Saturday, November 9, 2019

DALAM KELEMAHAN KUASA TUHAN NYATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2019

Baca: Yeremia 1:4-19

"Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."  Yeremia 1:6

Pada awalnya Yeremia adalah orang yang tidak percaya akan kemampuan dirinya, tak jauh berbeda dengan Musa.  Hal itu terlihat dari responsnya terhadap panggilan Tuhan, dimana ia menolak panggilan Tuhan itu dengan alasan:  "...aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."  (ayat nas).  Yeremia merasa tidak mampu, tidak fasih bicara, karena usianya masih teramat mudan dan belum berpengalaman.  

     Dalam pelayanannya Yeremia dikenal sebagai nabi peratap, yaitu nabi yang banyak menangis.  Hatinya lembut, penuh kasih dan mudah sekali tersentuh ketika melihat penderitaan umat.  Itulah sebabnya Yeremia merasa tidak sanggup untuk menjadi penyambung lidah Tuhan, yang terkadang harus berbicara keras dan tegas dalam menegur umat Israel karena dosa-dosa yang diperbuatnya.  Dalam benak Yeremia:  "Sanggupkah aku menyatakan kehendak Tuhan di hadapan umat Israel yang dikenal tegar tengkuk itu?"  Keraguan dan ketidakmampuan membayangi langkahnya.  Pernyataan Yeremia ini bukan berarti ia tidak bersedia melaksanakan tugas dari Tuhan, tapi merupakan sebuah pengakuan jujur bahwa ia mempunyai banyak kelemahan.  Tuhan tahu akan hal itu, maka berfirmanlah Ia,  "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,..."  (Yeremia 1:7-8).

     Yang Tuhan cari dalam diri Yeremia hanyalah hati seorang hamba, yang bersedia dan rela untuk melakukan apa yang diperintahkan-Nya.  Segala kelemahan dan kekurangan yang Yeremia ungkapkan bukanlah halangan bagi Tuhan untuk memakai hidupnya.  Hanya dengan jamahan tangan Tuhan segala kelemahan dan kekurangan dapat teratasi,  "...TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: 'Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.'"  (Yeremia 1:9).  Tuhan tahu bagaimana mengajar, memperlengkapi, dan memampukan kita.  Jangan jadikan  'kelemahan/kekurangan'  sebagai alasan untuk lari dari panggilan-Nya.

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."  2 Korintus 12:9

Friday, November 8, 2019

MEMPERHATIKAN PERINGATAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2019

Baca:  Filipi 2:1-11

"...janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  Filipi 2:4

Alkitab menegaskan bahwa di masa-masa akhir ini manusia memiliki kecenderungan untuk mementingkan dirinya sendiri,  "...karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12).  Kini fokus hidup manusia adalah berlomba-lomba mencari kekayaan untuk diri sendiri, mencari  'nama'  untuk diri sendiri, tak lagi peduli dengan orang lain, dan bahkan tidak lagi memperhatikan aturan atau hukum.  Kepentingan diri sendiri atau golongan sendiri saja yang diutamakan dan dikedepankan.  Hidup dalam kasih tak lagi ada dalam kamus hidup manusia masa kini!

     Rasul Paulus menasihati,  "...hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:3b, 4).  Tetapi sayang, banyak orang tak mau memperhatikan nasihat, teguran dan peringatan firman Tuhan, padahal  "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran ... membawa kepada kehidupan..."  (Amsal 15:31).  Demi mendapatkan apa yang diinginkan, mereka tidak lagi punya rasa segan, segala cara ditempuhnya... sekalipun merugikan orang lain, mereka tak ambil pusing.  Mereka berdalih bahwa hidup di zaman yang  'gila'  seperti sekarang ini kalau tidak mengikuti tren atau cara hidup orang dunia akan sulit berhasil, karena persaingan kerja dan bisnis semakin hari semakin ketat.  Jika ada orang lain yang berani menyuap oknum pejabat sebagai pelicin dan akhirnya bisnisnya berjalan lancar, mengapa kita tidak menempuh cara yang sama? 

     Firman Tuhan berkata,  "Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar."  (Keluaran 23:8).  Tuhan sangat membenci perbuatan yang demikian,  "Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang."  (Amos 5:12).

Mengorbankan orang lain demi keuntungan diri sendiri dan menempuh jalan pintas adalah dosa besar!