Monday, December 16, 2019

MEMBERI DENGAN PENUH PENGORBANAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2019

Baca:  2 Korintus 8:1-15

"Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan."  2 Korintus 8:5a

Hidup di zaman sulit seperti sekarang ini tak mudah menemukan orang yang punya kepedulian terhadap sesamanya, apalagi punya kemurahan hati.  Sebagaimana yang Alkitab nyatakan, di masa-masa akhir, kebanyakan orang tak lagi punya kasih  (kasih menjadi dingin), lebih cenderung mementingkan diri sendiri.  Itu adalah gambaran tentang keadaan manusia pada masa akhir  (2 Timotius 3:1-4).

     Apa pun situasinya, orang percaya diajar untuk memiliki kasih seperti Kristus!  Tak mudah memraktekkan kasih, karena kasih itu memberi.  Dalam hal memberi ini bukan semata-mata berbicara tentang pemberian yang berwujud uang atau materi, tapi juga memberi perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan sebagainya.  Adalah lebih mudah memberi ketika orang sedang terberkati atau memiliki harta lebih.  Memberi saat diri sendiri dalam keadaan kurang, mungkinkah?  "Jangankan memberi, untuk kebutuhan diri sendiri saja sudah pas-pasan."  Akhirnya kita akan berpikir ulang 1000X bila ingin memberi.  Perhatikan firman Tuhan ini:  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).  Kebanyakan orang lebih suka menerima daripada memberi, tetapi prinsip Alkitab justru mengajarkan kita untuk banyak memberi, karena memberi justru menjadi kunci berkat.  "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,"  (Amsal 11:25).

     Jemaat Makedonia adalah teladan bagi orang percaya dalam hal memberi.  Sekalipun keadaan jemaat ini sangat pas-pasan, mereka memiliki hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan.  Yang mendasari mereka mampu memberi banyak,  "...bahkan melampaui kemampuan mereka."  (2 Korintus 8:3)  adalah kasih kepada Tuhan.  Kemurahan hati mereka justru berasal dari kekurangan/kemiskinannya.  "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."  (2 Korintus 8:2).  Secara materi mereka sangat berkekurangan, tapi mereka kaya dalam kemurahan.  Mereka memberi dengan sukacita meski di tengah penderitaan.  Inilah yang disebut pemberian dengan pengorbanan:  berkorban untuk Tuhan dari kekurangan atau kemiskinannya.

Setiap korban yang dipersembahkan untuk pekerjaan-Nya, Tuhan pasti perhitungkan!

Catatan:
Dalam hal pemberian, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,"  2 Korintus 9:7.

Sunday, December 15, 2019

BERSYUKUR ATAS SEGALA YANG TUHAN BERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2019

Baca:  Mazmur 145:1-21

"Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya;"  Mazmur 145:15

Kita sering memandang remeh berkat makanan kita setiap hari.  Melihat makanan lezat di meja makan langsung saja disantap tanpa berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan terlebih dahulu.  Kita anggap makanan yang dimakan sehari-hari adalah hal biasa.  Kita lupa semua berkat datang dari Tuhan!  Siapa yang memberi kita tubuh sehat, nafas hidup, kekuatan, kemampuan, sehingga kita dapat bekerja dan mendapatkan rejeki?  Siapa yang memberi berkat kemampuan dapat menikmati makanan tersebut?  "Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu;"  (Ayub 12:9).

     Hari ini kita ada sebagaimana kita ada saat ini semata-mata karena kemurahan Tuhan, yang tidak saja memberikan kita kehidupan, tapi juga memberikan sarana untuk menopang kehidupan tersebut.  Yang termasuk sarana penopang:  makanan, minuman, kesehatan, dan sebagainya.  "Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup."  (Mazmur 145:16).  Berdoa disertai ucapan syukur sebelum menikmati makanan adalah bukti bahwa kita mengakui bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan;  bukti bahwa kita tak melupakan kebaikan dan kasih setia Tuhan dalam kehidupan kita.  Kita mengakui bahwa hidup kita ini adalah karena pemberian Tuhan.  Oleh sebab itu kita harus bersyukur kepada Tuhan setiap waktu.  Jangan pernah melewati hari demi hari tanpa ucapan syukur!  Karena tanpa Tuhan yang menyertai, kita takkan mampu menjalaninya sendiri.  Oleh karena itu  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).

     Kalau kita menyadari bahwa hidup ini sungguh teramat singkat dan hidup kita ini sangat bergantung sepenuhnya pada kuasa Tuhan, maka kita akan menghargai berkat yang Tuhan beri.  Begitu singkatnya hidup sampai-sampai pemazmur menyatakan bahwa hidup manusia itu  "...seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  (Mazmur 90:4-6).

Meski hidup ini teramat singkat, Tuhan selalu memperhatikan kehidupan secara detail, bahkan hari-hari kita ada dalam rancangan-Nya senantiasa!