Tuesday, December 17, 2019

PENDERITAAN: Bagian Hidup Manusia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2019

Baca:  Amsal 18:1-24

"Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  Amsal 18:14

Seandainya bisa, semua orang pasti ingin menghindar dan menjauhkan diri dari penderitaan.  Namun apa daya, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menghadapinya.  Semua orang percaya, jemaat awam atau hamba Tuhan sekalipun, harus menghadapi penderitaan di sepanjang perjalanan hidupnya.  Musa pun menyadari bahwa penderitaan adalah bagian hidup manusia dan itulah yang menjadi kebanggaan hidup manusia  (Mazmur 90:10).

     Ketika penderitaan datang melanda, seringkali semangat kita dalam menjalani hidup menjadi patah.  Semakin kita tak punya semangat, semakin kita tak berdaya!  Namun tetaplah bersemangat sekalipun penderitaan yang kita alami terasa berat, sebab  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya,"  (ayat nas).  Jangan tawar hati!  Sebab  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).  Kita akan tetap bersemangat dan tidak tawar hati ketika kita hidup dekat dengan Tuhan, seperti ranting melekat kepada pokok anggur, karena kita tahu bahwa Tuhan selalu siap menopang:  "Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu."  (Mazmur 89:14).  Orang percaya haruslah mampu melihat sisi positif di balik setiap penderitaan yang dialaminya.  Ketahuilah bahwa penderitaan itu bukanlah akhir dari segala-galanya, tapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang percaya, di mana Tuhan seringkali memakai penderitaan ini sebagai cara untuk membentuk, memroses dan mendewasakan iman.

     Percayalah di balik penderitaan yang kita alami selalu ada rencana Tuhan yang indah!  Kalau Tuhan ijinkan penderitaan terjadi dalam hidup kita, percayalah  "...Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13), sehingga  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Satu hal lagi yang harus kita pahami, yaitu bahwa penderitaan yang kita alami di dunia ini sifatnya hanya untuk sementara, tidak untuk selamanya.  Jangan pernah biarkan penderitaan itu menghancurkan hidup kita!

Selalu ada kebaikan di balik penderitaan, karena Tuhan turut bekerja di dalamnya!

Monday, December 16, 2019

MEMBERI DENGAN PENUH PENGORBANAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2019

Baca:  2 Korintus 8:1-15

"Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan."  2 Korintus 8:5a

Hidup di zaman sulit seperti sekarang ini tak mudah menemukan orang yang punya kepedulian terhadap sesamanya, apalagi punya kemurahan hati.  Sebagaimana yang Alkitab nyatakan, di masa-masa akhir, kebanyakan orang tak lagi punya kasih  (kasih menjadi dingin), lebih cenderung mementingkan diri sendiri.  Itu adalah gambaran tentang keadaan manusia pada masa akhir  (2 Timotius 3:1-4).

     Apa pun situasinya, orang percaya diajar untuk memiliki kasih seperti Kristus!  Tak mudah memraktekkan kasih, karena kasih itu memberi.  Dalam hal memberi ini bukan semata-mata berbicara tentang pemberian yang berwujud uang atau materi, tapi juga memberi perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan sebagainya.  Adalah lebih mudah memberi ketika orang sedang terberkati atau memiliki harta lebih.  Memberi saat diri sendiri dalam keadaan kurang, mungkinkah?  "Jangankan memberi, untuk kebutuhan diri sendiri saja sudah pas-pasan."  Akhirnya kita akan berpikir ulang 1000X bila ingin memberi.  Perhatikan firman Tuhan ini:  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).  Kebanyakan orang lebih suka menerima daripada memberi, tetapi prinsip Alkitab justru mengajarkan kita untuk banyak memberi, karena memberi justru menjadi kunci berkat.  "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,"  (Amsal 11:25).

     Jemaat Makedonia adalah teladan bagi orang percaya dalam hal memberi.  Sekalipun keadaan jemaat ini sangat pas-pasan, mereka memiliki hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan.  Yang mendasari mereka mampu memberi banyak,  "...bahkan melampaui kemampuan mereka."  (2 Korintus 8:3)  adalah kasih kepada Tuhan.  Kemurahan hati mereka justru berasal dari kekurangan/kemiskinannya.  "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."  (2 Korintus 8:2).  Secara materi mereka sangat berkekurangan, tapi mereka kaya dalam kemurahan.  Mereka memberi dengan sukacita meski di tengah penderitaan.  Inilah yang disebut pemberian dengan pengorbanan:  berkorban untuk Tuhan dari kekurangan atau kemiskinannya.

Setiap korban yang dipersembahkan untuk pekerjaan-Nya, Tuhan pasti perhitungkan!

Catatan:
Dalam hal pemberian, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,"  2 Korintus 9:7.