Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2020
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang
berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan;
dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya." 1 Tawarikh 29:12
Daud adalah seorang raja Israel yang besar dan diberkati Tuhan. Selain memiliki kekayaan yang melimpah, ia juga punya angkatan bersenjata atau prajurit-prajurit yang kuat. Secara duniawi Daud punya alasan untuk membanggakan diri karena dia punya segalanya. Tapi hal itu tidak Daud lakukan, karena ia sadar bahwa semua yang dimiliki adalah datangnya dari Tuhan. Tanpa campur tangan Tuhan, jika Tuhan tidak turut bekerja, Daud bukanla siapa-siapa dan tidak akan sampai sejauh itu.
Berkat yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan. Jadi Tuhan adalah Pemilik, sedangkan kita hanya dipercaya untuk mengelolanya (pengelola). Daud mengakui dengan jujur, "Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran
dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya
TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi
segala-galanya sebagai kepala." (1 Tawarikh 29:11). Tuhan sangat membenci kesombongan; Tuhan tidak suka dengan orang yang suka membanggakan diri atau bermegah atas diri sendiri. Betapa pun megah, besar, hebat, kuat, pintar, dan populernya seseorang, bila kesombongan atau kemegahan terhadap diri sendiri mulai merajai hati, Tuhan akan menurunkan dan merendahkannya.
Di akhir zaman ini roh kesombongan melanda manusia secara merajalela. Tapi, tidak banyak orang menyadari hal ini. Ketika karir, studi, bisnis atau pelayanan mulai sukses, dada mulai dibusungkan. Yang awalnya down to earth, setelah memiliki segala-galanya menjadi seperti 'alien'. Saat kesombongan mulai merajai hidup seseorang, ia pun menjadi lupa kepada Tuhan, Sang Pemberi. Kita menganggap semua yang telah diraih adalah buah dari jerih payah sendiri. Walaupun raja Daud punya segalanya, dia tetap mengakui bahwa segala sesuatu datangnya dari Tuhan dan milik Tuhan. Oleh sebab itu jangan sekali-kali menyombongkan diri. "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan,
sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun
Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." (Obaja 1:4).
Jangan sekali-kali memegahkan diri, karena semua datangnya dari Tuhan!
Monday, March 9, 2020
Sunday, March 8, 2020
SAAT TERJEPIT BARULAH MENJERIT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2020
Baca: Ulangan 4:21-40
"Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN,..." Ulangan 4:30
Masalah, kesukaran, penderitaan dan hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan mengetahuinya. Timbul pertanyaan: "Kalau Tuhan sudah mengetahuinya, mengapa Dia membiarkan hal ini terjadi?" Ketahuilah, Tuhan punya rencana di balik masalah yang kita alami. Jika setiap permasalahan Tuhan singkirkan, maka iman kita tidak akan pernah bertumbuh; jika setiap permasalahan Tuhan singkirkan, kita tidak dapat belajar berharap dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Oleh karenanya Tuhan mengajar kita untuk berharap dan bersandar kepada-Nya, serta mendekatkan kita kepada-Nya, dimana salah satu cara yang Tuhan pakai adalah melalui masalah atau kesukaran yang kita alami.
Saat keadaan baik-baik saja, tanpa masalah, kita sering merasa tak membutuhkan Tuhan. Kita tak sungguh-sungguh dalam ibadah dan doa. Perkara-perkara rohani kita remehkan. Tapi begitu menghadapi masalah yang berat dan benar-benar terjepit, barulah kita menjerit kepada Tuhan, berseru-seru minta pertolongan dari-Nya. "Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN,..." (ayat nas). Ketika mengalami masalah yang teramat pelik, menemui jalan buntu, dan terjepit, barulah kita menjerit kepada Tuhan dan mendekati Dia. Pemazmur menyadari akan hal ini. "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71). Ketika semua berjalan dengan baik banyak orang melupakan dan meninggalkan, lebih mengasihi dunia dengan segala berhalanya. Begitu krisis melanda, sakit-penyakit mendera dan dokter sudah angkat tangan, barulah orang teringat kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya.
Inilah yang dilakukan bangsa Israel: saat keadaan baik dan nyaman mereka melupakan Tuhan, meremehkan peringatan-Nya dan berpaling kepada ilah lain. "...di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium." (Ulangan 4:28).
Mencari Tuhan hanya saat perlu sama artinya tidak menghormati Tuhan!
Baca: Ulangan 4:21-40
"Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN,..." Ulangan 4:30
Masalah, kesukaran, penderitaan dan hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan mengetahuinya. Timbul pertanyaan: "Kalau Tuhan sudah mengetahuinya, mengapa Dia membiarkan hal ini terjadi?" Ketahuilah, Tuhan punya rencana di balik masalah yang kita alami. Jika setiap permasalahan Tuhan singkirkan, maka iman kita tidak akan pernah bertumbuh; jika setiap permasalahan Tuhan singkirkan, kita tidak dapat belajar berharap dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Oleh karenanya Tuhan mengajar kita untuk berharap dan bersandar kepada-Nya, serta mendekatkan kita kepada-Nya, dimana salah satu cara yang Tuhan pakai adalah melalui masalah atau kesukaran yang kita alami.
Saat keadaan baik-baik saja, tanpa masalah, kita sering merasa tak membutuhkan Tuhan. Kita tak sungguh-sungguh dalam ibadah dan doa. Perkara-perkara rohani kita remehkan. Tapi begitu menghadapi masalah yang berat dan benar-benar terjepit, barulah kita menjerit kepada Tuhan, berseru-seru minta pertolongan dari-Nya. "Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN,..." (ayat nas). Ketika mengalami masalah yang teramat pelik, menemui jalan buntu, dan terjepit, barulah kita menjerit kepada Tuhan dan mendekati Dia. Pemazmur menyadari akan hal ini. "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71). Ketika semua berjalan dengan baik banyak orang melupakan dan meninggalkan, lebih mengasihi dunia dengan segala berhalanya. Begitu krisis melanda, sakit-penyakit mendera dan dokter sudah angkat tangan, barulah orang teringat kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya.
Inilah yang dilakukan bangsa Israel: saat keadaan baik dan nyaman mereka melupakan Tuhan, meremehkan peringatan-Nya dan berpaling kepada ilah lain. "...di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium." (Ulangan 4:28).
Mencari Tuhan hanya saat perlu sama artinya tidak menghormati Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)