Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2019
Baca: Hakim-Hakim 11:29-40
"Ah, anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan engkaulah yang
mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan
tidak dapat aku mundur." Hakim-Hakim 11:35
Yefta adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tapi ia anak yang diperoleh Gilead dari seorang perempuan sundal (Hakim-Hakim 11:1). Selain itu Gilead juga mempunyai anak-anak dari isteri sahnya. Karena itu setelah Gilead meninggal, anak-anak dari isteri sahnya mengusir Yefta dengan kasar, "Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain." (Hakim-Hakim 11:2b). Pengusiran dengan paksa itu membuat Yefta benar-benar sakit hati. Lalu ia lari dari rumahnya dan kemudian tinggal di tanah Tob, "...di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia." (Hakim-Hakim 11:3). Akhirnya Yefta menjadi pemimpin petualang-petualang yang suka merampok.
Ketika bani Amon berperang melawan orang Israel, para tua-tua Gilead pergi mencari Yefta untuk diajak membantu berperang. Awalnya Yefta sempat menolak ajakan tersebut, tapi akhirnya bersedia karena kelak ia akan dijadikan pemimpin atas bangsa Israel. Tanpa berpikir panjang bernazarlah ia kepada Tuhan, "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu
aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan
TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran." (Hakim-Hakim 11:30). Peperangan melawan bani Amon terjadi! Oleh karena campur tangan Tuhan, bani Amon pun bisa dikalahkan.
Yefta pulang ke rumahnya di Mizpa dengan senyum kemenangan. Betapa terkejutnya dia sesampai di rumah, sebab yang keluar menyongsong dia adalah puteri semata wayangnya dengan memukul rebana sambil menari-nari: "...aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan
tidak dapat aku mundur." (ayat nas).
Kemenangan atas bani Amon, harus dibayar mahal: Yefta menyerahkan puterinya kepada Tuhan untuk menepati nazarnya.
Monday, November 11, 2019
Sunday, November 10, 2019
PERCAYA KRISTUS SEBAGAI RAJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2019
Baca: Lukas 23:33-43
"...ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Lukas 23:42
Ini adalah sebuah pernyataan dan sekaligus permohonan dari seorang pendosa yang mungkin saja menjadi permohonan yang terakhir sebelum ajal menjemput. Isi permohonan dari salah seorang penjahat ini kelihatannya sangat sederhana, bukan permohonan ampun kepada Tuhan atas perbuatan jahatnya, tapi ia hanya ingin diingat saja oleh Kristus bila kelak Kristus datang sebagai Raja. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas seperti penjahat ini, yang mana pada akhir hidupnya (menjelang kematian) ia bertemu dengan Kristus. Pertemuannya dengan Kristus telah mengubah masa depannya, yang sebelumnya sedang berjalan menuju kepada kebinasaan kekal, kini berubah arah menuju kepada kehidupan kekal.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena penjahat ini memiliki iman kepada Kristus. Sekalipun di depan mata ia melihat Kristus jelas-jelas dalam keadaan tak berdaya dan sedang menghadapi kematian sama seperti dirinya, tapi penjahat itu percaya dan mengakui bahwa Kristus adalah Raja, bukan orang jahat seperti dirinya. Didasari oleh iman, penjahat itu menyampaikan permohonan yang tidak muluk-muluk, ia tidak minta kedudukan yang istimewa karena pernah sama-sama disalibkan, tapi ia hanya minta agar Kristus mengingatnya... sebuah permohonan yang sederhana, namun bermuatan iman dan ketulusan hati. Karena iman penjahat itu Tuhan pun menjawab, "...sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43). Berbeda dengan penjahat yang satunya yang justru menghujat, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Lukas 23:39).
Permohonan doa yang disertai iman sanggup menggerakkan hati Tuhan! Sebab Tuhan memperhatikan sikap hati dan iman seseorang, bukan pada indahnya kalimat doa yang dipanjatkan. Sekalipun doa itu seindah puisi, tapi bila doa itu keluar dari hati yang tidak tulus dan hanya sebatas lips service, doa itu hanya akan menguap begitu saja. Oleh karena itu jangan pernah ragu untuk datang kepada Tuhan, akui setiap kesalahan dan dosa kita, sebab Dia tidak pernah menolak seorang pendosa untuk datang kepada-Nya.
"...karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Matius 9:13
Baca: Lukas 23:33-43
"...ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Lukas 23:42
Ini adalah sebuah pernyataan dan sekaligus permohonan dari seorang pendosa yang mungkin saja menjadi permohonan yang terakhir sebelum ajal menjemput. Isi permohonan dari salah seorang penjahat ini kelihatannya sangat sederhana, bukan permohonan ampun kepada Tuhan atas perbuatan jahatnya, tapi ia hanya ingin diingat saja oleh Kristus bila kelak Kristus datang sebagai Raja. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas seperti penjahat ini, yang mana pada akhir hidupnya (menjelang kematian) ia bertemu dengan Kristus. Pertemuannya dengan Kristus telah mengubah masa depannya, yang sebelumnya sedang berjalan menuju kepada kebinasaan kekal, kini berubah arah menuju kepada kehidupan kekal.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena penjahat ini memiliki iman kepada Kristus. Sekalipun di depan mata ia melihat Kristus jelas-jelas dalam keadaan tak berdaya dan sedang menghadapi kematian sama seperti dirinya, tapi penjahat itu percaya dan mengakui bahwa Kristus adalah Raja, bukan orang jahat seperti dirinya. Didasari oleh iman, penjahat itu menyampaikan permohonan yang tidak muluk-muluk, ia tidak minta kedudukan yang istimewa karena pernah sama-sama disalibkan, tapi ia hanya minta agar Kristus mengingatnya... sebuah permohonan yang sederhana, namun bermuatan iman dan ketulusan hati. Karena iman penjahat itu Tuhan pun menjawab, "...sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43). Berbeda dengan penjahat yang satunya yang justru menghujat, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Lukas 23:39).
Permohonan doa yang disertai iman sanggup menggerakkan hati Tuhan! Sebab Tuhan memperhatikan sikap hati dan iman seseorang, bukan pada indahnya kalimat doa yang dipanjatkan. Sekalipun doa itu seindah puisi, tapi bila doa itu keluar dari hati yang tidak tulus dan hanya sebatas lips service, doa itu hanya akan menguap begitu saja. Oleh karena itu jangan pernah ragu untuk datang kepada Tuhan, akui setiap kesalahan dan dosa kita, sebab Dia tidak pernah menolak seorang pendosa untuk datang kepada-Nya.
"...karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Matius 9:13
Subscribe to:
Posts (Atom)