Thursday, December 26, 2019

JADILAH ORANG RAJIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2019

Baca:  Amsal 13:1-25

"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."  Amsal 13:4

Sekalipun orang punya seribu macam keinginan, tapi apabila ia malas mewujudkan keinginan tersebut melalui tindakan, maka keinginan tersebut tak membuahkan hasil apa-apa alias tak menjadi kenyataan.  Penuh dengan keinginan tapi tidak disertai dengan tindakan adalah ciri seorang pemalas.  Satu ciri lain dari pemalas adalah suka berdalih atau punya banyak alasan untuk tidak melakukan sesuatu.  Jika ciri itu ada pada Saudara, berubahlah mulai dari sekarang, karena kemalasan hanya mendatangkan kerugian, tidak ada sisi positifnya.  "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."  (Pengkhotbah 10:18).

     Tuhan menghendaki anak-anak-Nya untuk tidak menjadi pemalas, tapi menjadi pekerja yang rajin.  Mengapa?  Karena  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Sejak awal penciptaan Tuhan sudah mendisain manusia untuk bekerja:  "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."  (Kejadian 2:15).  Itulah sebabnya Tuhan sangat menentang orang-orang yang malas.  Alkitab menyebutkan bahwa orang yang malas dalam bekerja adalah saudara dari si perusak  (Amsal 18:9).  Kalau kita rajin:  rajin bekerja, rajin berdoa, baca Alkitab, rajin menabur, rajin berbuat baik, rajin melayani Tuhan dan sebagainya, suatu saat kita pasti akan memetik hasilnya, sebab di dalam setiap jerih payah selalu mendatangkan keuntungan  (Amsal 14:23).

     Kerajinan adalah jalan yang akan menuntun kita kepada mujizat dan berkat Tuhan, sebaliknya kemalasan menutup pintu berkat, sebab Tuhan tidak akan pernah memberkati orang-orang yang malas.  Yusuf adalah salah satu contoh orang rajin yang tercatat di Alkitab.  Karena kerajinannya dalam bekerja ia dipercaya oleh Potifar dan juga disukai oleh kepala penjara.  Orang yang rajin, di mana pun berada dan ditempatkan, selalu menjadi berkat dan hidupnya berdampak bagi orang lain.  Dinyatakan bahwa Yusuf menjadi orang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya  (Kejadian 39:2), sebab ia rajin, karena itu ia selalu disertai oleh Tuhan.

"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan,"  Amsal 21:5a

Wednesday, December 25, 2019

KRISTUS ADALAH ANUGERAH TERINDAH BAPA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2019

Baca:  Yesaya 9:1-6

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."  Yesaya 9:5

Natal adalah hari yang penuh sukacita bagi umat Kristiani di seluruh dunia.  Berbagai acara digelar secara meriah untuk menyambutnya.  Namun sesungguhnya inti perayaan Natal itu bukan pada meriahnya pesta, bukan pada pohon Natal atau lilin dengan segala pernak-perniknya, melainkan bagaimana kesadaran iman dan respons kita atas apa yang Kristus perbuat bagi hidup kita.  Berbicara tentang Natal tidak bisa dipisahkan dari anugerah, Bapa di sorga memberikan anugerah terbesar bagi umat manusia dengan memberikan Putera tunggal-Nya.  Mengapa disebut anugerah terbesar?  Karena setiap kita yang percaya kepada Putera-Nya akan memperoleh keselamatan.  Karena itu jangan pernah menyia-nyiakan anugerah terbesar dari Bapa ini!

     Diberikannya Kristus bagi kita adalah bukti betapa Bapa sangat mengasihi kita, bahkan Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, Ia akan menyertai kita sampai kesudahan zaman.  "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita."  (Matius 1:23).  Imanuel, nama yang berasal dari bahasa Ibrani, terdiri dari dua kata:  El  (Tuhan)  dan Immanu  (beserta kita).  Jika kita menyadari akan besarnya anugerah Bapa ini maka kita akan terdorong untuk makin bersungguh-sungguh dalam mengikut Kristus.  Karena Kristus adalah anugerah terbesar, seharusnya kita rela meninggalkan apa pun demi Dia, seperti perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga, di mana seorang rela menjual seluruh miliknya demi mendapatkan mutiara atau harta terpendam  (Matius 13:44-46).  Rasul Paulus menyatakan,  "...segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:8).

     Bapa rela turun dari takhta tertinggi-Nya di sorga dan menjadi sama dengan manusia melalui Kristus, untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang yang berdosa.

Bapa mengasihi kita sedemikian rupa, sudahkah kita membalas kasih-Nya?