Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2020
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap
dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam
jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang,
kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12a
Seberapa berhargakah waktu bagi Saudara? Orang yang menghargai waktu pasti tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya, mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna/bermanfaat. Salah satu contoh sederhana menyia-nyiakan waktu adalah suka sekali menunda-nunda untuk mengerjakan sesuatu, misal pekerjaan.
Menunda-nunda pekerjaan (procrastination) merupakan masalah yang dimiliki oleh hampir semua orang. Sesuatu yang seharusnya bisa dikerjakan pada hari ini sering kita tunda untuk esok hari: "Ah besok saja, masih banyak kesempatan.", padahal tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kita tak tahu secara pasti apakah kita masih beroleh kesempatan untuk menikmati hari esok. "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Semakin kita menunda-nunda waktu untuk mengerjakan sesuatu, semakin menumpuklah pekerjaan yang harus kita kerjakan, semakin malas pula kita untuk mengerjakannya. Apa yang Tuhan percayakan kepada Saudara untuk dikerjakan? Apabila Tuhan mengutus Saudara untuk turut ambil bagian dalam pelayanan, sekarang adalah waktunya, bukan besok. Bila Tuhan mengutus Saudara untuk bersaksi dan memberitakan Injil kepada orang-orang lain, sekarang adalah waktunya, bukan besok. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Jangan suka mengulur-ulur waktu lagi, siapa tahu di kemudian hari kita tidak punya kesempatan lagi. Bila menyadari bahwa kerohanian kita masih kerdil, mengapa kita tidak segera berbenah diri dan membuat komitmen untuk lebih serius lagi mencari Tuhan? Ini saatnya kita 'berlari' dan mengejar ketertinggalan kita. Bila saat ini kita hidup jauh dari Tuhan dan tenggelam dalam dosa, ini waktunya untuk segera bertobat.
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" Ibrani 3:15
Tuesday, February 18, 2020
Monday, February 17, 2020
BERMEGAHLAH KARENA TUHAN, BUKAN YANG LAIN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2020
Baca: Galatia 6:11-18
"Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." Galatia 6:14
Harta kekayaan, jabatan, gelar atau popularitas adalah hal-hal yang seringkali menjadi alasan bagi orang untuk bermegah, karena dengan memiliki semuanya itu orang tak lagi dipandang remeh oleh sesamanya. Sebaliknya, orang yang tak memiliki apa-apa, keberadaannya di tengah lingkungan dipandang sebelah mata atau tak dianggap.
Bermegah artinya membangga-banggakan diri. Orang percaya tak sepatutnya bermegah atau membangga-banggakan diri tentang hal-hal yang lahiriah atau materi. Kepada jemaat di Galatia rasul Paulus menegaskan bahwa ia sekali-kali tidak mau bermegah selain di dalam Tuhan? Kita bermegah di dalam Tuhan karena status kita sebagai ciptaan baru di dalam Kristus: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Maka dari itu "...bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya." (Galatia 6:15). Apakah kita benar-benar sudah mengalami kelahiran baru di dalam Kristus? Harta kekayaan yang melimpah, memiliki seluruh dunia ini sekalipun, takkan berarti apa-bapa bila kita masih hidup sebagai 'manusia lama'.
Kita patut bermegah di dalam Tuhan karena kita memenuhi standar atau patokan. "Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah." (Galatia 6:16). Standar atau patokannya apa? Keselamatan. Dinyatakan bahwa jika kita mengaku dengan mulut bahwa Kristus adalah Tuhan dan percaya dalam hati, bahwa Bapa telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kita akan diselamatkan (Roma 10:9). "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Melalui iman kepada Kristus kita diselamatkan. Jadi keselamatan itu bukan karena usaha kita, melainkan karena kasih karunia dari Bapa semata. Inilah yang seharusnya membuat orang percaya bangga dan bermegah!
"Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN..." Mazmur 20:8
Baca: Galatia 6:11-18
"Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." Galatia 6:14
Harta kekayaan, jabatan, gelar atau popularitas adalah hal-hal yang seringkali menjadi alasan bagi orang untuk bermegah, karena dengan memiliki semuanya itu orang tak lagi dipandang remeh oleh sesamanya. Sebaliknya, orang yang tak memiliki apa-apa, keberadaannya di tengah lingkungan dipandang sebelah mata atau tak dianggap.
Bermegah artinya membangga-banggakan diri. Orang percaya tak sepatutnya bermegah atau membangga-banggakan diri tentang hal-hal yang lahiriah atau materi. Kepada jemaat di Galatia rasul Paulus menegaskan bahwa ia sekali-kali tidak mau bermegah selain di dalam Tuhan? Kita bermegah di dalam Tuhan karena status kita sebagai ciptaan baru di dalam Kristus: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Maka dari itu "...bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya." (Galatia 6:15). Apakah kita benar-benar sudah mengalami kelahiran baru di dalam Kristus? Harta kekayaan yang melimpah, memiliki seluruh dunia ini sekalipun, takkan berarti apa-bapa bila kita masih hidup sebagai 'manusia lama'.
Kita patut bermegah di dalam Tuhan karena kita memenuhi standar atau patokan. "Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah." (Galatia 6:16). Standar atau patokannya apa? Keselamatan. Dinyatakan bahwa jika kita mengaku dengan mulut bahwa Kristus adalah Tuhan dan percaya dalam hati, bahwa Bapa telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kita akan diselamatkan (Roma 10:9). "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Melalui iman kepada Kristus kita diselamatkan. Jadi keselamatan itu bukan karena usaha kita, melainkan karena kasih karunia dari Bapa semata. Inilah yang seharusnya membuat orang percaya bangga dan bermegah!
"Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN..." Mazmur 20:8
Subscribe to:
Posts (Atom)