Friday, December 13, 2019

SATU SAJA BERHARGA BAGI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2019

Baca:  Lukas 15:1-10

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."  Lukas 15:10

Nilai jiwa manusia adalah sangat berharga di mata Tuhan.  Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan sangat mengasihi jiwa-jiwa lebih dari ciptaan-Nya yang lain, karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya  (Kejadian 1:26).  Itulah sebabnya ketika manusia jatuh dalam dosa, meninggalkan-Nya dan tersesat, hati Tuhan sedih.  Dilandasi atas kasih-Nya yang tak terbatas dan inisiatif-Nya sendiri, Bapa ingin membawa setiap jiwa yang terhilang itu kembali kepada-Nya, walau dengan harga yang teramat mahal, yaitu dengan tidak menyayangkan Putera tunggal-Nya yang diutus-Nya untuk turun ke dunia demi menyelamatkan manusia  (Yohanes 3:16).

     Sebagai umat tebusan Tuhan, adakah kita punya  'hati Bapa'  yang begitu mengasihi dan terbeban ketika melihat banyak orang belum diselamatkan dan tersesat di luar sana?  Banyak orang Kristen tidak mau peduli dengan keberadaan orang lain, yang dipikirkan hanyalah keselamatan diri sendiri.  Bila diminta untuk turut terlibat dalam pelayanan penginjilan, mereka menolak secara terang-terangan dengan berbagai alasan dikemukakan.  Kalau pun kita tidak bisa terjun langsung ke ladang Tuhan untuk melayani jiwa-jiwa, kita bisa turut ambil bagian dengan mendukung pelayanan misi penginjilan, menjadi sponsor untuk sekolah-sekolah misi atau pos-pos PI  (Pekabaran Injil), dan lain-lain.  Rasul Paulus menasihati,  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"  (2 Timotius 4:2, 5).

     Jangan berkata tidak bisa, sebab umat Tuhan harus turut ambil bagian dalam tugas penyelamatan jiwa-jiwa ini, karena kita adalah saksi-saksi-Nya.  "Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api."  (Yudas 1:22, 23a).  Dan  "Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai."  (Yohanes 4:35).

Satu jiwa saja dimenangkan, seluruh sorga akan bersorak-sorai!  Dan mahkota sudah Tuhan sediakan bagi pemenang jiwa.

Thursday, December 12, 2019

BADAI HIDUP SANGGUP TUHAN REDAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2019

Baca:  Mazmur 107:25-32

"dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang."  Mazmur 107:29

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya bulan Mei 2019, badai siklon tropis Lili melanda wilayah pulau Timor, Nusa Tenggara Timur  (NTT), disertai gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai 6 meter.  Siklon tropis ini menimbulkan ancaman cuaca ekstrem di wilayah Indonesia Timur dan juga Timor Leste.  Terjangan badai seringkali menimbulkan ketakutan dan kepanikan semua orang karena tak seorang pun tahu kapan badai itu datang melanda.  Oleh karena itu penting sekali untuk kita punya sikap waspada dan berjaga-jaga, supaya kita memiliki kesiapan menghadapinya.

     Dalam perjalanan hidup kita mengiring Kristus pun acapkali kita harus menghadapi  'badai'.  Tak perlu kita takut dan kuatir, sebab ada Tuhan yang selalu beserta kita dan penyertaan-Nya sungguh sempurna.  Milikilah respons hati yang benar ketika badai itu datang, sebab Tuhan bisa memakai  'badai'  sebagai salah satu cara untuk mendewasakan iman kita.  Jika badai itu datang jangan lari menjauh, tapi milikilah keberanian untuk menghadapinya, seperti Daud yang tidak takut terhadap Goliat.  Selama kita tinggal dekat Tuhan, segala perkara pasti dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan  (Filipi 4:13).  Kunci untuk menang melawan badai adalah percaya kepada Tuhan.  Kalau pandangan mata kita tidak lagi tertuju kepada Tuhan, iman kita pasti goyah, seperti Petrus yang mulai takut karena merasakan tiupan angin dan akhirnya tenggelam  (Matius 14:30).  Kalau Tuhan mengijinkan badai itu terjadi, percayalah, Tuhan pasti sudah menyediakan jalan keluarnya.  Sekalipun saat ini kita masih belum melihat tanda-tanda pertolongan Tuhan, tetaplah percaya, karena kita ini hidup karena percaya, bukan karena melihat  (2 Korintus 5:7).

     Selain itu tetaplah tenang.  Ketika murid-murid-Nya takut atau panik, Tuhan berkata,  "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"  (Matius 14:27).  Mengapa kita harus tetap tenang?  Karena dalam tinggal tenang terletak kekuatan kita  (Yesaya 30:15),  "...jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  (1 Petrus 4:7).

Sebesar apa pun badai melanda, tak perlu takut, Tuhan sanggup meredakan.