Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2020
Baca: Mazmur 24:1-10
"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" Mazmur 24:3
Pemazmur menegaskan bahwa tidak semua orang dapat naik ke gunung Tuhan. Kata 'gunung' mempunyai pengertian: kemuliaan Tuhan dan tempat kediaman Tuhan. Hanya orang-orang pilihan yang dapat naik ke 'gunung' Tuhan, sebab Tuhan adalah kudus, tanpa kekudusan tak seorang pun layak untuk menghampiri takhta-Nya. Rasul Petrus mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Seseorang tak dapat melihat Tuhan tanpa kekudusan hidup dan tanpa kesucian hati. Yang boleh naik ke gunung Tuhan adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4).
Jelas sekali bahwa tidak sembarang orang dilayakkan untuk menghampiri hadirat Tuhan! 1. Orang yang bersih tangannya. Bersih artinya tidak bersalah atau bebas dari kesalahan, sedangkan 'tangan' berbicara tindakan. Orang yang bersih tangannya adalah orang yang memiliki tindakan atau perbuatan yang tidak bercela. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan, tapi "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan." (1 Yohanes 1:9), dan bertobat, Tuhan berkenan menerima kita. 2. Orang yang memiliki hati yang murni. Ini berbicara tentang motivasi hati atau kekudusan batin seseorang. Hanya orang yang murni hatinya akan melihat Tuhan (Matius 5:8). Hati yang murni adalah tulus, tidak ada maksud-maksud terselubung, transparan, apa adanya, tidak ada kepalsuan, bersih, jernih, dan tidak ada hal-hal jahat yang tersimpan di dalam hati.
Karena itu kita harus menjaga hati kita, sebab dari hati akan terpancar kehidupan (Amsal 4:23); Hati kita dapat menentukan arah hidup kita, karena dari hati timbul segala yang jahat (Matius 15:19). Bila hati kita ini bersih, maka ucapan yang keluar dari mulut kita pun bersih, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Isi perbendaharaan hati kita dengan firman Tuhan setiap hari!
Kejar perkenanan Tuhan supaya kita layak datang ke gunung-Nya yang kudus!
Friday, March 13, 2020
Thursday, March 12, 2020
TAK MAU BAYAR HARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2020
Baca: Lukas 9:22-27
"...barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus memberikan ketegasan kepada Timotius: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20-21).
Segala sesuatu yang memiliki kualitas bagus dan di atas rata-rata harganya pasti sangat mahal. Sebaliknya, sesuatu yang berharga murah biasanya kualitasnya sangat diragukan... dan untuk menjadi sesuatu yang berkualitas dan berharga prosesnya tak mudah. Begitu juga dalam kehidupan rohani, ada harga yang harus dibayar untuk bisa menjadi alat kemuliaan Tuhan. Kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis (tanpa bayar apa-apa), namun untuk mengikuti Dia, melayani Dia, dan mengalami penggenapan janji-janji-Nya kita harus mau membayar harga. Membayar harga bukan sekedar pengorbanan dan konsekuensi, tetapi berbicara mengenai keutamaan Kristus di dalam hidup kita. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Kita rela meninggalkan segala sesuatu demi Kristus dan menjadikan Dia sebagai yang terutama dari segalanya. Selama masih menuruti keinginan daging, selama kita masih mengasihi dunia ini, kita belum mampu membayar harga itu.
Harga ialah komitmen. "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak..." (Lukas 9:62). Miliki tekad seperti Paulus: "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:20). Banyak orang ingin serupa Kristus, tapi hanya dalam hal melakukan mujizat atau perkara-perkara besar saja, dengan tujuan supaya makin terkenal. Menjadi seperti Kristus berarti harus mau hidup seperti Kristus yaitu taat kepada kehendak Bapa.
Tanpa mau membayar harga, Tuhan tak bisa memakai hidup kita untuk rencana-Nya.
Baca: Lukas 9:22-27
"...barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus memberikan ketegasan kepada Timotius: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20-21).
Segala sesuatu yang memiliki kualitas bagus dan di atas rata-rata harganya pasti sangat mahal. Sebaliknya, sesuatu yang berharga murah biasanya kualitasnya sangat diragukan... dan untuk menjadi sesuatu yang berkualitas dan berharga prosesnya tak mudah. Begitu juga dalam kehidupan rohani, ada harga yang harus dibayar untuk bisa menjadi alat kemuliaan Tuhan. Kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis (tanpa bayar apa-apa), namun untuk mengikuti Dia, melayani Dia, dan mengalami penggenapan janji-janji-Nya kita harus mau membayar harga. Membayar harga bukan sekedar pengorbanan dan konsekuensi, tetapi berbicara mengenai keutamaan Kristus di dalam hidup kita. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Kita rela meninggalkan segala sesuatu demi Kristus dan menjadikan Dia sebagai yang terutama dari segalanya. Selama masih menuruti keinginan daging, selama kita masih mengasihi dunia ini, kita belum mampu membayar harga itu.
Harga ialah komitmen. "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak..." (Lukas 9:62). Miliki tekad seperti Paulus: "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:20). Banyak orang ingin serupa Kristus, tapi hanya dalam hal melakukan mujizat atau perkara-perkara besar saja, dengan tujuan supaya makin terkenal. Menjadi seperti Kristus berarti harus mau hidup seperti Kristus yaitu taat kepada kehendak Bapa.
Tanpa mau membayar harga, Tuhan tak bisa memakai hidup kita untuk rencana-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)