Saturday, March 7, 2020

TOTALITAS DALAM MENGIKUT KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2020

Baca:  Matius 8:18-22

"Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."  Matius 8:19

Mengikut Kristus itu tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, tidak ada istilah setengah-setengah, apalagi hanya asal-asalan atau ala kadarnya.  Mengikut Kristus harus sepenuh hati  (total service)  dengan komitmen yang tinggi.  Dalam dunia kerja sekuler saja seorang pekerja dituntut untuk memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya.

     Apakah kita sudah mengikut Kristus secara total?  Sejauh mana loyalitas kita kepada Kristus?  Apakah selama ini kita melayani Tuhan sepenuh hati, tanpa embel-embel lain?  Ataukah pelayanan kita kepada Tuhan karena suatu tendensi:  karena uang atau demi popularitas?  "'Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.' Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: 'Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.'"  (Matius 8:20-21).  Tuhan menegaskan,  "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."  (Matius 8:22).  Menjadi pengikut Kristus sejati di masa sekarang ini tidaklah mudah, sebab ada banyak sekali tantangan dan hambatan, yang membua orang mudah sekali berubah dan tidak lagi setia.  Mengikut Kristus berarti kita harus mengarahkan pandangan hanya kepada Kristus saja.  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman,"  (Ibrani 12:2).  Banyak orang Kristen yang arah pandangannya bukan lagi kepada Kristus melainkan tertuju kepada perkara-perkara yang ada di dunia ini.  Kita lebih mencintai dunia daripada mengasihi Tuhan.  Kita lebih mengikuti kenendak dan keinginan diri sendiri daripada harus tunduk kepada kehendak Tuhan.

     Ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus, karena Kristus telah terlebih dahulu mengorbankan hidup-Nya untuk menebus dosa-dosa kita dengan darah-Nya,  "...yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:19).  Kristus telah mengangkat kita dari lumpur dosa dan menyelamatkan kita, maka sudah sepatutnyalah kita mempersembahkan hidup ini sepenuhnya untuk kemuliaan nama-Nya dan melayani Tuhan dengan hati yang takut akan Dia.

"Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  1 Korintus 6:20

Friday, March 6, 2020

SUNGUT-SUNGUT: Tak Menghargai Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2020

Baca:  Bilangan 14:1-38

"Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!"  Bilangan 14:11

Banyak orang Kristen yang hidupnya  'setali tiga uang'  (tidak ada bedanya;  sama saja)  dengan kehidupan bangsa Israel:  tiada hari tanpa berkeluh kesah, menggerutu, bersungut-sungut dan selalu menyalahkan Tuhan atas apa yang dialaminya.

     Saat menghadapi kesulitan atau kesukaran bangsa Israel selalu menunjukkan persungutannya.  "Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: 'Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?' Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: 'Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.'"  (Bilangan 14:2-4).  Bersungut-sungut adalah tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan, tak menghargai berkat Tuhan, tak menghargai penyertaan Tuhan.  Mereka selalu menuntut Tuhan melakukan apa yang diinginkan.  Tidak ada ucapan syukur dari mulut mereka.  "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran."  (Amsal 21:23).  Orang yang tidak bisa menguasai mulut dan lidahnya, yang suka menggemakan perkataan-perkataan yang negatif, kotor, sia-sia, pada saatnya akan memakan buahnya  (Amsal 18:21).

     Karena tak berhenti bersungut-sungut kepada Tuhan, bangsa Israel harus menanggung akibatnya:  "Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya."  (Bilangan 14:22-23).  Sekalipun Tuhan adalah panjang sabar dan penuh kasih, serta mengampuni kesalahan dan pelanggaran mereka, tapi Ia tidak akan membebaskan orang bersalah dari hukuman.

Karena tak menghormati Tuhan, sebagian besar dari umat Israel gagal mencapai Tanah Perjanjian!