Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2019
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib
hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak
berguna." 2 Tesalonika 3:11
Seorang olahragawan yang menjalani hidup dengan tidak tertib pasti tidak akan mampu meraih prestasi yang maksimal. Contoh ketidaktertiban olahragawan: berlatih asal-asalan, makan makanan sembarangan, tidak patuh pada instruksi pelatih, suka bergadang dan sebagainya. Ada harga yang harus dibayar untuk bisa berprestasi, yaitu hidup tertib. Semua orang sukses di dunia ini juga demikian! Hari-harinya tidak pernah diisi dengan hal-hal yang tidak berguna, hidup mereka sangatlah tertib. Itulah sebabnya mereka menjadi orang-orang yang berhasil.
Secara umum arti kata 'tertib' adalah teratur; menurut aturan; rapi, sopan, dengan sepatutnya. Memiliki kehidupan yang tertib adalah mutlak bagi orang percaya. Untuk itulah rasul Paulus memperingatkan orang-orang di Tesalonika yang menjalani hidup dengan tidak tertib dan hanya disibukkan dengan hal-hal yang tidak berguna. Ketidaktertiban pasti akan menimbulkan kekacauan, padahal Tuhan tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera (1 Korintus 14:33). Orang percaya yang menjalani hidup dengan sangat tidak tertib, keberadaannya hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, dan secara otomatis kehidupan yang demikian sangat mempermalukan nama Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa tubuh kita ini adalah bait-Nya Roh Kudus (1 Korintus 3:16), tempat di mana Roh Kudus berdiam. Oleh karena itu kita tidak boleh hidup dengan sembarangan atau sembrono. Kalau kita berlaku sembarangan, sembrono, alias tidak tertib, kita akan mendukakan Roh Kudus yang ada di dalam kita (Efesus 4:30). Cepat atau lambat Roh Kudus akan meninggalkan kita.
Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7). Bila ada seorang percaya yang hidup tidak tertib berarti ia tidak hidup menurut pimpinan Roh Kudus. Masih banyak orang Kristen yang sekalipun sudah terlibat dalam pelayanan, hidupnya sangat tidak tertib. Jika demikian tidaklah mengherankan bila pelayanan yang dilakukan tak membawa dampak apa-apa.
Hidup tertib adalah hidup menurut pimpinan Roh Kudus dan memuliakan Tuhan!
Saturday, December 7, 2019
Friday, December 6, 2019
MASIH MENOLEH KE BELAKANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2019
Baca: Lukas 9:57-62
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir mereka tidak secara langsung masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan (Kanaan), melainkan mereka harus melewati proses yang cukup panjang di padang gurun yang penuh dengan tantangan. Dalam perjalanan ini mereka tak henti-hentinya mengeluh dan bersungut-sungut, karena yang terbayang di pikiran mereka hanyalah masalah, kesulitan, dan penderitaan yang dirasa lebih besar dari sebelumnya. Karena itu mereka selalu teringat kepada kehidupan lama di Mesir.
Kemarahan dan kekecewaan ditumpahkan kepada Musa, yang memimpin mereka keluar dari Mesir, dengan mengungkit-ungkit dan membanding-bandingkan kehidupan di Mesir: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12). Sikap yang sama ditunjukkan oleh banyak orang Kristen! Mereka tidak menyadari bahwa diselamatkan melalui pengorbanan Kristus berarti kehidupan lama kita telah dikubur bersama dengan kematian-Nya, dan hidup kita sekarang adalah 'hidup baru' di dalam Dia. Segala sesuatu yang ada di belakang harus benar-benar ditinggalkan dan tak perlu kita menoleh ke belakang lagi, karena siapa saja yang masih 'menoleh ke belakang' ia tidak layak bagi Kerajaan Sorga. Menoleh ke belakang berarti masih enggan menanggalkan kehidupan manusia lama.
Yang Tuhan kehendaki adalah kita hidup dalam pertobatan sejati. Bagaimana caranya? Hidup di dalam ketaatan penuh. Iblis seringkali menggunakan pikiran kita agar kita selalu mengingat-ingat dosa kita di masa lalu, supaya kita menjadi lemah dan kembali jatuh di dalamnya. Rasul Paulus memberi teladan bagaimana kita harus melupakan semua yang ada di belakang dan mengarahkan diri pada apa yang ada di depan (Filipi 3:13b).
Tinggalkan semua dosa, fokuslah kepada kehendak Tuhan, supaya kita layak masuk ke dalam kerajaan-Nya!
Baca: Lukas 9:57-62
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir mereka tidak secara langsung masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan (Kanaan), melainkan mereka harus melewati proses yang cukup panjang di padang gurun yang penuh dengan tantangan. Dalam perjalanan ini mereka tak henti-hentinya mengeluh dan bersungut-sungut, karena yang terbayang di pikiran mereka hanyalah masalah, kesulitan, dan penderitaan yang dirasa lebih besar dari sebelumnya. Karena itu mereka selalu teringat kepada kehidupan lama di Mesir.
Kemarahan dan kekecewaan ditumpahkan kepada Musa, yang memimpin mereka keluar dari Mesir, dengan mengungkit-ungkit dan membanding-bandingkan kehidupan di Mesir: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12). Sikap yang sama ditunjukkan oleh banyak orang Kristen! Mereka tidak menyadari bahwa diselamatkan melalui pengorbanan Kristus berarti kehidupan lama kita telah dikubur bersama dengan kematian-Nya, dan hidup kita sekarang adalah 'hidup baru' di dalam Dia. Segala sesuatu yang ada di belakang harus benar-benar ditinggalkan dan tak perlu kita menoleh ke belakang lagi, karena siapa saja yang masih 'menoleh ke belakang' ia tidak layak bagi Kerajaan Sorga. Menoleh ke belakang berarti masih enggan menanggalkan kehidupan manusia lama.
Yang Tuhan kehendaki adalah kita hidup dalam pertobatan sejati. Bagaimana caranya? Hidup di dalam ketaatan penuh. Iblis seringkali menggunakan pikiran kita agar kita selalu mengingat-ingat dosa kita di masa lalu, supaya kita menjadi lemah dan kembali jatuh di dalamnya. Rasul Paulus memberi teladan bagaimana kita harus melupakan semua yang ada di belakang dan mengarahkan diri pada apa yang ada di depan (Filipi 3:13b).
Tinggalkan semua dosa, fokuslah kepada kehendak Tuhan, supaya kita layak masuk ke dalam kerajaan-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)