka masih saja tegar tengkuk, bahkan sering meninggalkan Tuhan dan membuat hati Tuhan cemburu, oleh karena mereka berpaling kepada pemyembahan berhala.

     Tatkala Samuel menjadi nabi Tuhan ia mendapati banyak sekali kejahatan terjadi!  Mereka meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala-berhala yaitu Baal dan Asytoret.  Akibat dari kejahatan yang diperbuatnya mereka harus menuai akibatnya, yaitu diserang oleh bangsa Filistin secara bertubi-tubi, sehingga mereka terus mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Bisa dikatakan bangsa Israel saat itu berada dalam masa yang gelap dan mengalami degradasi iman.  Melihat kondisi ini nabi Samuel menegur mereka dengan keras dan memperingatkan mereka untuk segera bertobat, berbalik kepada Tuhan dan menjauhkan ilah-ilah asing dari antara mereka, sebelum hal-hal yang jauh lebih buruk menimpa.  Kalau mereka mau bertobat dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan menunjukkan belas kasihan-Nya dan melepaskan mereka dari tangan orang Filistin.  Karena itu Samuel segera mengumpulkan segenap umat Israel dan menyerukan pertobatan!  Tanda pertobatan adalah menyingkirkan berhala-berhala itu.  "Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN."  (1 Samuel 7:4).

     Banyak orang Kristen beribadah kepada Tuhan asal-asalan.  Ibadahnya dipenuhi dengan kepura-puraan karena mereka masih melakukan dosa secara sembunyi-sembunyi.

Ibadah tanpa pertobatan sejati adalah sia-sia di hadapan Tuhan!

Wednesday, August 26, 2020

TERBANG MENGATASI BADAI HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2020

Baca:  Ayub 39:1-33

 "Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?"  Ayub 39:30

Salah satu kebiasaan hidup burung rajawali yang menjadi nilai lebih adalah terbang membubung tinggi  (ayat nas).  Inilah kebiasaan hidup burung rajawali yang unik, yang mungkin tidak dilakukan oleh burung-burung jenis lain, yaitu selalu terbang tinggi di atas badai, bukan di dalam atau di bawah badai.  Karakter seperti itulah yang seharusnya dimiliki orang percaya:  memiliki keberanian untuk menghadapi badai persoalan!

     Namun dalam praktik hidup sehari-hari banyak dari kita yang justru tenggelam di dalam badai.  Kita begitu mudah dikalahkan oleh situasi atau keadaan yang membuat kita semakin frustasi, kecewa, putus asa, kehilangan sukacita dan damai sejahtera, akhirnya kita mengalami kekalahan demi kekalahan.  Alkitab secara tegas menyatakan bahwa setiap orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus  "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita"  (Roma 8:37).  Selain itu burung rajawali memiliki kebiasaan unik yang lain yaitu membuat sarang di atas bukit yang tinggi:  "Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi."  (Ayub 39:31).  Kebanyakan burung membuat sarangnya di atas dahan pohon, tetapi burung rajawali membuat sarangnya di atas bukit yang tinggi, sehingga sarangnya akan aman dan tidak terjangkau oleh siapa pun.  Ini berbicara tentang kehidupan orang percaya yang menjadikan Tuhan tempat perlindungan,  "...gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;"  (Yesaya 2:2).

     Di atas bukit batu-Nya kita aman dan terlindungi.  "Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku."  (Mazmur 71:3).  Karena itu tak perlu takut menghadapi badai hidup ini karena kita punya Tuhan sebagai tempat perlindungan yang tinggi.  Tak semua orang bisa naik ke gunung Tuhan yang tinggi!  "'Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?' Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu."  (Mazmur 24:3-4).

Bersama Tuhan, orang benar akan terbang bagai rajawali, mengatasi badai hidup!