Friday, March 6, 2020

SUNGUT-SUNGUT: Tak Menghargai Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2020

Baca:  Bilangan 14:1-38

"Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!"  Bilangan 14:11

Banyak orang Kristen yang hidupnya  'setali tiga uang'  (tidak ada bedanya;  sama saja)  dengan kehidupan bangsa Israel:  tiada hari tanpa berkeluh kesah, menggerutu, bersungut-sungut dan selalu menyalahkan Tuhan atas apa yang dialaminya.

     Saat menghadapi kesulitan atau kesukaran bangsa Israel selalu menunjukkan persungutannya.  "Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: 'Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?' Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: 'Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.'"  (Bilangan 14:2-4).  Bersungut-sungut adalah tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan, tak menghargai berkat Tuhan, tak menghargai penyertaan Tuhan.  Mereka selalu menuntut Tuhan melakukan apa yang diinginkan.  Tidak ada ucapan syukur dari mulut mereka.  "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran."  (Amsal 21:23).  Orang yang tidak bisa menguasai mulut dan lidahnya, yang suka menggemakan perkataan-perkataan yang negatif, kotor, sia-sia, pada saatnya akan memakan buahnya  (Amsal 18:21).

     Karena tak berhenti bersungut-sungut kepada Tuhan, bangsa Israel harus menanggung akibatnya:  "Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya."  (Bilangan 14:22-23).  Sekalipun Tuhan adalah panjang sabar dan penuh kasih, serta mengampuni kesalahan dan pelanggaran mereka, tapi Ia tidak akan membebaskan orang bersalah dari hukuman.

Karena tak menghormati Tuhan, sebagian besar dari umat Israel gagal mencapai Tanah Perjanjian!

Thursday, March 5, 2020

KARIB DENGAN TUHAN: Pelayanan Berdampak

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2020

Baca:  Markus 1:35-39

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  Markus 1:35

Banyak orang tidak pernah melibatkan Tuhan di setiap apa yang dikerjakan.  Apa buktinya?  Sebelum memulai segala sesuatu mereka tidak pernah berdoa.  Kristus memberikan teladan hidup:  sebelum melakukan segala aktivitas-Nya di hari yang baru, sebelum pergi memberitakan kebenaran, mengajar dan melayani jiwa-jiwa, Ia terlebih dahulu berdoa kepada Bapa,  "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap..."  (ayat nas).  Artinya Kristus tidak melangkah menurut kehendak-Nya sendiri, tapi mencari kehendak Bapa terlebih dahulu, barulah Ia melangkah.  "...Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."  (Yohanes 5:30).

     Begitu pula dalam melayani pekerjaan Tuhan, kita tak dapat melakukannya dengan kepintaran dan kekuatan sendiri, tidak semata-mata hanya mengandalkan talenta atau skill, namun perlu persiapan secara roh agar urapan dan otoritas Tuhan turun atas kita.  Tanpa melibatkan Roh Kudus bekerja, pelayanan yang kita kerjakan tak lebih dari legalitas agamawi saja.  Kristus saja tidak pernah melayani tanpa melibatkan campur tangan Bapa.  Terbukti sebelum melakukan segala sesuatu di hari baru, pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, Kristus pergi keluar untuk berdoa di tempat yang sunyi  (ayat nas).  Adalah sia-sia jika kita melayani Tuhan dengan mengandalkan kekuatan sendiri.  Kunci melayani Tuhan yang efektif adalah bagaimana kita bisa menjaga hati untuk tetap membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, serta berjalan menurut kehendak-Nya.

     Banyak orang Kristen sudah melayani Tuhan tapi mereka malah mengabaikan persekutuan dengan Tuhan secara pribadi, karena terlalu sibuk dengan jadwal pelayanannya.  Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita terjebak dengan rutinitas pelayanan, sementara hubungan kita dengan Tuhan malah kita abaikan.  Jangan sampai Tuhan berkata,  "...Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:23).  Rindukan hadirat Tuhan selalu agar Dia menyertai setiap pelayanan kita, tanpa campur tangan-Nya pelayanan kita tidak ada artinya.

"Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  Yesaya 50:4b