Sunday, August 9, 2020

KITA HIDUP KARENA PERCAYA, BUKAN MELIHAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2020


"Sebab kami hidup berdasarkan percaya kepada Kristus, bukan berdasarkan apa yang dapat dilihat," 2 Korintus 5:7  (BIS)

Alkitab menyatakan:  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Jadi iman merupakan dasar bagi orang percaya dalam menjalani hidup kekristenan.  Namun dalam kehidupan nyata banyak orang Kristen yang tidak hidup berdasarkan percaya kepada Tuhan, tapi hidup dikendalikan oleh situasi atau keadaan yang ada.  Itulah sebabnya ketika mengalami masalah atau kesulitan mereka akan mudah sekali bersungut-sungut, mengeluh dan mengomel karena pandangan matanya tertuju pada masalah.

     Kekristenan sejati adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat  (ayat nas)!  Kalau kita menjalani kehidupan kekristenan dengan normal, yaitu mengaktifkan iman, kita akan menjadi orang-orang Kristen yang berkemenangan.  Dengan iman, kita sanggup melihat apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata jasmani;  kita sanggup melihat sisi positif di balik permasalahan;  kita sanggup melihat bahwa ada kebaikan di balik setiap peristiwa.  Orang Kristen yang hidup karena percaya memiliki keyakinan yang kuat bahwa ada Tuhan yang menyertai, dan memiliki keyakinan, alias tidak ragu atau bimbang, terhadap segala janji Tuhan.  Dengan iman, kita akan terus bertekun dan bersabar menanti-nantikan Tuhan karena mengerti benar bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik.

     Meski diperhadapkan dengan tantangan dan ujian yang berat, rasul Paulus berkata,  "...kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  (2 Korintus 4:16).  Rasul Paulus sangat percaya bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak  (Roma 8:18).  Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya, karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.  Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman setiap hari.

Rugi besar jika kita tidak sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, karena tanpa iman kita takkan mengalami kedahsyatan kuasa Tuhan dalam hidup ini!

Saturday, August 8, 2020

DEWASA ROHANI: Warisan Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2020


"...selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;"  Galatia 4:1

Yang dimaksud  'akil balig'  adalah orang yang telah mencapai tahap dewasa.  Kata  'baligh'  diambil dari kata bahasa Arab yang bisa diartikan:  sampai... usia seseorang mencapai ke tahap kedewasaan.  Alkitab menyatakan bahwa orang yang belum dewasa rohani belum layak untuk menerima warisan.  Setelah mengalami akil balig barulah hak sebagai ahli waris dapat diterimanya.  Akil balig yang dimaksudkan oleh ayat nas di atas adalah akil balig rohani atau kedewasaan rohani.  Inilah yang menjadi sasaran hidup orang percaya yaitu mencapai kedewasaan rohani  (Efesus 4:13).

     Setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan secara fisik:  mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja pemuda dan kemudian menjadi orang yang dewasa.  Tapi pertumbuhan fisik atau semakin bertambahnya usia seseorang tak menjamin ia memiliki kedewasaan rohani.  Orang bisa dikatakan telah mencapai tahap dewasa rohani atau mengalami akil balig secara roh apabila ia tidak lagi:  "...hidup dalam daging, melainkan dalam Roh... Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran."  (Roma 8:9-10).  Firman Tuhan menegaskan bahwa jika seseorang bukan milik Kristus ia tidak berhak untuk menjadi ahli waris,  "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris,..."  (Galatia 4:7), dan  "...kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).

     Orang yang sudah akil balig secara roh adalah orang yang meninggalkan segala perbuatan duniawi!  "Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11b)  dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus.  Hanya orang yang sudah mengalami  'akil balig'  secara rohlah yang semakin dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal yang berhak menjadi ahli waris-Nya.

Ingin mewarisi kerajaan sorga?  Jadilah anak-anak Tuhan yang dewasa rohani!