Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2020
Baca: Amsal 13:1-25
"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." Amsal 13:20
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita semua membutuhkan kehadiran orang lain, karena kita takkan bisa hidup seorang diri saja. Sekalipun ia orang yang kaya dengan uang dan harta yang melimpah, ia tetap saja membutuhkan kehadiran orang lain. Kita membutuhkan orang lain untuk membangun suatu hubungan atau kerjasama satu sama lain karena adanya kepentingan bersama. Kehadiran orang lain, teman atau sahabat sangatlah perlu. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Namun sebagai orang percaya kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai dasar untuk membangun hubungan dengan orang lain. Kita diperingatkan untuk berlaku bijak dalam memilih dengan siapa kita membangun suatu hubungan. Rasul Paulus memperingatkan jemaat di Korintus, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Suatu ketika Yehu menegur raja Yosafat karena ia telah menjalin hubungan dengan orang-orang yang berlaku fasik, yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan kebenaran, menganggap remeh perintah Tuhan, yang suka sekali melakukan kejahatan dan berhati busuk. "Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata
kepada raja Yosafat: 'Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan
bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka
terhadap engkau.'" (2 Tawarikh 19:2). Yehu memperingatkan Yosafat agar segera mengakhiri hubungan terlarang ini, karena bila dibiarkan berlarut-larut akan berakibat fatal bagi dirinya dan kerajaan yang dipimpinnya.
Berawal dari membangun pertemanan yang sembarangan (salah pergaulan) banyak orang akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas, terjerumus ke dalam prostitusi, terjerumus ke dalam narkoba, terlibat dalam penipuan dan tindak kejahatan lainnya. Berhati-hatilah! Apalagi di zaman yang serbacanggih ini, di mana membangun hubungan bisa dilakukan dengan amat mudah (instan) seperti melalui facebook, line, instagram dan sebagainya, tanpa kita mengetahui siap orang itu sesungguhnya, latar belakang hidupnya seperti apa, dan sebagainya.
Dengan siapa bergaul akan memengaruhi ke mana arah perjalanan hidup kita!
Friday, January 10, 2020
Thursday, January 9, 2020
HIDUP MANUSIA: Dibatasi Oleh Waktu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2020
Baca: Pengkhotbah 3:1-15
"Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Pengkhotbah 3:2
Kehidupan manusia di muka bumi ini dibatasi oleh dimensi waktu. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1). Sehebat dan sepintar apa pun seseorang takkan mampu menahan lajunya sang waktu yang terus berjalan tanpa kompromi. Sampai pada akhirnya manusia dihadapkan pada perhentian (kematian). Oleh sebab itu jangan pernah sekalipun kita menyia-nyiakan waktu dan jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia, tanpa makna.
Musa berdoa: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Semakin kita menyadari betapa pentingnya waktu, semakin kita bijak dalam menjalani kehidupan ini. Kesadaran seseorang akan pentingnya waktu akan semakin memengaruhi tingkat produktivitas dan kesungguhan dalam menggunakan waktu. Muncullah kalimat bijak: 'Bekerjalah segiat mungkin seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah dengan sungguh-sungguh seolah-olah engkau akan mati besok.' Karena waktu itu terbatas, kita harus bisa menggunakannya secara seimbang, antara bekerja dan beribadah.
Begitu jatah waktu dari Tuhan sudah habis, berakhir pula waktu kita untuk berjerih lelah di dunia ini. Bukan berarti semuanya sudah tamat, justru saat itulah babak baru dimulai, kita harus memberikan pertanggungan jawab kepada Tuhan segala perbuatan kita selama di dunia. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13), di mana tiap-tiap pekerjaan akan diuji: "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:12-14).
Sebelum segala sesuatunya terlambat, selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup, buatlah pilihan hidup yang benar!
Baca: Pengkhotbah 3:1-15
"Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Pengkhotbah 3:2
Kehidupan manusia di muka bumi ini dibatasi oleh dimensi waktu. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1). Sehebat dan sepintar apa pun seseorang takkan mampu menahan lajunya sang waktu yang terus berjalan tanpa kompromi. Sampai pada akhirnya manusia dihadapkan pada perhentian (kematian). Oleh sebab itu jangan pernah sekalipun kita menyia-nyiakan waktu dan jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia, tanpa makna.
Musa berdoa: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Semakin kita menyadari betapa pentingnya waktu, semakin kita bijak dalam menjalani kehidupan ini. Kesadaran seseorang akan pentingnya waktu akan semakin memengaruhi tingkat produktivitas dan kesungguhan dalam menggunakan waktu. Muncullah kalimat bijak: 'Bekerjalah segiat mungkin seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah dengan sungguh-sungguh seolah-olah engkau akan mati besok.' Karena waktu itu terbatas, kita harus bisa menggunakannya secara seimbang, antara bekerja dan beribadah.
Begitu jatah waktu dari Tuhan sudah habis, berakhir pula waktu kita untuk berjerih lelah di dunia ini. Bukan berarti semuanya sudah tamat, justru saat itulah babak baru dimulai, kita harus memberikan pertanggungan jawab kepada Tuhan segala perbuatan kita selama di dunia. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13), di mana tiap-tiap pekerjaan akan diuji: "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:12-14).
Sebelum segala sesuatunya terlambat, selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup, buatlah pilihan hidup yang benar!
Subscribe to:
Posts (Atom)