Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2019
Baca: Filipi 2:1-11
"...janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." Filipi 2:4
Alkitab menegaskan bahwa di masa-masa akhir ini manusia memiliki kecenderungan untuk mementingkan dirinya sendiri, "...karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12). Kini fokus hidup manusia adalah berlomba-lomba mencari kekayaan untuk diri sendiri, mencari 'nama' untuk diri sendiri, tak lagi peduli dengan orang lain, dan bahkan tidak lagi memperhatikan aturan atau hukum. Kepentingan diri sendiri atau golongan sendiri saja yang diutamakan dan dikedepankan. Hidup dalam kasih tak lagi ada dalam kamus hidup manusia masa kini!
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3b, 4). Tetapi sayang, banyak orang tak mau memperhatikan nasihat, teguran dan peringatan firman Tuhan, padahal "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran ... membawa kepada kehidupan..." (Amsal 15:31). Demi mendapatkan apa yang diinginkan, mereka tidak lagi punya rasa segan, segala cara ditempuhnya... sekalipun merugikan orang lain, mereka tak ambil pusing. Mereka berdalih bahwa hidup di zaman yang 'gila' seperti sekarang ini kalau tidak mengikuti tren atau cara hidup orang dunia akan sulit berhasil, karena persaingan kerja dan bisnis semakin hari semakin ketat. Jika ada orang lain yang berani menyuap oknum pejabat sebagai pelicin dan akhirnya bisnisnya berjalan lancar, mengapa kita tidak menempuh cara yang sama?
Firman Tuhan berkata, "Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang
melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar." (Keluaran 23:8). Tuhan sangat membenci perbuatan yang demikian, "Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah
besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima
uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang." (Amos 5:12).
Mengorbankan orang lain demi keuntungan diri sendiri dan menempuh jalan pintas adalah dosa besar!
Friday, November 8, 2019
Thursday, November 7, 2019
TERLALU PERCAYA DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2019
Baca: Matius 26:30-35
"Petrus menjawab-Nya: 'Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.'" Matius 26:33
Punya rasa percaya diri adalah sangat baik, karena itu merupakan salah satu modal penting untuk meraih keberhasilan. Namun, bila rasa percaya diri itu sangat berlebihan atau over confidence, justru sangatlah tidak baik, karena selain dapat merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan orang lain. Dalam kehidupan rohani penting sekali kita punya rasa percaya diri, artinya punya prinsip yang kokoh dalam mengiring Kristus. Jika tidak, kita akan mudah sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil. Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang over confidence dengan kehidupan rohaninya. Ini sangat berbahaya, karena ini bisa mengarah kepada kesombongan rohani.
Petrus, salah seorang murid Kristus, yang awalnya begitu menggebu-gebu serasa rela berkorban bagi Sang Guru, justru meninggalkan Kristus di saat krusial menjelang penyaliban-Nya. Sesungguhnya Kristus sudah memperingatkan, "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai." (Markus 14:27). Petrus merespons pernyataan Kristus ini dengan penuh percaya diri, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (ayat nas). Namun, Kristus tahu apa yang terjadi di depan, "...pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: 'Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.'" (Markus 14:30-31).
Pernyataan Petrus ini sepertinya menunjukkan bahwa ia begitu 'rohani', punya iman yang luar biasa, dan pendirian yang kokoh. Tetapi sesungguhnya apa yang Petrus katakan ini menunjukkan rasa percaya diri yang terlalu berlebihan, dan sesungguhnya ia sedang menonjolkan 'keakuannya', bukan menaruh keyakinan kepada Tuhan tetapi pada kekuatan dan akalnya sendiri. Banyak orang Kristen yang punya sikap seperti Petrus ini, penuh percaya diri berjanji akan mengiring Kristus dan melayani Dia, apa pun yang terjadi. Ketika ada ujian dan masalah sedikit saja mereka sudah meninggalkan ibadah dan tak lagi semangat melayani Tuhan.
Terlalu percaya diri adalah awal kesombongan! Sombong itu awal kehancuran!
Baca: Matius 26:30-35
"Petrus menjawab-Nya: 'Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.'" Matius 26:33
Punya rasa percaya diri adalah sangat baik, karena itu merupakan salah satu modal penting untuk meraih keberhasilan. Namun, bila rasa percaya diri itu sangat berlebihan atau over confidence, justru sangatlah tidak baik, karena selain dapat merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan orang lain. Dalam kehidupan rohani penting sekali kita punya rasa percaya diri, artinya punya prinsip yang kokoh dalam mengiring Kristus. Jika tidak, kita akan mudah sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil. Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang over confidence dengan kehidupan rohaninya. Ini sangat berbahaya, karena ini bisa mengarah kepada kesombongan rohani.
Petrus, salah seorang murid Kristus, yang awalnya begitu menggebu-gebu serasa rela berkorban bagi Sang Guru, justru meninggalkan Kristus di saat krusial menjelang penyaliban-Nya. Sesungguhnya Kristus sudah memperingatkan, "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai." (Markus 14:27). Petrus merespons pernyataan Kristus ini dengan penuh percaya diri, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (ayat nas). Namun, Kristus tahu apa yang terjadi di depan, "...pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: 'Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.'" (Markus 14:30-31).
Pernyataan Petrus ini sepertinya menunjukkan bahwa ia begitu 'rohani', punya iman yang luar biasa, dan pendirian yang kokoh. Tetapi sesungguhnya apa yang Petrus katakan ini menunjukkan rasa percaya diri yang terlalu berlebihan, dan sesungguhnya ia sedang menonjolkan 'keakuannya', bukan menaruh keyakinan kepada Tuhan tetapi pada kekuatan dan akalnya sendiri. Banyak orang Kristen yang punya sikap seperti Petrus ini, penuh percaya diri berjanji akan mengiring Kristus dan melayani Dia, apa pun yang terjadi. Ketika ada ujian dan masalah sedikit saja mereka sudah meninggalkan ibadah dan tak lagi semangat melayani Tuhan.
Terlalu percaya diri adalah awal kesombongan! Sombong itu awal kehancuran!
Subscribe to:
Posts (Atom)