Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2020
Baca: Ulangan 28:1-14
"TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni
langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati
segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak
bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." Ulangan 28:12
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, orang bekerja. Yang sering menjadi permasalahan adalah kita sudah berusaha dengan keras dan bekerja sebaik mungkin, tapi keuangan masih saja belum cukup untuk memenuhi aneka kebutuhan. Akhirnya kita mencari cara bagaimana supaya kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Salah satu cara yang seringkali menjadi opsi mudah adalah mencari pinjaman atau berutang kepada orang lain.
Alkitab tidak pernah menyarankan kita untuk berutang, tapi juga tidak ada ayat yang menyebutkan bahwa berutang adalah dosa. Kalau berutang adalah dosa, berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain. Ada tertulis: "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." (Matius 5:42). Perhatikan! Tuhan memberikan suatu hukum bagi orang yang berutang, yaitu ia harus membayar utangnya. Kita berdosa apabila kita tidak membayar utang. Meskipun utang bukanlah perbuatan dosa, namun utang sangat berbahaya dan utang yang tidak dibayar adalah dosa. Seringkali terjadi, karena terlilit utang, orang melakukan berbagai tindak kejahatan.
Firman Tuhan menegaskan bahwa utang sesungguhnya bukanlah untuk anak-anak Tuhan. Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah hidup yang diberkati dan menjadi berkat; orang percaya memberi pinjaman, bukan meminjam. Maka agar kita tidak terlibat utang, kita harus membuat perencanaan keuangan dengan baik. Kemudian kita harus memastikan setiap utang dibayar terlebih dahulu, sebab orang yang meminjam dan tidak membayar kembali disebut orang fasik (Mazmut 37:21). Berkat Tuhan tidak akan datang kepada orang yang tidak bisa menepati janji untuk membayar utang. Karena itu cukupkan diri dengan apa yang ada, jangan sampai besar pasak daripada tiang.
Kunci utama untuk memiliki hidup yang diberkati adalah taat melakukan kehendak Tuhan dan jangan lupa mengembalikan persepuluhan, yang adalah milik Tuhan!
Monday, February 10, 2020
Sunday, February 9, 2020
TUHAN KARIB DENGAN ORANG YANG TAAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2020
Baca: Ayub 29:1-25
"...ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;" Ayub 29:4
Kisah tentang perjalanan hidup Ayub, tentunya tak asing lagi di telinga orang percaya. Ayub harus mengalami proses hidup yang luar biasa, dimana Tuhan mengijinkan masalah dan penderitaan terjadi di kehidupannya, sekalipun ia adalah orang yang "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Pernyataan '...saleh dan jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.' menunjukkan bahwa kehidupan Ayub tidak bercacat cela, baik dalam hubungannya dengan sesama, maupun dengan Tuhan.
Ayub selalu mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Salah satu bukti adalah ia selalu mempersembahkan korban bakaran bagi anak-anaknya, sebab ia berpikir mungkin anak-anaknya telah berbuat dosa tanpa sepengetahuannya (Ayub 1:5). Karena kesalehannya ini Tuhan sangat dekat dengan Ayub, bahkan Tuhan bergaul karib dengannya. Tidak semua orang bisa bergaul karib dengan Tuhan Sang Pencipta. Kata 'bergaul karib' berasal dari kata cowd yang berarti keintiman atau berbicara rahasia. Bila dikatakan Tuhan bergaul karib dengan Ayub, berarti Tuhan bergaul secara intim dan berbicara rahasia kepada Ayub. Pemazmur menulis: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Dengan siapa Tuhan mau bergaul karib? Tuhan bergaul karib dengan orang-orang yang takut kepada-Nya, artinya orang yang menghormati-Nya, yang melakukan firman-Nya dan mengasihi Dia dengan segenap hati dan jiwa.
Bagi orang yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh (kasih diwujudkan melalui ketaatan), Tuhan akan memberitahukan rahasia-rahasia-Nya dan juga perjanjian-Nya. Bagaimana dengan Saudara? Sudahkah kita memiliki integritas kepada Tuhan seperti Ayub? Mari kita terus berjuang supaya kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan. Penulis Amsal menyatakan: "...dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32b). Jujur berarti apa adanya, tidak ada kemunafikan di dalamnya. Menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun bukanlah suatu jaminan bahwa Tuhan mau bergaul karib dengan kita.
Hanya kepada orang-orang yang takut akan Dia dan senantiasa hidup taat melakukan kehendak-Nya, Tuhan menunjukkan kekariban-Nya!
Baca: Ayub 29:1-25
"...ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;" Ayub 29:4
Kisah tentang perjalanan hidup Ayub, tentunya tak asing lagi di telinga orang percaya. Ayub harus mengalami proses hidup yang luar biasa, dimana Tuhan mengijinkan masalah dan penderitaan terjadi di kehidupannya, sekalipun ia adalah orang yang "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Pernyataan '...saleh dan jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.' menunjukkan bahwa kehidupan Ayub tidak bercacat cela, baik dalam hubungannya dengan sesama, maupun dengan Tuhan.
Ayub selalu mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Salah satu bukti adalah ia selalu mempersembahkan korban bakaran bagi anak-anaknya, sebab ia berpikir mungkin anak-anaknya telah berbuat dosa tanpa sepengetahuannya (Ayub 1:5). Karena kesalehannya ini Tuhan sangat dekat dengan Ayub, bahkan Tuhan bergaul karib dengannya. Tidak semua orang bisa bergaul karib dengan Tuhan Sang Pencipta. Kata 'bergaul karib' berasal dari kata cowd yang berarti keintiman atau berbicara rahasia. Bila dikatakan Tuhan bergaul karib dengan Ayub, berarti Tuhan bergaul secara intim dan berbicara rahasia kepada Ayub. Pemazmur menulis: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Dengan siapa Tuhan mau bergaul karib? Tuhan bergaul karib dengan orang-orang yang takut kepada-Nya, artinya orang yang menghormati-Nya, yang melakukan firman-Nya dan mengasihi Dia dengan segenap hati dan jiwa.
Bagi orang yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh (kasih diwujudkan melalui ketaatan), Tuhan akan memberitahukan rahasia-rahasia-Nya dan juga perjanjian-Nya. Bagaimana dengan Saudara? Sudahkah kita memiliki integritas kepada Tuhan seperti Ayub? Mari kita terus berjuang supaya kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan. Penulis Amsal menyatakan: "...dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32b). Jujur berarti apa adanya, tidak ada kemunafikan di dalamnya. Menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun bukanlah suatu jaminan bahwa Tuhan mau bergaul karib dengan kita.
Hanya kepada orang-orang yang takut akan Dia dan senantiasa hidup taat melakukan kehendak-Nya, Tuhan menunjukkan kekariban-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)