Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2019
Baca: 1 Petrus 2:11-17
"Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan
Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana,
mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan
memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka." 1 Petrus 2:12
Sekalipun berada di tengah-tengah dunia yang begitu rusak, orang percaya dituntut untuk tetap memiliki cara hidup yang baik yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah cara untuk kita bisa menjadi saksi yang benar. Jangan sampai kita yang sudah menyandang status 'anak Tuhan' punya cara hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Bila perbuatan dan tingkah laku kita tidak jauh berbeda dengan orang dunia, mustahil kita dapat menjadi saksi Kristus yang benar. Sebaliknya, kita malah akan menjadi batu sandungan bagi mereka dan mereka pun akan menertawakan kita.
Kita diselamatkan Tuhan dengan tujuan supaya kita memberitakan perbuatan Tuhan dan menjadi saksi-Nya yang baik. Untuk menjadi saksi Kristus, tidak ada jalan lain selain harus berani membuang segala sesuatu yang 'lama' dalam hidup ini, walaupun mungkin yang lama itu menyenangkan daging. Inilah harga yang harus dibayar! Jadi, kita harus berani bertindak untuk membereskan semua yang tidak berkenan pada Tuhan, tanpa terkecuali, dan kembali kepada prinsip Alkitab. Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa kita telah mati dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Bapa (Kolose 3:3), "...Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah
kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan
hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:6-7), sebab "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14).
Membuang segala hal yang disukai bukan perkara gampang, tetapi bila kasih Kristus telah sepenuhnya menguasai hidup kita, tidak ada penderitaan seberat apa pun yang dapat menghalangi kita untuk maju bersama Kristus. Inilah yang dialami Paulus, yang tidak hanya bisa berbicara, tetapi hidupnya benar-benar menjadi saksi Kristus.
Tanpa memiliki kesaksian hidup, kita hanya akan menjadi batu sandungan!
Wednesday, November 6, 2019
Tuesday, November 5, 2019
TINDAKAN IMAN: Kunci Pemulihan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 November 2019
Baca: Markus 5:25-34; Lukas 17:11-19
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Markus 5:28
Tuhan tahu benar bahwa manusia adalah lemah, "Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Mazmur 103:14). Manusia, sekuat apa pun jasmaninya, sepintar apa pun otaknya, tetaplah terbatas. Maka dari itu Tuhan sendirilah yang menyediakan pemulihan bagi segala persoalan yang manusia hadapi. Hanya satu syarat yang Tuhan tuntut dalam diri manusia, yaitu mengimani dan menaati firman-Nya.
Ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia sudah mendengar berita-berita tentang Kristus dengan segala hal yang diperbuat-Nya; timbullah imannya, sehingga ia berani berkata, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat nas). Karena tindakan imannya ini perempuan itu pun sembuh total dari sakit pendarahannya. Begitu juga tentang kisah sepuluh orang kusta: "Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: '...Guru, kasihanilah kami!' Lalu Ia memandang mereka dan berkata: 'Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.' Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir." (Lukas 17:12-14). Mengapa Kristus tidak terlebih dahulu berkata kepada sepuluh orang kusta itu, "Sembuhlah engkau", melainkan langsung menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada para imam, padahal mereka belum mengalami jamahan tangan-Nya? Di sinilah tantangannya! Kristus tahu benar bahwa mereka perlu bertindak dengan iman, artinya mereka mau taat akan apa yang diperintahkan-Nya. Alkitab tidak mencatat bahwa orang-orang kusta itu bertanya terlebih dahulu kepada Kristus bagaimana mereka bisa menghadapi imam-imam, padahal mereka belum sembuh... sebaliknya mereka bertindak dan berjalan menghadap imam-imam, mereka taat akan perintah Tuhan, sehingga "sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir." (Lukas 17:14b).
Kita patut meneladani sikap yang diperbuat oleh perempuan yang sakit pendarahan dan juga orang-orang kusta itu, yang bertindak dengan iman. Karena tindakan imannya tersebut mereka mengalami kesembuhan dan pemulihan dari Tuhan.
Tuhan telah menyediakan berkat kesembuhan dan pemulihan, yang perlu kita lakukan adalah mengaktifkan iman dengan tindakan dan taat akan perintah-Nya!
Baca: Markus 5:25-34; Lukas 17:11-19
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Markus 5:28
Tuhan tahu benar bahwa manusia adalah lemah, "Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Mazmur 103:14). Manusia, sekuat apa pun jasmaninya, sepintar apa pun otaknya, tetaplah terbatas. Maka dari itu Tuhan sendirilah yang menyediakan pemulihan bagi segala persoalan yang manusia hadapi. Hanya satu syarat yang Tuhan tuntut dalam diri manusia, yaitu mengimani dan menaati firman-Nya.
Ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia sudah mendengar berita-berita tentang Kristus dengan segala hal yang diperbuat-Nya; timbullah imannya, sehingga ia berani berkata, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat nas). Karena tindakan imannya ini perempuan itu pun sembuh total dari sakit pendarahannya. Begitu juga tentang kisah sepuluh orang kusta: "Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: '...Guru, kasihanilah kami!' Lalu Ia memandang mereka dan berkata: 'Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.' Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir." (Lukas 17:12-14). Mengapa Kristus tidak terlebih dahulu berkata kepada sepuluh orang kusta itu, "Sembuhlah engkau", melainkan langsung menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada para imam, padahal mereka belum mengalami jamahan tangan-Nya? Di sinilah tantangannya! Kristus tahu benar bahwa mereka perlu bertindak dengan iman, artinya mereka mau taat akan apa yang diperintahkan-Nya. Alkitab tidak mencatat bahwa orang-orang kusta itu bertanya terlebih dahulu kepada Kristus bagaimana mereka bisa menghadapi imam-imam, padahal mereka belum sembuh... sebaliknya mereka bertindak dan berjalan menghadap imam-imam, mereka taat akan perintah Tuhan, sehingga "sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir." (Lukas 17:14b).
Kita patut meneladani sikap yang diperbuat oleh perempuan yang sakit pendarahan dan juga orang-orang kusta itu, yang bertindak dengan iman. Karena tindakan imannya tersebut mereka mengalami kesembuhan dan pemulihan dari Tuhan.
Tuhan telah menyediakan berkat kesembuhan dan pemulihan, yang perlu kita lakukan adalah mengaktifkan iman dengan tindakan dan taat akan perintah-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)