Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2020
Baca: Matius 11:25-30
"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Matius 11:29-30
Kristus memberikan undangan secara terbuka kepada semua orang, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28), sebab semua manusia menanggung beban yang teramat berat: ialah dosa, yaitu beban yang sama sekali tidak dapat ditanggung sendiri oleh manusia, hanya Kristus yang sanggup menanggung beban dosa manusia itu melalui pengorbanan-Nya di kayu salib ketika Ia berkata, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30). Karena itu hanya Kristus yang sanggup memberikan kelegaan dan kelepasan dari beban dosa itu!
Setelah kita dibebaskan dari beban dosa Tuhan memberikan kita beban yang lain yaitu kuk. Kuk adalah sepotong kayu yang ditaruh di atas tengkuk sapi, kerbau, kuda atau keledai yang terhubung dengan bajak, pedati atau kereta. Selain kuk ada yang disebut 'tali kekang' atau 'tali les' yang biasanya dimasukkan ke dalam hidung binatang, atau berupa besi bergerigi yang dipasang pada bagian mulut yang terhubung dengan tali. Kuk dan tali kekang ini berbicara tentang campur tangan Tuhan untuk mengarahkan dan menuntun kita pada jalan-jalan yang dikehendaki-Nya, sebab jika tidak diarahkan dan dituntun, kita cenderung memberontak, menempuh jalan yang salah, menyimpang ke kanan atau ke kiri, karena lebih menuruti keinginan daging daripada tunduk pada pimpinan Roh Kudus.
Yunus, sekalipun mengaku diri: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN," (Yunus 1:9), tetapi ketika ia diperintahkan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran kepada orang-orang di Niniwe, ia memilih untuk melarikan diri ke Tarsis menuruti keinginannya (Yunus 1:2-3). Karena memberontak akhirnya Tuhan harus menaruh 'kuk' kepada Yunus dalam bentuk terjangan angin badai dan ikan besar untuk menyadarkan Yunus atas kesalahan yang telah diperbuatnya, dan mengingatkan kembali akan panggilan Tuhan untuk pergi ke Niniwe. Adakalanya Tuhan harus memaksa kita dengan memasang kuk dan tali kekang agar kita mau tunduk pada kehendak-Nya dan tidak menyimpang.
Terjangan angin badai dan ikan besar inilah yang mendatangkan kebaikan bagi Yunus, yang membuatnya sadar dan kembali taat kepada kehendak Tuhan!
Friday, May 8, 2020
Thursday, May 7, 2020
BUTUH IMAN SAAT MENANTIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2020
Baca: Habakuk 2:1-5
"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Habakuk 2:3
Alkitab menegaskan bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin! Tidak ada janji yang tidak Tuhan tepati, walau terkadang kita diijinkan untuk mengalami proses penantian yang teramat panjang sampai janji tersebut digenapi di dalam hidup kita. Banyak orang Kristen tidak sabar dalam menantikan waktu Tuhan. Mereka seringkali bertindak secara tergesa-gesa, selalu ingin serba cepat dalam menyelesaikan masalah atau dalam mencapai keberhasilan. Ketahuilah bahwa Tuhan bekerja sesuai dengan waktu-Nya sendiri, Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya (Pengkhotbah 3:11).
Suatu ketika Daniel mendapatkan penglihatan dari Tuhan untuk bangsa Israel melalui firman-Nya, sebab saat itu bangsa Israel ditawan oleh bangsa Babilonia selama 70 tahun, dan melalui firman-Nya Tuhan merancang pemulihan bagi bangsa Israel (Daniel 10:1). Jelas sekali Daniel menerima janji firman Tuhan, tetapi dalam kenyataannya apa yang Tuhan firmankan tidak segera terjadi. Apa yang dilakukan Daniel selama menantikan penggenapan janji Tuhan? Ia mengambil waktu untuk berdoa dan berpuasa selama 21 hari sampai janji Tuhan benar-benar dinyatakan (Daniel 20:2-3). Artinya, dalam masa penantian Daniel tidak bersikap pasif, tapi semakin bertekun dalam Tuhan.
Saat kita berdoa dan membaca firman Tuhan kita mendapatkan janji Tuhan, namun janji itu tidak langsung digenapi dalam hidup kita. Apa yang kita lakukan? Bukannya semakin bertekun di dalam Tuhan, tapi seringkali kita malah berhenti berdoa karena kita kecewa dan marah kepada Tuhan. Ketika doa belum beroleh jawaban, kita mulai meragukan kuasa dan janji Tuhan. Firman Tuhan menasihati kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjawab doa-doa kita secepat mungkin menurut keinginan dan kehendak kita, sebab waktu Tuhan bukanlah waktu kita.
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Lukas 18:7
Baca: Habakuk 2:1-5
"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Habakuk 2:3
Alkitab menegaskan bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin! Tidak ada janji yang tidak Tuhan tepati, walau terkadang kita diijinkan untuk mengalami proses penantian yang teramat panjang sampai janji tersebut digenapi di dalam hidup kita. Banyak orang Kristen tidak sabar dalam menantikan waktu Tuhan. Mereka seringkali bertindak secara tergesa-gesa, selalu ingin serba cepat dalam menyelesaikan masalah atau dalam mencapai keberhasilan. Ketahuilah bahwa Tuhan bekerja sesuai dengan waktu-Nya sendiri, Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya (Pengkhotbah 3:11).
Suatu ketika Daniel mendapatkan penglihatan dari Tuhan untuk bangsa Israel melalui firman-Nya, sebab saat itu bangsa Israel ditawan oleh bangsa Babilonia selama 70 tahun, dan melalui firman-Nya Tuhan merancang pemulihan bagi bangsa Israel (Daniel 10:1). Jelas sekali Daniel menerima janji firman Tuhan, tetapi dalam kenyataannya apa yang Tuhan firmankan tidak segera terjadi. Apa yang dilakukan Daniel selama menantikan penggenapan janji Tuhan? Ia mengambil waktu untuk berdoa dan berpuasa selama 21 hari sampai janji Tuhan benar-benar dinyatakan (Daniel 20:2-3). Artinya, dalam masa penantian Daniel tidak bersikap pasif, tapi semakin bertekun dalam Tuhan.
Saat kita berdoa dan membaca firman Tuhan kita mendapatkan janji Tuhan, namun janji itu tidak langsung digenapi dalam hidup kita. Apa yang kita lakukan? Bukannya semakin bertekun di dalam Tuhan, tapi seringkali kita malah berhenti berdoa karena kita kecewa dan marah kepada Tuhan. Ketika doa belum beroleh jawaban, kita mulai meragukan kuasa dan janji Tuhan. Firman Tuhan menasihati kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjawab doa-doa kita secepat mungkin menurut keinginan dan kehendak kita, sebab waktu Tuhan bukanlah waktu kita.
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Lukas 18:7
Subscribe to:
Posts (Atom)