Friday, July 10, 2020

BERHATI-HATILAH DAN AWASILAH MULUTMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2020


"Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"  Mazmur 141:3

Mulut adalah bagian dari anggota tubuh manusia yang, meskipun kecil tapi memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia.  Tak jauh berbeda dengan  "...kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi."  (Yakobus 3:4).  Oleh sebab itu kita harus selalu berhati-hati dalam memfungsikan mulut ini, sebab perkataan yang keluar dari mulut kita mengandung kekuatan yang dahsyat.  Apa yang diucapkan mulut kita bisa memengaruhi hari esok atau masa depan kita:  gilang-gemilang atau masa depan suram.

     Pada umumnya manusia boros dalam mempergunakan kata-kata atau berbicara, padahal jelas tertulis:  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."  (Amsal 10:19).  Karena itu firman Tuhan memperingatkan,  "...setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;"  (Yakobus 1:19).  Sadar bahwa di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, pemazmur berdoa dan memohon kepada Tuhan,  "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"  (ayat nas).

     Bagaimana dengan Saudara?  Orang percaya yang sudah lahir baru dan menjadi  'ciptaan baru'  di dalam Kristus, bukan hanya hatinya mengalami jamahan Tuhan, tapi mulutnya juga:  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  (Kolose 4:6).  Oleh karena itu mulut kita harus selalu diawasi, supaya dari mulut kita tidak keluar kata-kata sembarangan atau sembrono, yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, sebab mulut kita ini bisa menjadi seperti pedang yang sangat tajam, yang dapat melukai orang lain, menghancurkan orang lain dan bahkan membunuh orang lain.  Bukankah seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang merasa diri sebagai  'orang besar'  tak lagi bisa menguasai dan mengendalikan mulutnya.  Mereka gampang sekali melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati dan sangat merendahkan orang lain, yang dipandangnya sebagai  'orang kecil'.

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  Yakobus 1:26

Thursday, July 9, 2020

MENGERJAKAN PANGGILAN TUHAN DENGAN SUNGGUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2020


"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh."  2 Petrus 1:10a

Orang percaya dipanggil Tuhan untuk menjadi orang-orang yang  'berbeda'  dengan dunia ini dan dipanggil untuk mengerjakan Amanat Agung-Nya.  Karena itu rasul Petrus menasihati agar bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan kekristenan.  Berusaha sungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan kekristenan.  Berusaha sungguh-sungguh berarti melakukan segala sesuatu sepenuh hati, tidak asal-asalan, tidak main-main, tidak setengah-setengah:  "...kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang."  (2 Petrus 1:5-7).

     Berusaha sungguh-sungguh juga berarti berusaha dengan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tapi melibatkan Tuhan. Di tengah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan ini, mampukah kita hidup melawan arus yang ada?  Hidup berbeda dengan dunia berbicara kekudusan.  Kata  'kudus'  diterjemahkan dari kata Ibrani qodesh, yang sejajar maknanya dengan kata Yunani hagios.  Arti harfiahnya adalah memotong atau memisahkan.  Dipanggil untuk hidup kudus berarti dipisahkan dari dunia ini untuk hidup bagi Tuhan.  Dalam kekudusan ini terjadi pemisahan dari keinginan daging kepada keinginan roh, dari kejahatan kepada kebaikan.  Bagi orang percaya tidak ada alasan untuk tidak hidup kudus, karena di dalam kita ada Sang Penolong yaitu Roh Kudus.

     Dipanggil untuk melayani Tuhan adalah kasih karunia yang luar biasa!  Sebagaimana Kristus datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, orang percaya juga dipanggil untuk melayani.  Karena kita sudah dibebaskan dari belenggu dosa berarti kita tidak lagi menjadi hamba dosa, melainkan menjadi hamba kebenaran, maka dari itu kita harus menghamba sepenuhnya kepada Tuhan, yang adalah Tuan kita.  Kita harus berkomitmen seperti rasul Paulus ini,  "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).

Wujud respons kita terhadap panggilan Tuhan:  berkomitmen untuk hidup benar dan semakin giat melayani pekerjaan-Nya dengan roh yang menyala-nyala.