Monday, April 6, 2020

KELUARGA RUKUN: Mengalami Berkat Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2020

Baca:  Matius 18:15-20

"Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga."  Matius 18:19

Semua orang pasti menginginkan sebuah keluarga yang rukun dan dipenuhi damai sejahtera.  Keluarga rukun adalah apabila hubungan suami-isteri harmonis, hubungan antara orangtua dan anak-anak begitu dekat dan kompak.... Bila keluarga rukun, rumah akan menjadi tempat paling nyaman di dunia.  Daud mengungkapkan suatu kebenaran bahwa rumah tangga atau keluarga yang hidup dalam kerukunan akan menjadi tujuan Tuhan mencurahkan berkat-berkat-Nya:  "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! ...Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:1, 3).

     Rumah tangga atau keluarga yang rukun tidak tercipta dengan sendirinya, tapi perlu diusahakan, dipupuk dan dibina dari hari ke sehari.  Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membangun kerukunan dalam sebuah keluarga:  1. Sediakan waktu bersama.  Membangun mezbah keluarga atau melakukan saat teduh bersama adalah momen terbaik.  Saat kita membangun mezbah doa dalam keluarga, Tuhan pasti hadir melawat kita:  "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."  (Matius 18:20).  Kita juga dapat menyediakan waktu bersama dengan keluarga untuk kegiatan-kegiatan tertentu, semisal makan bersama di luar pada waktu weekend atau pergi piknik ke tempat wisata.  Ketika keluarga hidup rukun dan kompak, ikatan emosi antar anggota keluarga akan semakin kuat.

     2.  Praktekkan kasih.  Keluarga adalah gereja terkecil, tempat awal kita mempraktekkan kasih.  Kasih dapat dinyatakan dengan saling peduli, memperhatikan, menghargai, menghormati dan menolong.  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."  (Matius 7:12a).  Jika kita mau dikasihi kita pun harus belajar mengasihi;  kalau kita tidak mau disepelekan, kita pun tidak boleh menyepelekan orang lain, oleh karena itu:  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."  (Galatia 6:2).

"...rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan."  (Matius 12:25), berkat Tuhan pun akan menjauh.

Sunday, April 5, 2020

KETIKA TUHAN MENJAWAB 'TIDAK'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 April 2020

Baca:  2 Samuel 12:1-25

"Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup."  2 Samuel 12:22

Bersukacita ketika Tuhan mengabulkan permohonan doa kita adalah hal wajar.  Namun bagaimana bila Tuhan menjawab TIDAK terhadap permohonan doa kita?  Bagaimana reaksi kita ketika mengetahui bahwa ternyata Tuhan tidak menjawab doa-doa kita?  Daud, sekalipun sudah diberitahu tentang konsekuensi yang harus ditanggung karena pelanggarannya, yaitu anaknya akan mati, masih terus memohon kepada Tuhan dan berpuasa.  Sebagai anak-anak-Nya kita berhak meminta segala sesuatu kepada Bapa di sorga, seperti tertulis:  "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."  (Matius 7:7).

     Ada tiga jawaban Tuhan untuk setiap permohonan doa kita:  1.  Ya, 2.  Tunggu, 3.  Tidak.  Kita harus berdoa kepada Tuhan dengan tidak jemu-jemu tanpa mengenal lelah, sampai kita mendapatkan jawaban dari Tuhan  (ya, tidak, atau tunggu).  Doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh dapat menggerakkan hati Tuhan untuk mengubah keputusannya.  Contohnya:  Hizkia mengalami sakit parah dan hampir mati, lalu ia berdoa memohon kesembuhan kepada Tuhan  (Yesaya 38:2-3), dan Tuhan menjawab,  "Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,"  (Yesaya 38:5).  Berbeda dengan kasus yang dialami Daud, sekalipun ia terus berdoa disertai puasa, memohon belas kasihan Tuhan untuk anaknya agar tetap hidup, tetapi jawaban dari Tuhan adalah tidak;  dan pada hari yang ketujuh anaknya mati  (2 Samuel 12:18).  Daud pun bangkit dari pergumulannya karena ia sudah menerima jawaban dari Tuhan, sekalipun jawaban itu tidak seperti yang diharapkan.

     Apa pun jawaban yang Tuhan berikan, kita harus belajar bisa menerima tanpa rasa kecewa, karena Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.  Banyak orang Kristen, yang ketika doa-doanya dijawab TIDAK oleh Tuhan, langsung marah.  Menjadi anak Tuhan tidaklah berarti semua yang kita minta pasti dituruti oleh Tuhan, karena apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut pandangan Tuhan.

Tuhan menjawab TIDAK bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita, tetaplah setia kepada Tuhan, karena Ia tahu yang terbaik untuk kita!