Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2020
Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19
"Jadi Petrus ditahan di penjara; tetapi anggota-anggota jemaat terus saja
berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk Petrus." Kisah 12:5 (BIS)
Rasul Paulus mengingatkan bahwa sebagai orang percaya, kita "...dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29). Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus siap bila diperhadapkan dengan penderitaan karena nama Kristus, seperti yang dialami orang-orang di zaman para rasul. Saat raja Herodes memerintah banyak terjadi penganiayaan terhadap para pengikut Kristus: menyiksa, memenjarakan, dan bahkan membunuhnya. "Ia (Herodes) menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang." (Kisah 12:2).
Herodes juga menangkap dan memenjarakan Petrus: "...di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat
prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke
depan orang banyak." (Kisah 12:4). Banyak orang memperkirakan bahwa nasib Petrus akan sama seperti Yakobus yang terbunuh dengan pedang. Kemungkinan kecil untuk bisa lolos dari maut, karena ia dijaga ketat oleh para prajurit Herodes, dengan kaki dan tangan terbelenggu dengan rantai yang kuat. Secara akal manusia sirna sudah harapan Petrus untuk dapat menikmati kehidupan, sebab bayang-bayang kematian sudah tampak jelas di depan mata. Yang Petrus dapat lakukan hanyalah berserah penuh kepada Tuhan dan berharap mujizat-Nya dinyatakan. Mungkin saat ini kita mengalami hal yang sama seperti Petrus, yaitu terbelenggu rantai yang kuat: terbelenggu oleh berbagai macam persoalan hidup. Hidup kita seperti berada dalam penjara, nasib berada di ujung tanduk! Namun apa yang terjadi kemudian? Petrus mengalami pertolongan dari Tuhan secara luar biasa, mujizat yang sama sekali tak terpikirkan oleh akal manusia, terjadilah! Semua karena doa dari jemaat (ayat nas).
Berdoa dengan sungguh dan disertai iman menghasilkan perkara-perkara besar! Doa inilah yang menggetarkan sorga dan mengerakkan tangan Tuhan untuk bertindak: "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya
bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk
membangunkannya, katanya: 'Bangunlah segera!' Maka gugurlah rantai itu
dari tangan Petrus." (Kisah 12:7).
Doa orang benar sangat besar kuasanya, karena Tuhan menjawabnya dari sorga!
Wednesday, May 27, 2020
Tuesday, May 26, 2020
JANGAN MENYERAH PADA KEADAAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2020
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-20
"Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: 'Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?'" 2 Raja-Raja 7:3
Ketika kota Somaria sedang terkepung oleh pasukan Aram, hubungan dengan dunia luar pun menjadi terputus. Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya bila suatu kota terisolasi. "...terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka mengepungnya, sehingga sebuah kepala keledai berharga delapan puluh syikal perak dan seperempat kab (2 ons - Red.) tahi merpati berharga lima syikal perak." (2 Raja-Raja 6:25). 1 syikal = 11,4 gram. Bukan hanya orang miskin yang menderita dan terancam mati kelaparan, tetapi orang kaya pun, cepat atau lambat, akan bernasib sama. Lalu Elisa (abdi Tuhan) bernubuat tentang keadaan kota ini, "Besok kira-kira waktu ini sesukat (3 kilogram - Red.) tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat (6 kilogram - Red.) jelai (barley - Red.) akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." ( 2 Raja-Raja 7:1).
Perwira raja tidak percaya nubuatan Elisa: "Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?" (2 Raja-Raja 7:2a). Elisa pun merespons demikian, "
"Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya." (2 Raja-Raja 7:2b). Saat itu ada empat orang kusta tinggal di luar pintu gerbang kota yang sama sekali tidak tahu nubuatan Elisa. Mereka sangat menderita, bukan saja karena penyakitnya, tapi juga karena kelaparan. Tinggal menunggu waktu saja, kematian pasti menjemput! Namun mereka tidak menyerah pada keadaan. Berkatalah salah seorang dari mereka, "Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati." (2 Raja-Raja 7:3b-4).
Sekalipun secara manusia tidak ada harapan, keempat orang kusta itu berjuang sedemikian rupa supaya dapat bertahan hidup, maka "...pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram." (2 Raja-Raja 7:5a).
Selalu ada harapan selama kita mau berjuang dan hidup mengandalkan Tuhan!
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-20
"Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: 'Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?'" 2 Raja-Raja 7:3
Ketika kota Somaria sedang terkepung oleh pasukan Aram, hubungan dengan dunia luar pun menjadi terputus. Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya bila suatu kota terisolasi. "...terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka mengepungnya, sehingga sebuah kepala keledai berharga delapan puluh syikal perak dan seperempat kab (2 ons - Red.) tahi merpati berharga lima syikal perak." (2 Raja-Raja 6:25). 1 syikal = 11,4 gram. Bukan hanya orang miskin yang menderita dan terancam mati kelaparan, tetapi orang kaya pun, cepat atau lambat, akan bernasib sama. Lalu Elisa (abdi Tuhan) bernubuat tentang keadaan kota ini, "Besok kira-kira waktu ini sesukat (3 kilogram - Red.) tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat (6 kilogram - Red.) jelai (barley - Red.) akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." ( 2 Raja-Raja 7:1).
Perwira raja tidak percaya nubuatan Elisa: "Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?" (2 Raja-Raja 7:2a). Elisa pun merespons demikian, "
"Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya." (2 Raja-Raja 7:2b). Saat itu ada empat orang kusta tinggal di luar pintu gerbang kota yang sama sekali tidak tahu nubuatan Elisa. Mereka sangat menderita, bukan saja karena penyakitnya, tapi juga karena kelaparan. Tinggal menunggu waktu saja, kematian pasti menjemput! Namun mereka tidak menyerah pada keadaan. Berkatalah salah seorang dari mereka, "Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati." (2 Raja-Raja 7:3b-4).
Sekalipun secara manusia tidak ada harapan, keempat orang kusta itu berjuang sedemikian rupa supaya dapat bertahan hidup, maka "...pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram." (2 Raja-Raja 7:5a).
Selalu ada harapan selama kita mau berjuang dan hidup mengandalkan Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)