Tuesday, April 28, 2020

MELIBATKAN TUHAN DI SEGALA PERKARA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2020

Baca: 1 Samuel 23:1-13

"Diberitahukanlah kepada Daud, begini: 'Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan.'"  1 Samuel 23:1

Ketika diperhadapkan dengan masalah atau situasi sulit, kita seringkali bertindak dengan mengandalkan kekuatan sendiri, karena merasa diri mampu untuk mengatasinya.  Kita tak pernah melibatkan Tuhan untuk setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil.  Alkitab memperingatkan:  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21).  Sebuah keputusan bijak bila sebelum mengambil sebuah keputusan atau tindakan, kita berdoa memohon tuntunan daripada Tuhan.

     Daud, salah satu contoh seorang yang selalu berdoa  (mencari Tuhan)  terlebih dahulu, sebelum mengambil sebuah keputusan dan melakukan suatu tindakan!  Dengan kata lain, Daud selalu melibatkan Tuhan di segala aspek kehidupannya.  Ketika ada seorang yang datang kepada Daud untuk menyampaikan berita tentang keadaan politik dan keamanan di Kehila:  "Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan."  (ayat nas), Daud pun tidak langsung bertindak, tapi ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu:  "'Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?' Jawab TUHAN kepada Daud: 'Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.'"  (1 Samuel 23:2).  Setelah mendapatkan jawaban dari Tuhan bahwa ia diijinkan untuk pergi ke Kehila, barulah ia melangkah.  Dan ketika orang-orang merasa ragu dan takut untuk pergi ke Kehila Daud kembali bertanya kepada Tuhan dan Tuhan kembali meneguhkan Daud untuk pergi ke Kehila.

     Pergilah Daud dan orang-orangnya ke Kehila dengan penuh percaya diri karena percaya Tuhan menyertai mereka.  Karena campur tangan Tuhan Daud berhasil mengalahkan musuh dengan kemenangan yang gemilang!  Bertanya kepada Tuhan apakah kita harus pergi atau tetap tinggal merupakan wujud kebergantungan kita kepada Tuhan sebelum kita mengambil suatu keputusan atau melangkah maju.  Kita perlu bertanya kepada Tuhan karena kita menyadari kekuatan dan kemampuan kita yang sangat terbatas, karena itu kita membutuhkan uluran tangan-Nya untuk menuntun dan menyertai kita.

"Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."  Yakobus 4:15

Monday, April 27, 2020

PENDERITAAN SEBAGAI ALAT UJI IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2020

Baca:  Ayub 23:1-17

"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10

Tuhan juga punya cara lain untuk menguji kualitas iman seseorang yaitu melalui masalah atau penderitaan.  Masalah atau penderitaan yang dimaksud bisa berupa krisis keuangan  (ekonomi), sakit-penyakit, dan masih banyak lagi.  Ada dua kemungkinan reaksi orang ketika berada dalam masalah atau penderitaan tersebut.  1.  Semakin mendekat kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya, seperti pemazmur:  "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu."  (Mazmur 119:67), dan  "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  (Mazmur 119:71).  2.  Menjauh dan meninggalkan Tuhan, karena kecewa kepada-Nya.

     Ayub, sekalipun adalah orang yang saleh, takut akan Tuhan dan menjauhi segala kejahatan  (Ayub 1:1), ia pun tak luput dari ujian.  Tuhan mengijinkan Ayub melewati masa-masa yang sangat menyesakkan yang bisa dikatakan sebagai suatu tragedi atau musibah, di mana dalam waktu sekejap hal-hal buruk terjadi secara beruntun:  anak-anaknya mati, rumahnya terbakar, harta benda ludes, tubuhnya terkena sakit dan isterinya pun meninggalkan dia.  Lengkap sudah penderitaan yang Ayub harus alami!  Namun dalam keterpurukannya ini  "...Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."  (Ayub 1:22).  Saat segala sesuatunya tampak buruk seringkali kita memiliki respons yang negatif:  menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.  Kita tak berhenti mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut kepada Tuhan;  berdoa menjadi malas, ibadah menjadi malas, pelayanan ogah-ogahan, lalu kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan meninggalkan Tuhan.... Jangan sekali-kali undur dari Tuhan hanya karena masalah!

     Karena memberitakan Injjl rasul Paulus harus mengalami penderitaan, tapi hal itu tak menyurutkan langkah dan semangatnya untuk tetap melayani Tuhan.  Ia tidak kecewa, apalagi sampai lari dari panggilan Tuhan!  Terkadang Tuhan ijinkan kita harus melewati masalah dan penderitaan agar kita belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebab  "...justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."  (2 Korintus 12:9b).

Di balik penderitaan ada berkat besar Tuhan sediakan bagi yang mampu bertahan!