Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2020
Baca: Matius 21:12-17
"Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa." Matius 21:13
Orang percaya seharusnya menjadikan doa sebagai gaya hidup, karena doa itu ibarat nafas hidup orang percaya. Apa yang terjadi bila kita tak lagi bernafas? Tak bernafas berarti mati. Orang yang tidak lagi berdoa berarti mengalami kematian rohani. Namun banyak orang Kristen yang malas sekali untuk berdoa, atau berdoa hanya saat merasa memerlukan Tuhan saja, padahal Kristus telah meninggalkan teladan bagaimana Ia selalu bertekun di dalam doa, membangun persekutuan yang karib dengan Bapa di sorga.
Kristus bertindak tegas menguduskan Bait Suci karena Ia melihat Bait Suci telah disalahgunakan. Bait Suci yang seharusnya menjadi tempat untuk beribadah dan berdoa malah dijadikan tempat untuk berjual beli. Karena itu Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Suci, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (Matius 21:12). Kristus menegaskan, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa." (ayat nas), tempat Roh Kudus hadir, tempat umat mempersembahkan seluruh keberadaan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan (Roma 12:1); dan ketika Bait Suci kembali berfungsi sebagai rumah doa, sesuatu yang dahsyat terjadi: orang-orang buta dan orang-orang timpang yang datang kepada Kristus di Bait Suci itu mengalami mujizat kesembuhan. Rumah doa kini menjadi rumah pemulihan, di mana banyak yang dipulihkan hidupnya karena ada lawatan Tuhan. Ketika melihat mujizat terjadi anak-anak pun memuji-muji Tuhan: "Hosana bagi Anak Daud!" (Matius 21:15), "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian..." (Matius 21:16). Ini penggenapan dari tulisan pemazmur: "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar
kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3). Bait Suci menjadi rumah pujian!
Setiap orang percaya adalah bait Tuhan dan bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16). Ketika orang percaya mendisiplinkan diri dalam hal berdoa ia akan semakin dibersihkan dan dikuduskan oleh Tuhan, dan semakin dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat dan saluran kuasa Tuhan bagi orang-orang yang dibawa dan datang kepadanya.
Bait Tuhan yang tercemari oleh hal-hal duniawi menjadi penghalang bagi Tuhan untuk berkarya dan menyatakan kuasa-Nya!
Tuesday, April 14, 2020
Monday, April 13, 2020
NANTIKAN DENGAN TIDAK JEMU-JEMU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2020
Baca: Mazmur 27:1-14
"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" Mazmur 27:14
Di sepanjang perjalanan hidup ini kita tak pernah lepas dari kata 'menanti' ini: sepasang suami isteri sedang berdebar-debar menanti kelahiran bayinya; seorang gadis selalu menanti kapan ia akan dilamar oleh sang pujaan hatinya; di stasiun kereta api banyak orang menanti waktu keberangkatan kereta. Kita mengakui bahwa menanti adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, membosankan, dan terkadang menjengkelkan. Terlebih-lebih bila kita harus menanti dalam waktu yang cukup lama, pasti timbul rasa jemu.
Dalam hal menantikan janji Tuhan banyak orang Kristen juga merasakan hal yang sama. Tidak sedikit dari mereka yang putus asa dan berhenti berharap kepada Tuhan, tidak lagi menguatkan iman dan bersabar. Alkitab menegaskan bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin. "...apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3b). Kita tidak boleh putus asa atau menyerah di tengah jalan! Melalui kesabaran dan ketekunan, orang akan menerima apa yang telah dijanjikan-Nya, sebab Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong, pertolongan-Nya selalu tepat pada waktu-Nya. Suatu ketika Tuhan berjanji kepada Abraham, "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'" (Kejadian 15:5). Namun apa kenyataannya? Sara belum memiliki anak selama bertahun-tahun, bahkan saat usia keduanya sudah sangat tua belum juga ada tanda. Secara logika Abraham dan Sara punya alasan untuk menjadi kecewa!
Waktu Tuhan adalah yang terbaik, walau sukar untuk dipahami! Tuhan menggenapi janji-Nya saat Abraham berumur 100 tahun dan Sara 90 tahun. Berapa lama Saudara menantikan pertolongan dari Tuhan? Seringkali kita merasa jemu untuk berdoa, semangat kita dalam beribadah dan melayani Tuhan pun turut mengendor saat belum ada pertolongan, bahkan kita mulai mengandalkan kekuatan sendiri untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4).
Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya, jangan pernah jemu menunggu!
Baca: Mazmur 27:1-14
"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" Mazmur 27:14
Di sepanjang perjalanan hidup ini kita tak pernah lepas dari kata 'menanti' ini: sepasang suami isteri sedang berdebar-debar menanti kelahiran bayinya; seorang gadis selalu menanti kapan ia akan dilamar oleh sang pujaan hatinya; di stasiun kereta api banyak orang menanti waktu keberangkatan kereta. Kita mengakui bahwa menanti adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, membosankan, dan terkadang menjengkelkan. Terlebih-lebih bila kita harus menanti dalam waktu yang cukup lama, pasti timbul rasa jemu.
Dalam hal menantikan janji Tuhan banyak orang Kristen juga merasakan hal yang sama. Tidak sedikit dari mereka yang putus asa dan berhenti berharap kepada Tuhan, tidak lagi menguatkan iman dan bersabar. Alkitab menegaskan bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin. "...apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3b). Kita tidak boleh putus asa atau menyerah di tengah jalan! Melalui kesabaran dan ketekunan, orang akan menerima apa yang telah dijanjikan-Nya, sebab Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong, pertolongan-Nya selalu tepat pada waktu-Nya. Suatu ketika Tuhan berjanji kepada Abraham, "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'" (Kejadian 15:5). Namun apa kenyataannya? Sara belum memiliki anak selama bertahun-tahun, bahkan saat usia keduanya sudah sangat tua belum juga ada tanda. Secara logika Abraham dan Sara punya alasan untuk menjadi kecewa!
Waktu Tuhan adalah yang terbaik, walau sukar untuk dipahami! Tuhan menggenapi janji-Nya saat Abraham berumur 100 tahun dan Sara 90 tahun. Berapa lama Saudara menantikan pertolongan dari Tuhan? Seringkali kita merasa jemu untuk berdoa, semangat kita dalam beribadah dan melayani Tuhan pun turut mengendor saat belum ada pertolongan, bahkan kita mulai mengandalkan kekuatan sendiri untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4).
Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya, jangan pernah jemu menunggu!
Subscribe to:
Posts (Atom)