Sunday, January 5, 2020

MENIKMATI BERKAT JASMANI DAN ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2020

Baca:  Mazmur 9:1-21

"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;"  Mazmur 9:2

Sepanjang hidupnya Daud senantiasa merasakan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.  Bukan hanya berkat jasmani yang dirasakan, tapi berkat-berkat rohani juga Tuhan limpahkan dalam kehidupannya sehingga ia berkata,  "...aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,"  (Mazmur 9:3).

     Daud berkata,  "Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah."  (Mazmur 23:5).  Hidangan berbicara tentang berkat-berkat jasmani.  Selain itu Tuhan memperlengkapi Daud dengan pengurapan Roh-Nya yang kudus:  "Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;"  (ayat nas).  Urapan berbicara tentang berkat rohani.  Urapan adalah tanda penyertaan, perlindungan, penjagaan dari Tuhan.  Adapun  'piala' berbicara tentang suatu kemenangan, kebesaran dan kejayaan.  Karena itu, sekalipun harus diperhadapkan dengan berbagai masalah dan besarnya tantangan, Daud sangat percaya bahwa ia tidak menghadapinya seorang diri, ada Tuhan selalu menyertai dan berada di pihaknya.  Ketika berhadapan dengan Goliat, raksasa Filistin yang  "Tingginya enam hasta sejengkal."  (1 Samuel 17:4), lengkap dengan  "Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga."  (1 Samuel 17:5), Daud tidak gentar dan tawar hati.  Secara akal manusia Goliat bukanlah lawan yang sepadan, namun Daud percaya jika Tuhan beserta maka tidak ada perkara yang mustahil.  "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam...Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;"  (1 Samuel 17:45-46).  Daud begitu yakin dapat mengalahkan Goliat, bukan dengan kehebatan dan kekuatan manusia, tapi dengan nama Tuhan.  Inilah bahasa iman!

     Bukan dari kata orang, tapi Daud melihat dan mengalami sendiri betapa Tuhan memelihara hidupnya, sehingga ia dapat berkata,  "...tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;"  (Mazmur 37:25).

Orang benar hidupnya pasti dijamin oleh Tuhan, jasmani dan rohani!

Catatan:
"...Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  (Roma 9:15-16).

Saturday, January 4, 2020

BERDOA SYAFAAT BAGI BANGSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2020

Baca:  Yehezkiel 22:1-31

"Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."  Yehezkiel 22:30

Orang percaya yang punya kepekaan rohani pasti akan teriris hatinya melihat betapa beratnya masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.  Perselisihan dan pertikaian di kalangan elit politik, bencana, musibah, ketidakadilan, penyalahgunaan wewenang, tindak kejahatan, narkoba, praktik prostitusi terselubung, dan sebagainya, seolah-olah sudah menjadi bahan berita sehari-hari di negeri ini.  Keadaan ini tak beda jauh dengan bangsa Israel di zaman nabi Yesaya.  "Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran tersandung di tempat umum dan ketulusan ditolak orang. Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mata-Nya bahwa tidak ada hukum. Ia melihat bahwa tidak seorangpun yang tampil, dan Ia tertegun karena tidak ada yang membela. Maka tangan-Nya sendiri memberi Dia pertolongan, dan keadilan-Nyalah yang membantu Dia."  (Yesaya 59:14-16).

     Melihat keadaan ini apakah orang percaya tak tersentuh hati dan terbeban untuk berdoa bagi keselamatan bangsa?  Orang yang mendirikan tembok  (ayat nas)  adalah orang-orang yang mau berdoa syafaat untuk orang lain  (bangsanya).  Tembok berbicara tentang perlindungan.  Orang yang berdoa syafaat bagi bangsanya ibarat orang yang sedang membangun tembok perlindungan bagi bangsanya;  orang yang tampil ke depan untuk menghadap Tuhan artinya memohon belas kasihan-Nya supaya Tuhan meluputkan bangsanya dari segala permasalahan.  Sedangkan orang yang mau membayar harga menyediakan waktu secara khusus berdoa bagi bangsanya.  Inilah yang sedang Tuhan cari!

     Tuhan sendiri menegaskan,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Doa sanggup mengubah segala sesuatu!

Bila Tuhan melawat umat-Nya, maka perkara-perkara yang besar pasti dinyatakan atas bangsa Indonesia.  Indonesia bagi bagi kemuliaan nama Tuhan!