Sunday, July 12, 2020

TAK MAMPU MENGENDALIKAN DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2020


"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya."  Amsal 25:28

Jika kita perhatikan, yang menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah atau persoalan di dalam kehidupan sehari-hari adalah ketidakmampuan orang untuk mengendalikan diri.  Karena tak bisa mengendalikan diri, meledaklah amarah, akhirnya memicu terjadinya perselisihan, pertengkaran, bahkan berbagai tindak kejahatan.

     Ada satu contoh kejadian yang tertulis di Alkitab yaitu, Kain tega membunuh adiknya sendiri, Habel.  Padahal Tuhan sudah menegur Kain agar tidak panas hati, tapi Kain tak mampu mengendalikan dirinya sehingga terjadilah tindak kejahatan pembunuhan pertama di dunia.  Ayat nas menyatakan bahwa orang yang tak dapat mengendalikan diri itu digambarkan seperti kota yang sudah roboh temboknya.  Pengendalian diri itu digambarkan seperti kota yang sudah roboh temboknya.  Pengendalian diri itu seperti tembok perlindungan!  Pada zaman dahulu setiap negara atau kota pasti memiliki tembok luar yang kokoh.  Tembok tersebut berfungsi sebagai pagar dan juga perlindungan bagi kota dan penduduknya supaya terluput dari serangan musuh.  Di situasi aman dan nyaman mungkin orang dapat mengendalikan dirinya dengan baik, tetapi ketika situasinya sedang tidak baik dan tidak seperti yang diharapkan, orang-orang yang awalnya dikenal begitu sabar, kalem atau lemah lembut, secara drastis berubah menjadi orang yang sangat emosional, amarahnya meledak-ledak.  Oleh sebab itu Tuhan memperingatkan murid-murid-Nya saat berdoa di taman Getsemani,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

     Seringkali kita menjadi begitu emosional, marah tak terkendali, bukan karena masalah yang kita hadapi terlalu besar, namun karena kita tidak dapat mengendalikan diri sendiri.  Cara yang tepat untuk bisa mengendalikan diri adalah menyediakan waktu lebih untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan.  Dengan berdoa kita akan menjadi tenang dan berada dalam pimpinan Roh Tuhan, sehingga perkataan dan perbuatan kita terkontrol.

Orang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, pasti punya pengendalian diri!

Saturday, July 11, 2020

MEMUJI-MUJI TUHAN DI SEGALA WAKTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2020


"Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya."  Mazmur 145:21

Kapan terakhir Saudara memuji Tuhan?  Mungkin ada banyak di antara orang percaya yang menjawab,  "Terakhir memuji Tuhan adalah saat mengikuti ibadah di hari Minggu."  Artinya di luar jam-jam ibadah mereka tak pernah memuji Tuhan.  Kita tidak secara rutin memuji Tuhan.  Itu ironis sekali!  Apakah kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita itu hanya dinyatakan pada saat jam-jam ibadah saja?  Bukankah setiap saat, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, kita mengalami kasih dan kebaikan Tuhan?  Jika pagi ini kita masih bisa melihat matahari terbit, jika kita masih bisa menghirup udara segar dan bernafas, jika hari ini kita bisa melakukan aktivitas dengan tubuh yang sehat, mengantarkan anak-anak pergi ke sekolah, lalu kita bisa sampai ke kantor atau tempat kerja dengan selamat tanpa ada halangan, bukankah semuanya itu karena anugerah Tuhan?  Tuhan yang menolong, memelihara, dan menyertai kita.

     Tapi, mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu?  Kita memuji Tuhan di segala waktu karena kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita tiada pernah berkesudahan.  Seperti tertulis:  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, kasih dan kebaikan Tuhan tak berkesudahan, Ia ada untuk kita.  Seringkali kita memuji-muji Tuhan hanya saat dalam keadaan baik saja, tapi begitu terbentur masalah, kesukaran, atau pergumulan hidup yang berat, kita tak lagi mau memuji Tuhan.  Mari kita belajar untuk selalu bersyukur!  Jangan hanya karena masalah, lalu kita bersungut-sungut kecewa dan akhirnya berhenti memuji Tuhan.

     Memuji Tuhan berkenaan dengan sikap iman.  Dengan puji-pujian, kita mengungkapkan iman kita kepada Tuhan.  Semakin kita memuji Tuhan, pandangan kita semakin tertuju kepada Tuhan dan kuasa-Nya, tidak lagi kepada masalah, sehingga kita semakin beroleh kekuatan.  Iblis senang jika kita berhenti memuji Tuhan karena kita akan semakin lemah.  Memuji Tuhan setiap waktu membawa kita semakin dekat dengan Tuhan.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  Mazmur 103:2