Saturday, June 20, 2020

IMAN DAN KETAATAN: Menghasilkan Mujizat

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2020


"Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  Mazmur 77:12

Di zaman yang serba modern dan canggih seperti sekarang ini tak mengherankan bila manusia cenderung mengandalkan kepintaran otaknya, lebih percaya pada ilmu-ilmu kedokteran, lebih mengandalkan kekuatan sendiri, lebih mengandalkan kekayaan, daripada percaya kepada kuasa Tuhan.  Mereka berpikir asalkan punya uang yang banyak atau harta melimpah ruah, segala sesuatu dapat diraih, apa saja yang diinginkan pasti dapat tercapai, tak perlu berdoa dan tak perlu mengandalkan Tuhan.

     Banyak orang  (termasuk orang Kristen)  menganggap bahwa mujizat-mujizat yang tertulis di Alkitab adalah peristiwa usang di masa lampau, tinggal cerita saja, karena itu mereka tidak lagi percaya kepada mujizat.  Mujizat adalah peristiwa adikodrati yang Tuhan kerjakan di tengah-tengah umat-Nya;  mujizat selalu diidentikan dengan suatu kejadian atau peristiwa ajaib yang sulit dipahami, dimengerti dan dijangkau oleh akal pikiran manusia, yang Tuhan nyatakan bagi manusia!  Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa mujizat itu masih ada sampai detik ini karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang kuasa-Nya tidak berubah:  Dia tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya  (Ibrani 13:8).

     Mengapa banyak orang tak mengalami mujizat Tuhan?  Ketika berada di Nazaret, di tempat asalnya, Kristus  "...tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka."  (Markus 6:5-6a).  Faktor penghalang untuk mengalami mujizat adalah ketidakpercayaan kita sendiri.  Ada tertulis:  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Dalam versi New King James:  "Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen."  Kata  'substance'  diartikan:  bahan baku dasar.  Jadi bahan baku utama mujizat adalah iman!  Faktor penunjang lain adalah ketaatan, karena iman bekerjasama dengan perbuatan.  Jika Naaman tidak taat ketika diperintahkan untuk mandi di sungai Yordan, ia tidak akan mengalami mujizat  (2 Raja-Raja 5:1-14).

Mujizat Tuhan masih ada sampai detik ini, karena itu percayalah!

Friday, June 19, 2020

PENYESALAN TUHAN: Ketidaktaatan Saul

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2020


"Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel."  1 Samuel 15:35b

Saul adalah raja pertama atas Israel.  Suatu ketika Saul diperintahkan Tuhan untuk berperang melawan bangsa Amalek dan menumpas habis mereka tanpa terkecuali, termasuk segala hewan ternaknya.  Mengapa Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas bangsa Amalek?  Karena sewaktu bangsa Israel sedang menempuh perjalanan ke Tanah Perjanjian, ketika berada di Rafidim, mereka dihadang oleh bangsa Amalek, sehingga terjadi peperangan yang sangat hebat.  Apa yang dilakukan bangsa Amalek terhadap bangsa Israel, bangsa pilihan Tuhan ini, benar-benar menyakiti hati Tuhan,

     Dalam peperangan ini Saul berhasil memukul kalah bangsa Amalek!  Tetapi apa yang diperintahkan Tuhan tidak dilakukan sepenuhnya:  menyelamtkan Agag  (raja Amalek), juga kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, tapi  "...segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas..."  (1 Samuel 15:9), dengan alasan yang sepertinya masuk akal dan tampak rohani, yaitu hewan-hewan yang baik itu hendak dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban.  Apa pun alasannya, apa yang dilakukan Saul adalah bentuk ketidaktaatan, artinya ia memandang remeh perintah Tuhan dan tidak menghormati Dia.  Melihat ketidaktaatan Saul ini Tuhan menjadi kecewa dan Ia merasa menyesal telah menjadikan dia sebagai raja atas Israel.  Ketidaktaatan ini bukan sekali diperbuat Saul, sebelumnya ia juga sudah mengecewakan Tuhan:  tidak sabar menunggu Samuel di Gilgal, Saul telah melakukan tindakan bodoh:  "...ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia. Sebab itu Saul berkata: 'Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.' Lalu ia mempersembahkan korban bakaran.  (1 Samuel 13:8b-9), padahal yang berwenang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan adalah seorang imam.

     Ketidaktaatan yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan bahwa Saul tidak sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan alias mempermainkan Tuhan, itulah yang membuat Tuhan merasa menyesal.  Berkatalah Samuel,  "Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."  (1 Samuel 15:23b).

"Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan."  Amsal 13:13