Monday, November 25, 2019

KEKUATAN UNTUK BERUBAH DAN MENGUBAHKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2019

Baca:  Roma 12:1-8

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  Roma 12:2

Setiap orang memiliki kecenderungan untuk berubah.  Contoh:  orang berusaha mengubah penampilannya, mulai dari cara berpakaian, potongan rambut dan sebagainya, karena ingin mengikuti tren yang ada.  Ada pula yang aktif pergi ke gym dengan harapan ingin mengubah bentuk fisiknya, agar lebih proporsional dan menarik.

     Perubahan dalam hal jasmaniah seharusnya juga diimbangi dengan perubahan dalam hal rohani.  Takkan mudah berubah dalam hal rohani bila kita mengandalkan akal, kekuatan dan kemampuan sendiri.  Karena itu penting sekali kita bergaul karib dengan Tuhan, melekat kepada-Nya dan tunduk dalam pimpinan Roh Kudus.  Sesungguhnya, setiap orang percaya punya kekuatan untuk berubah  (bagi dirinya sendiri)  dan bahkan mengubah dunia, karena di dalam dirinya ada Roh Kudus,  "...lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Rasul Yohanes juga menegaskan bahwa semua yang lahir dari Bapa mengalahkan dunia.  Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia:  iman kita  (1 Yohanes 5:4).  Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak bisa berubah!  Kita bisa berubah asalkan kita yang sudah dibenarkan karena iman kepada Kristus dan beroleh pembenaran dari Bapa rela menyerahkan hidup sepenuhnya untuk dipakai Tuhan sebagai wujud ibadah yang sejati  (Roma 12:1).

     Dalam praktek hidup sehari-hari kita seringkali membiarkan dan bahkan menyerahkan anggota tubuh kita untuk dosa.  Firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk dipakai menjadi senjata kebenaran  (Roma 6:13).  Dengan demikian kita akan mempermuliakan Tuhan melalui anggota tubuh  (1 Korintus 6:20b).  Ketika kita secara sadar mau menyerahkan hidup ini untuk diubah Tuhan, maka Roh Kudus akan menolong dan memampukan kita untuk punya kehidupan yang berbeda.  Perubahan ini dimulai dari akal budi atau pikiran  (metanoia):  meta artinya berubah dan nous artinya pikiran.

Berubah menjadi semakin serupa Kristus adalah goal hidup orang percaya!

Sunday, November 24, 2019

NIKODEMUS: Punya Kerendahan Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2019

Baca:  Mazmur 25:1-22

"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati."  Mazmur 25:9

Nikodemus adalah orang Farisi yang juga menjadi salah satu pemimpin agama Yahudi  (anggota Mahkamah Agama)  yang dikenal dengan sebutan Sanhedrin.  Karena bangsa Israel adalah bangsa yang berlandaskan pada hukum Taurat, dan pada waktu itu memang tidak ada lagi raja bagi bangsa Israel, maka pemimpin agama Yahudi  (ahli-ahli Taurat dan orang Farisi)  memiliki kedudukan yang sangat terhormat.  Pada waktu itu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat membenci Kristus dan menganggap bahwa apa yang Kristus lakukan bertentangan dengan hukum Taurat, karena itu mereka berusaha mencari-cari kesalahan-Nya, bahkan berencana untuk membunuh-Nya  (Matius 12:14).

     Tetapi berbeda dengan Nikodemus, yang mau datang kepada Tuhan, dengan menanggalkan statusnya sebagai pemimpin agama.  Hal ini membuktikan bahwa ia punya kerendahan hati.  Tanpa kerendahan hati sulit rasanya seorang pemimpin agama Yahudi mau datang kepada Kristus dan belajar kepada-Nya.  Nikodemus datang sebagai pribadi yang membutuhkan Kristus dan meminta penjelasan dari-Nya berkenaan dengan keselamatan kekal.  Nikodemus mau mengakui bahwa Kristus adalah utusan dari Bapa di sorga  (Yohanes 3:2).  Sebaliknya, orang-orang Farisi lainnya mengatakan bahwa Kristus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan, artinya mereka tidak mau mengakui bahwa Kristus datang dari Bapa  (Matius 9:34).  Sesungguhnya, orang-orang Farisi tahu bahwa Kristus adalah Guru yang diutus oleh Bapa, hanya saja mereka enggan mengakuinya dengan jujur, karena mereka merasa gengsi, takut kalah pamor.

     Sekalipun Nikodemus mempunyai kedudukan yang sangat terpandang, ia tak merasa gengsi untuk datang kepada Kristus, karena ia tahu siapa sesungguhnya Kristus itu.  Bagi Nikodemus, bertemu dengan Kristus adalah kesempatan emas untuk mengenal kebenaran lebih lagi, karena keselamatan jiwa itu lebih berharga daripada harta, pangkat atau status di dunia ini yang sifatnya hanya sementara.

Kesombongan dan merasa diri benar seringkali menjadi penghalang bagi orang untuk datang kepada Tuhan;  keselamatan yang sudah Tuhan sediakan pun tanpa segan sering ditolaknya!