Sunday, August 2, 2020

PUJIAN MANUSIA ITU SIA-SIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2020


"...tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  1 Tesalonika 2:6

Siapa yang tak ingin menjadi terkenal, dikagumi dan disanjung oleh banyak orang?  Semua orang pasti menginginkan hal itu.  Dunia memang haus akan pujian, sanjungan, pujian dan penghargaan.  Bagi orang percaya, khususnya para pelayan Tuhan, kita patut berhati-hati!  Jangan sampai kita haus pujian dari manusia, sebab apabila kita mabuk pujian dan sanjungan, cepat atau lambat, kita pasti akan tergelincir.  Pujian dari manusia itu seperti minyak licin yang tumpah di jalan, siapa pun yang lewat pasti terpeleset.

     Marilah kita meneladani Kristus!  Selama melayani umat manusia sangat jarang orang berterima kasih kepada-Nya, dan memang Ia sama sekali tidak haus sanjungan manusia.  Kristus menyadari bahwa Ia diutus Bapa  "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

     Bukankah fenomena semacam ini marak terjadi dan melanda para hamba Tuhan?  Ada hamba-hamba Tuhan tertentu yang memasang tarif bila diundang dalam suatu pelayanan.  Jika tarif tak sesuai, mereka enggan pergi melayani.  Namun selama melayani pekerjaan Tuhan, bisakah kita berkata seperti rasul Paulus?  "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga."  (Kisah 20:33).

"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  Yohanes 3:30

Saturday, August 1, 2020

KETAKUTAN HARUS DIKALAHKAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2020


"Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru;"  Mazmur 56:10

Mazmur 56 ini dilatarbelakangi peristiwa Daud mengalami ketakutan yang luar biasa karena orang-orang Filistin menangkap dia di Gat.  Satu-satunya cara untuk dapat melepaskan diri dari raja Filistin adalah dengan berpura-pura menjadi gila.  "Daud memperhatikan perkataan itu, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota Gat itu. Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya."  (1 Samuel 21:12-13).  Pengertian dari kata takut pada ayat di atas adalah tekanan emosi yang timbul karena adanya ancaman, kesakitan, atau bahaya yang mengancam.  Begitu melihat Daud berlaku seperti orang yang tidak waras,  "...berkatalah Akhis kepada para pegawainya: 'Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila? Mengapa kamu membawa dia kepadaku? Kekurangan orang gilakah aku, maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat aku? Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?'"  (1 Samuel 21:14-15).

     Sesungguhnya Daud benar-benar sudah hopeless dengan apa yang dialami, ia berpikir saat itu ia pasti dihabisi oleh musuh.  Nasibnya benar-benar di ujung tanduk!  Namun apa yang ditakutkan tak menjadi kenyataan:  ia luput dan terbebaskan setelah berpura-pura jadi gila.  Kalau bukan karena campur tangan Tuhan hidup Daud sudah berakhir.  Karena itu Daud membuat miktam, yaitu nyanyian yang dinyanyikan secara berulang-ulang untuk menguatkan hati.  Semua orang pasti pernah mengalami ketakutan saat diperhadapkan dengan masalah yang berat, tak terkecuali Daud.  Iblis seringkali menggunakan ketakutan sebagai senjata untuk melemahkan dan menjatuhkan iman orang percaya.  Iblis tahu benar bila manusia sudah dihantui dan dikuasai oleh rasa takut, maka imannya kepada Tuhan lambat laun akan melemah.

     Jangan mau dibelenggu oleh ketakutan dan jangan mau diprovokasi Iblis dengan kata-katanya yang mengintimidasi!  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).

Kita harus ingat bahwa Tuhan tidak memberi kita roh ketakutan,  "...melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7