Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2020
Baca: Mazmur 5:1-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Daud adalah pribadi yang memiliki rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani. Ia begitu dekat dengan Tuhan dan selalu mencari hadirat-Nya di sepanjang hidupnya. Daud memulai harinya dengan mencari Tuhan dan mengatur persembahan bagi-Nya. 'Mengatur persembahan' berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan sebagai cara untuk mengundang hadirat-Nya turun melawat dan memenuhi kehidupannya. "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4), artinya Tuhan sangat disenangkan dengan pujian umat-Nya.
Memulai hari baru dengan membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan, berbicara kepada-Nya dan mendengarkan Dia adalah hal yang biasa Daud lakukan. Apa yang menjadi kebiasaan Saudara saat memulai hari baru? Ada banyak orang yang biasa bangun pagi langsung duduk santai ditemani secangkir kopi hangat, sebatang rokok dan gadget, tapi tidak berdoa. Tidak sedikit orang yang bangun pagi langsung terperangkap dengan kesibukan yang tiada kunjung habisnya: sepanjang malam dan sampai pagi hari terus disibukkan dengan tugas-tugas tersebut, sampai-sampai tak punya waktu untuk berdoa. Kita seringkali berpikir bahwa langkah terbaik memulai hari baru adalah bangun pagi-pagi sekali dan cepat bekerja, semuanya pasti akan beres. Kita harus ingat bahwa kekuatan dan kemampuan kita sangat terbatas, kita tidak tahu apa yang terjadi satu langkah di depan kita, kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu. Oleh karena itu penting sekali kita mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum melakukan segala sesuatu.
Ada kalimat bijak: "Permulaan yang baik merupakan separuh dari pekerjaan itu sendiri." Permulaan yang baik sebelum memulai hari adalah mencari Tuhan, bersekutu dengan-Nya dan mempertajam pendengaran akan suara-Nya. "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4). Kita sangat membutuhkan tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam menjalani hari yang baru, kita harus melibatkan Tuhan di setiap rencana dan tindakan kita. Bila Tuhan yang beserta kita, segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia.
Penyertaan Tuhan adalah yang terutama, bersama Dia kita pasti berkemenangan!
Wednesday, May 6, 2020
Tuesday, May 5, 2020
TIANG GARAM: Menjadi Peringatan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2020
Baca: Kejadian 19:1-29
"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam." Kejadian 19:26
Ketika kejahatan penduduk kota Sodom dan Gomora benar-benar mencapai puncaknya, Tuhan memutuskan untuk menghukum kota tersebut dengan hujan belerang dan api (Kejadian 19:24-25). Tetapi sebelum menghukum kota itu Tuhan masih mengingat Lot dan keluarganya, sehingga Tuhan ingin menyelamatkan mereka dengan mengutus dua orang malaikat-Nya untuk membawa mereka keluar dari lembah Yordan itu, dengan pesan penting tidak boleh menoleh ke belakang dan tidak boleh berhenti di mana pun juga di lembah Yordan (Kejadian 19:17). Apa yang terjadi kemudian? Saat hujan belerang dan api turun menunggangbalikkan kota-kota di lembah Yordan itu, isteri Lot menoleh ke belakang dan seketika itu juga ia menjadi tiang garam (ayat nas).
Apa yang menimpa isteri Lot ini menjadi suatu pelajaran berharga dan peringatan keras bagi kita. Tetap menoleh ke belakang sekalipun sudah diperingatkan menunjukkan bahwa isteri Lot enggan meninggalkan kenyamanan duniawi dan hatinya masih berpaut pada harta yang tertinggal di kota Sodom dan Gomora, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Harta kekayaan atau hal-hal duniawi cenderung menawan hati kita dan semakin menjauhkan kita dari hadirat Tuhan; karena harta, kasih kita kepada Tuhan menjadi luntur sehingga Tuhan tidak lagi menjadi yang terutama dalam hidup kita. Tuhan Yesus mengingatkan kita supaya tidak menjadi seperti isteri Lot, yang harus mengalami kebinasaan karena hatinya masih melekat kepada hal-hal yang duniawi. "Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya." (Lukas 17:29, 32-33).
Apa yang isteri Lot lakukan adalah bentuk ketidaktaatan kepada perintah Tuhan, sebab ketaatan yang setengah-setengah sama artinya dengan ketidaktaatan; dan setiap ketidaktaatan selalu mendatangkan pendisiplinan dari Tuhan! Alkitab menegaskan: "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Mengasihi dunia dengan segala isinya menuntun orang kepada kebinasaan!
Baca: Kejadian 19:1-29
"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam." Kejadian 19:26
Ketika kejahatan penduduk kota Sodom dan Gomora benar-benar mencapai puncaknya, Tuhan memutuskan untuk menghukum kota tersebut dengan hujan belerang dan api (Kejadian 19:24-25). Tetapi sebelum menghukum kota itu Tuhan masih mengingat Lot dan keluarganya, sehingga Tuhan ingin menyelamatkan mereka dengan mengutus dua orang malaikat-Nya untuk membawa mereka keluar dari lembah Yordan itu, dengan pesan penting tidak boleh menoleh ke belakang dan tidak boleh berhenti di mana pun juga di lembah Yordan (Kejadian 19:17). Apa yang terjadi kemudian? Saat hujan belerang dan api turun menunggangbalikkan kota-kota di lembah Yordan itu, isteri Lot menoleh ke belakang dan seketika itu juga ia menjadi tiang garam (ayat nas).
Apa yang menimpa isteri Lot ini menjadi suatu pelajaran berharga dan peringatan keras bagi kita. Tetap menoleh ke belakang sekalipun sudah diperingatkan menunjukkan bahwa isteri Lot enggan meninggalkan kenyamanan duniawi dan hatinya masih berpaut pada harta yang tertinggal di kota Sodom dan Gomora, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Harta kekayaan atau hal-hal duniawi cenderung menawan hati kita dan semakin menjauhkan kita dari hadirat Tuhan; karena harta, kasih kita kepada Tuhan menjadi luntur sehingga Tuhan tidak lagi menjadi yang terutama dalam hidup kita. Tuhan Yesus mengingatkan kita supaya tidak menjadi seperti isteri Lot, yang harus mengalami kebinasaan karena hatinya masih melekat kepada hal-hal yang duniawi. "Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya." (Lukas 17:29, 32-33).
Apa yang isteri Lot lakukan adalah bentuk ketidaktaatan kepada perintah Tuhan, sebab ketaatan yang setengah-setengah sama artinya dengan ketidaktaatan; dan setiap ketidaktaatan selalu mendatangkan pendisiplinan dari Tuhan! Alkitab menegaskan: "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Mengasihi dunia dengan segala isinya menuntun orang kepada kebinasaan!
Subscribe to:
Posts (Atom)