Friday, August 21, 2020

JEMAAT FILADELFIA: Ketaatan Membuka Pintu

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2020

Baca:  Wahyu 3:7-13

 "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  Wahyu 3:8b

Kota Filadelfia ini terletak di wilayah propinsi Asia Kecil yakni di negara Turki, tepatnya kota Alashehir.  Jika dibandingkan dengan kota-kota yang disebutkan oleh rasul Yohanes, kota Filadelfia ini bisa dikatakan sebagai kota yang terkecil.

     Jemaat di Filadelfia adalah jemaat yang mendapatkan penilaian sangat baik dari Tuhan meski secara kuantitas tampak kecil, sangat sederhana dan minim secara ekonomi.  Tuhan memuji mereka,  "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  (ayat nas), padahal dalam pengiringannya akan Kristus mereka diperhadapkan dengan tantangan yang tak mudah, karena ada  "...beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta,"  (Wahyu 3:9), yang berusaha untuk menghasut, mengacaukan dan melemahkan, tapi jemaat di Filadelfia tetap kuat, tidak goyah iman, apalagi sampai menyangkal Kristus.  Ada jaminan perlindungan Tuhan bagi orang benar:  "Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi."  (Wahyu 3:10).

     Kepada jemaat di Filadelfia ini Tuhan menyebut diri-Nya Yang Kudus dan Yang Benar.  Ini penegasan bahwa kekudusan dan kebenaran adalah dua elemen penting yang tak bisa dipisahkan:  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,"  (1 Petrus 1:15).  Tanpa kekudusan dan kebenaran kita takkan bisa menyentuh hati Tuhan, takkan bisa mengerakkan tangan Tuhan bekerja untuk kita.  Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  (Wahyu 3:8).  Sekalipun tampak kecil dan tak berarti di mata manusia, keberadaan jemaat Filadelfia sangat berharga di mata Tuhan.

Kalau kita hidup dalam kekudusan dan kebenaran, pintu-pintu berkat Tuhan bukakan bagi kita!

Thursday, August 20, 2020

JEMAAT SARDIS: Hidup Tapi Mati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2020

Baca:  Wahyu 3:1-6

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!"  Wahyu 3:1
 
Secara geografis letak kota Sardis sangat srategis karena berada di dataran Lembah Hermus dan dikelilingi Gunung Tmolus yang tinggi dan terjal, sehingga kota ini aman dari serangan musuh.  Selain itu Sungai Pactolus yang mendapatkan aliran air dari Gunung Tmolus biasanya mengalirkan air yang disertai dengan endapan emas.  Itulah sebabnya kota Sardis adalah kota yang makmur, apalagi ditunjang adanya pabrik kain dan pakaian dari bulu domba.  Faktor-faktor inilah yang mampu mengangkat perekonomian rakyatnya, termasuk kehidupan jemaat di kota itu.
 
     Kemapanan ekonomi ini membuat jemaat Sardis hidup dalam comfort zone atau zona nyaman, sehingga mereka menjalani kehidupan rohaninya pun tanpa kesungguhan, tidak lagi memercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan, tapi menjadikan kekayaan sebagai sandaran hidup.  Mereka aktif dalam kegiatan rohani, namun dasar pelayanan bukanlah karena hati yang mengasihi Tuhan, tapi fasilitas yang mumpuni;  sekalipun pelayanan mereka tampak hebat di pemandangan manusia, Tuhan memiliki penilaian yang berbeda.  Tuhan justru menegur jemaat Sardis dengan sangat keras,  "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!"  (ayat nas).  Ternyata tak satu pun pekerjaan yang mereka lakukan kedapatan sempurna di mata Tuhan, artinya apa yang mereka perbuat tak mendatangkan perkenanan dari Tuhan, tak membuat hati Tuhan disenangkan.  Aktivitas pelayanan mereka hanya tampak  'wah'  dari sisi luarnya saja.

     Tuhan menambahkan,  "...di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu."  (Wahyu 3:4).  Kalimat  'ada beberapa orang'  artinya hanya ada sedikit jemaat yang menjaga hidupnya tidak bercela  (tidak mencemarkan diri dengan dosa).  Jadi, sebagian besar jemaat di situ melakukan kompromi dengan dosa, alias hidup dalam kedagingan.  Ini peringatan keras bagi orang percaya!

Jika kita masih hidup dalam dosa dan berkompromi dengan dunia ini, pelayanan kita tak berarti apa-apa di mata Tuhan;  sekalipun tampak hidup tapi sesungguhnya  'mati'  di pemandangan Tuhan!