Monday, May 18, 2020

MENGOLAH TANAH HATI KEMBALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2020

Baca:  Yesaya 40:1-11

"...tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran;"  Yesaya 40:4b

Adalah sangat penting bagi kita untuk bersungguh-sungguh memerhatikan dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam, sebab selain merupakan perintah dari Tuhan, firman Tuhan yang kita baca dan renungkan akan menjadi rhema, muncul pada saat yang tepat, saat dibutuhkan, yaitu saat kita dalam kesesakan, kesukaran, dan situasi-situasi yang tak menyenangkan, ayat firman Tuhan tersebut akan menguatkan, menghibur dan membangkitkan iman kita.  Jadi apabila terjadi hal-hal yang tak diinginkan dan begitu mengecewakan, kita takkan mudah kecewa, menggerutu, bersungut-sungut dan frustasi, sebab Alkitab sudah menyatakan:  "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;"  (Pengkhotbah 3:4).

     Jika berbagai hal yang tak terduga  (masalah, penderitaan)  kita alami, ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan persiapkan:  "sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan."  (Hosea 10:12b).  Membuka tanah baru berarti membajak dan menggali tanah tersebut supaya tanah yang keras menjadi lunak atau gembur;  membuka tanah baru berarti pula menyingkirkan batu-batu atau kerikil-kerikil, termasuk membersihkan rumput-rumput liar  (gulma)  yang tumbuh.  Demikian juga halnya dalam kehidupan ini!  Mungkin masih ada hal-hal yang tak baik dalam tanah hati kita yang perlu dibersihkan dan dibereskan!  Mungkin ada hal-hal yang selama ini menghambat dan menghimpit benih firman Tuhan, di mana tanah hati kita masih keras dan dipenuhi dengan tanaman-tanaman liar.  Inilah saat yang tepat untuk kita membuat sebuah keputusan hidup:  "...ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;"  (Pengkhotbah 3:3b).

     Setelah tanah hati dibuka,  "...waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan." (ayat nas).  Bukan saatnya lagi membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tak berguna.  Setiap waktu yang ada harus kita pergunakan semaksimal mungkin untuk mengejar perkara-perkara sorgawi.

Bila Tuhan sudah bertahta penuh di dalam hati kita, maka Ia akan datang untuk mencurahkan hujan berkat-Nya atas hidup kita.

Sunday, May 17, 2020

JANGAN PERNAH MENYALAHKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2020

Baca:  Ayub 10:1-22

"Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"  Ayub 10:8

Penderitaan, masalah, kesulitan atau kesengsaraan yang terjadi di dunia ini memang tak pandang bulu, bisa menimpa siapa saja dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk.  Penderitaan dalam hidup ini bisa terjadi karena berbagai hal:  bisa akibat kesalahan atau dosa yang diperbuat, tapi bisa juga karena faktor lain yaitu karena Tuhan punya rencana atas hidup kita, sehingga Ia ijinkan hal itu terjadi.  Pada umumnya bila penderitaan sudah mencapai puncaknya, kita seringkali merasa tidak tahan dan kemudian memberontak.

     Ayub pernah menunjukkan rasa frustasi dan keputusasaannya,  "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!"  (Ayub 10:1, 18).  Karena penderitaan yang dialami terasa berat Ayub merasa menyesal mengapa ia dilahirkan ke dunia.  Ia pun sempat menganggap bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebabnya.  Bahkan Ayub menuduh Tuhan telah dengan sengaja menindas hidupnya dan berkompromi dengan kehidupan orang-orang yang berlaku fasik  (Ayub 21:7-12).  Berkatalah Ayub,  "Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik?"  (Ayub 10:3).  Bukankah ketika kita sedang terpuruk dan berada di titik terendah dalam hidup ini kita sering berbuat yang seperti Ayub lakukan?  Kita menuduh Tuhan berlaku jahat kepada kita, Tuhan tidak lagi memedulikan kita, dan Tuhan berlaku tidak adil terhadap kita.

     Penderitaan terkadang Tuhan ijikan terjadi dalam kehidupan kita karena Tuhan sedang memproses kita.  Selalu ada rencana yang indah di balik penderitaan yang kita alami!  Seringkali untuk menggenapi rencana indah Tuhan terjadilah pemrosesan dan persiapan terlebih dahulu.  Percayalah bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan  (Roma 8:28).  Akhirnya Ayub menyadari kekeliruannya menyalahkan Tuhan, serta mencabut semua perkataan negatifnya  (Ayub 42).

"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10