Wednesday, July 8, 2020

TAK MAU MENGAKUI KELEMAHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2020


"Itu sebabnya saya lebih senang membanggakan kelemahan-kelemahan saya, sebab apabila saya lemah, maka justru pada waktu itulah saya merasakan Kristus melindungi saya dengan kekuatan-Nya."  2 Korintus 12:9b  (BIS)

Tak ada manusia yang sempurna!  Artinya semua manusia pasti punya kekurangan, kelemahan dan keterbatasan, tapi tidak semua orang mau mengakuinya.  Mereka merasa diri paling baik, paling benar, paling suci, paling pintar, paling...dan paling...dibandingkan orang lain, tanpa menunggu waktu lama mereka pun langsung mengkritik, menghakimi, merendahkan, mengolok-olok,  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"  (Matius 7:3).

     Sedikit orang punya kebesaran hati untuk mengakui kelemahan dan berani berkata jujur kepada Tuhan bahwa ia punya banyak sekali kekurangan.  Di mata dunia, menunjukkan sisi kekurangan, kelemahan atau keterbatasan adalah tindakan bodoh.  Tetapi dalam kehidupan rohani, saat kita mengakui betapa kita lemah, terbatas dan tak berdaya sebagai bentuk penyerahan diri kepada Tuhan, saat itu Tuhan akan menggerakkan tangan-Nya untuk turut campur tangan dan melimpahkan kekuatan kepada kita.  Karena itu rasul Paulus bisa berkata,  "...aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."  (2 Korintus 12:10).  Untuk itulah Tuhan mengijinkan masalah, pencobaan, penderitaan, kesulitan, kegagalan kita alami supaya kita menyadari akan kekuatan kita yang terbatas, belajar untuk hidup mengandalkan Tuhan, dan tidak lagi menyombongkan diri.  Paulus menyimpulkan bahwa Tuhan ijinkan dia alami  'rasa sakit'  dengan tujuan:  "...supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri."  (2 Korintus 12:7).

     Rasul Paulus mampu menyikapi kelemahan dengan sudut pandang yang berbeda, ia tidak mengasihani diri sendiri:  "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku."  (2 Korintus 12:9b).

Dengan kelemahan yang ada kita diajar untuk hidup bergantung kepada Tuhan!

Tuesday, July 7, 2020

SEPENUHNYA MENJADI MILIK KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2020


"...dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:"  1 Korintus 6:19-20

Ciri utama orang yang hidup di dalam Kristus adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dari dan untuk diri sendiri.  Bagaimana mungkin orang tidak memiliki keinginan?   Setiap orang pasti memiliki keinginan, tapi maksudnya adalah orang yang sudah ditebus dan hidupnya telah dibeli dan dibayar lunas dengan darah Kristus  (menjadi umat tebusan-Nya), harus bersedia menanggalkan keinginan dirinya sendiri dan menyerahkan segala keinginannya kepada kehendak Kristus.  Kata  'lunas'  menunjukkan bahwa hidup kita ini bukan milik kita lagi, tetapi sudah menjadi milik Tuhan sepenuhnya.  Karena itu segala keinginan dan cita-cita pribadi harus diselaraskan dengan kemauan dan kehendak Tuhan, bukan menurut kemauan dan kehendak sendiri.

     Selama kita masih memiliki keinginan, kehendak, atau agenda hidup pribadi, kita tidak dapat dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan, sehingga rencana-Nya takkan bisa digenapi.  Jika kita sudah menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan barulah kita mencapai taraf demikian:  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19-20).  Menjadi milik Kristus berarti segala keinginan diri sendiri sudah disalibkan dengan Kristus!  Jadi, hidup di dalam Kristus itu ada harga yang harus dibayar:  banyak hal yang harus ditanggalkan dan dilepaskan.  Inilah yang disebut menanggalkan beban dan dosa!  "...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  (Ibrani 12:1).

     Menanggalkan beban dan dosa artinya melepaskan semua keterikatan dengan kesenangan dunia dan keinginan daging yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.  Lalu,  kita  "...melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,"  (Ibrani 12:2), artinya kita menjadikan Kristus sebagai teladan hidup.  Tidak ada cara lain untuk bisa menyenangkan hati Tuhan, selain kita harus mematikan segala keinginan diri sendiri, tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, dan hidup hanya melakukan kehendak Tuhan.

Orang yang hidup sepenuhnya bagi Tuhan, mampu berkata,  "...bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).