Baca: Mazmur 90:1-7
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12
Musa menyadari benar bahwa penyertaan Tuhan adalah hal yang utama dalam hidup ini. Oleh sebab itu ia meminta Tuhan untuk menyertainya saat memimpin bangsa Israel dalam perjalanan menuju ke Tanah Perjanjian. Musa sadar benar bahwa tanpa Tuhan beserta, ia takkan sanggup memimpin bangsa Israel. Demikianlah penyertaan Tuhan atas bangsa Israel sangat nyata, bahkan penyertaan-Nya selalu disertai dengan perbuatan-perbuatan besar dan mujizat. Namun Alkitab menyatakan bahwa yang bisa memasuki Tanah Perjanjian hanyalah Yosua dan Kaleb, serta keturunan umat Israel yang lahir di padang gurun. Sementara sebagian besar dari mereka harus menelan pil pahit... mati di padang gurun sebelum mencapai Kanaan.
Mengapa? Karena mereka tidak memiliki respons hati yang benar dalam menyikapi setiap masalah. Setiap kali diperhadapkan dengan kesulitan atau kesukaran mereka langsung bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan. Dari pengalaman inilah Musa menulis suatu mazmur tentang betapa pentingnya memiliki hati yang bijaksana: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ayat nas). Orang yang punya hati bijaksana (a heart of wisdom) mampu menyikapi segala sesuatu dengan respons hati yang benar atau dari sudut pandang yang benar. Kita akan memiliki hati yang bijaksana bila kita menyadari bahwa di balik setiap masalah atau peristiwa selalu ada maksud dan tujuan. Tak satu pun perkara terjadi secara kebetulan atau tanpa memiliki suatu tujuan. Tidak ada satu pun yang diciptakan oleh Tuhan tidak memiliki tujuan. "TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka." (Amsal 16:4).
Hati yang bijaksana adalah hasil kita berproses yaitu mau mendisiplinkan diri dalam perkara rohani: membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan: "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b), dan merenungkan firman-Nya: "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana,..." (Mazmur 119:97-98).
Seorang yang berhati bijaksana selalu melihat sisi positif di balik permasalahan.