Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2020
Baca: Pengkhotbah 3:1-15
"Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Pengkhotbah 3:2
Kehidupan manusia di muka bumi ini dibatasi oleh dimensi waktu. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1). Sehebat dan sepintar apa pun seseorang takkan mampu menahan lajunya sang waktu yang terus berjalan tanpa kompromi. Sampai pada akhirnya manusia dihadapkan pada perhentian (kematian). Oleh sebab itu jangan pernah sekalipun kita menyia-nyiakan waktu dan jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia, tanpa makna.
Musa berdoa: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Semakin kita menyadari betapa pentingnya waktu, semakin kita bijak dalam menjalani kehidupan ini. Kesadaran seseorang akan pentingnya waktu akan semakin memengaruhi tingkat produktivitas dan kesungguhan dalam menggunakan waktu. Muncullah kalimat bijak: 'Bekerjalah segiat mungkin seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah dengan sungguh-sungguh seolah-olah engkau akan mati besok.' Karena waktu itu terbatas, kita harus bisa menggunakannya secara seimbang, antara bekerja dan beribadah.
Begitu jatah waktu dari Tuhan sudah habis, berakhir pula waktu kita untuk berjerih lelah di dunia ini. Bukan berarti semuanya sudah tamat, justru saat itulah babak baru dimulai, kita harus memberikan pertanggungan jawab kepada Tuhan segala perbuatan kita selama di dunia. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya
kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13), di mana tiap-tiap pekerjaan akan diuji: "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari
Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana
pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:12-14).
Sebelum segala sesuatunya terlambat, selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup, buatlah pilihan hidup yang benar!
Thursday, January 9, 2020
Wednesday, January 8, 2020
BERPERANG UNTUK MENANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2020
Baca: Roma 8:31-39
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." Roma 8:37
Semua orang pasti menginginkan suatu kehidupan yang enak tanpa masalah, situasi yang menyenangkan, tenang, bahagia, berhasil, aman, damai, tanpa ada sesuatu yang pahit, tanpa ada pencobaan, tanpa ada masalah, tanpa ada peperangan. Adakah kehidupan yang demikian? Ini suatu kehidupan yang sungguh sangat tidak realistis. Selama kita masih hidup di dunia ini kita semua takkan bisa melepaskan diri dari semuanya itu. Hidup tanpa masalah sedikit pun hanya akan ditemukan di negeri dongeng!
Alkitab tidak pernah mencatat bahwa orang percaya akan memiliki kehidupan yang tanpa ombak, gelombang dan badai. Justru hidup orang percaya adalah hidup dalam peperangan dan pergumulan setiap hari! Orang percaya adalah tentara-tentara Kristus yang harus siap berperang setiap hari. Berperang melawan siapa? 1. Iblis. "...bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Iblis adalah musuh utama yang harus kita perangi. 2. Dunia. Ini berbicara tentang cara hidup yang berlawanan atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:15-17).
3. Diri sendiri (kedagingan). Ini adalah musuh terdekat. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Untuk bisa menang dari diri sendiri (kedagingan) kita harus menempuh jalan 'salib' yaitu dengan cara 'memaku segala keinginan diri sendiri' di atas kayu salib. Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti mampu.
Kemenangan takkan pernah kita raih tanpa kita mau berperang!
Baca: Roma 8:31-39
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." Roma 8:37
Semua orang pasti menginginkan suatu kehidupan yang enak tanpa masalah, situasi yang menyenangkan, tenang, bahagia, berhasil, aman, damai, tanpa ada sesuatu yang pahit, tanpa ada pencobaan, tanpa ada masalah, tanpa ada peperangan. Adakah kehidupan yang demikian? Ini suatu kehidupan yang sungguh sangat tidak realistis. Selama kita masih hidup di dunia ini kita semua takkan bisa melepaskan diri dari semuanya itu. Hidup tanpa masalah sedikit pun hanya akan ditemukan di negeri dongeng!
Alkitab tidak pernah mencatat bahwa orang percaya akan memiliki kehidupan yang tanpa ombak, gelombang dan badai. Justru hidup orang percaya adalah hidup dalam peperangan dan pergumulan setiap hari! Orang percaya adalah tentara-tentara Kristus yang harus siap berperang setiap hari. Berperang melawan siapa? 1. Iblis. "...bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Iblis adalah musuh utama yang harus kita perangi. 2. Dunia. Ini berbicara tentang cara hidup yang berlawanan atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:15-17).
3. Diri sendiri (kedagingan). Ini adalah musuh terdekat. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Untuk bisa menang dari diri sendiri (kedagingan) kita harus menempuh jalan 'salib' yaitu dengan cara 'memaku segala keinginan diri sendiri' di atas kayu salib. Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti mampu.
Kemenangan takkan pernah kita raih tanpa kita mau berperang!
Subscribe to:
Posts (Atom)