Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2020
Baca: 1 Raja-Raja 14:21-31
"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang
dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu
istana raja." 1 Raja-Raja 14:27
Salomo adalah salah satu raja besar di Israel! Terlepas dari kesalahan yang pernah diperbuat di akhir hidupnya, Salomo adalah raja yang sangat diberkati Tuhan dengan kekayaan yang melimpah, bahkan dalam hal kekayaan tak ada raja dari bangsa manapun yang sanggup menandinginya. "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Alkitab menyatakan bahwa istana Salomo sangat megah, bahkan semua perabotan perbendaharaan di rumah Tuhan terbuat dari emas. Empat puluh tahun lamanya Salomo memerintah atas Israel sampai ia mangkat.
Setelah Salomo mangkat, tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Rehabeam, tapi sangat disayangkan ia tidak mampu mempertahankan apa yang telah dirintis oleh ayahnya. Rehabeam justru melakukan banyak pelanggaran yang menyebabkan bangsa Israel berdosa kepada Tuhan: "...orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka
menimbulkan cemburu-Nya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari
pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka." (1 Raja-Raja 14:22). Tragisnya semua perabotan rumah Tuhan yang terbuat dari emas tak dapat mereka jaga dan pertahankan, karena semuanya dirampas oleh musuhnya yaitu Sisak raja Mesir. Namun Rehabeam tidak kehabisan akal, ia mengganti semua perabotan emas itu dengan tembaga (ayat nas), yang kualitasnya jauh lebih rendah.
Di masa-masa sekarang ini banyak orang Kristen yang tidak lagi memiliki kualitas 'emas' di hadapan Tuhan, tetapi hanya sekelas tembaga, karena mereka tidak lagi menjalani hidup kerohaniannya dengan sungguh-sungguh: ibadah asal-asalan, berdoa asal-asalan, baca Alkitab asal-asalan, pelayanan asal-asalan, dan tidak lagi menjaga kekudusan hidup, karena mereka terbawa oleh arus dunia ini. "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16).
Hidup dalam kekudusan itu seperti emas yang berkilauan di pemandangan mata Tuhan! Itulah kualitas hidup yang Tuhan cari.
Wednesday, April 22, 2020
Tuesday, April 21, 2020
PERCAYA DAN KERENDAHAN HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2020
Baca: Matius 9:27-31; Markus 7:24-30
"'Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?' Mereka menjawab: 'Ya Tuhan, kami percaya.'" Matius 9:28
Di tengah perjalanan tour pelayanan-Nya ada dua orang buta yang mengikuti Dia sambil berseru-seru, "Kasihanilah kami, hai Anak Daud." (Matius 27b). Sekalipun sudah mendengar seruan dari kedua orang buta tersebut Kristus tak langsung bertindak, karena Ia hendak menguji kesungguhan iman mereka. Oleh karena itu Kristus bertanya kepada mereka, "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (ayat nas).
Sebelum Tuhan bertindak untuk menolong, Ia ingin memperoleh jawaban yang tulus dari hati, dan kedua orang buta itu pun menjawab, "Ya Tuhan, kami percaya." (ayat nas). Kunci untuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak menolong dan menyelesaikan persoalan yang kita alami adalah hati yang percaya! Setelah mendengar jawaban dari dua orang buta itu barulah Tuhan menjamah mata mereka sambil berkata, "'Jadilah kepadamu menurut imanmu.' Maka meleklah mata mereka." (Matius 9:29-30). Banyak orang menginginkan berkat, pertolongan dan mujizat dari Tuhan, tapi selama mereka masih mengandalkan logika, mengandalkan kepintaran dan kehebatan manusia, dan menggunakan cara-cara manusia, sulit bagi mereka untuk dapat melihat dan mengalami campur tangan Tuhan. Selain itu punya kerendahan hati adalah kunci untuk mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan! Selama kita masih merasa diri hebat, pintar, dan mampu, selama kita masih meninggikan diri, tak mungkin pertolongan kita terima!
Seorang perempuan Sirp-Fenesia yang anaknya kerasukan setan merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan Tuhan. Sekalipun ia disebut 'anjing' tak membuatnya marah atau tersinggung. Saat ia meminta tolong Kristus berkata, "'Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.' Tetapi perempuan itu menjawab: 'Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.'" (Markus 7:27-28). Perempuan itu lulus dalam ujian kerendahan hati! "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." (Markus 7:29).
Tanpa iman percaya dan kerendahan hati, seruan dan doa kita takkan mampu menyentuh hati Tuhan dan menggerakkan tangan-Nya untuk bertindak!
Baca: Matius 9:27-31; Markus 7:24-30
"'Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?' Mereka menjawab: 'Ya Tuhan, kami percaya.'" Matius 9:28
Di tengah perjalanan tour pelayanan-Nya ada dua orang buta yang mengikuti Dia sambil berseru-seru, "Kasihanilah kami, hai Anak Daud." (Matius 27b). Sekalipun sudah mendengar seruan dari kedua orang buta tersebut Kristus tak langsung bertindak, karena Ia hendak menguji kesungguhan iman mereka. Oleh karena itu Kristus bertanya kepada mereka, "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (ayat nas).
Sebelum Tuhan bertindak untuk menolong, Ia ingin memperoleh jawaban yang tulus dari hati, dan kedua orang buta itu pun menjawab, "Ya Tuhan, kami percaya." (ayat nas). Kunci untuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak menolong dan menyelesaikan persoalan yang kita alami adalah hati yang percaya! Setelah mendengar jawaban dari dua orang buta itu barulah Tuhan menjamah mata mereka sambil berkata, "'Jadilah kepadamu menurut imanmu.' Maka meleklah mata mereka." (Matius 9:29-30). Banyak orang menginginkan berkat, pertolongan dan mujizat dari Tuhan, tapi selama mereka masih mengandalkan logika, mengandalkan kepintaran dan kehebatan manusia, dan menggunakan cara-cara manusia, sulit bagi mereka untuk dapat melihat dan mengalami campur tangan Tuhan. Selain itu punya kerendahan hati adalah kunci untuk mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan! Selama kita masih merasa diri hebat, pintar, dan mampu, selama kita masih meninggikan diri, tak mungkin pertolongan kita terima!
Seorang perempuan Sirp-Fenesia yang anaknya kerasukan setan merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan Tuhan. Sekalipun ia disebut 'anjing' tak membuatnya marah atau tersinggung. Saat ia meminta tolong Kristus berkata, "'Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.' Tetapi perempuan itu menjawab: 'Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.'" (Markus 7:27-28). Perempuan itu lulus dalam ujian kerendahan hati! "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." (Markus 7:29).
Tanpa iman percaya dan kerendahan hati, seruan dan doa kita takkan mampu menyentuh hati Tuhan dan menggerakkan tangan-Nya untuk bertindak!
Subscribe to:
Posts (Atom)