Sunday, October 20, 2019

JANGAN SIMPAN SAKIT HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2019

Baca:  Ayub 5:1-27

"Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati."  Ayub 5:2

Tidak semua sakit yang diderita oleh seseorang disebabkan oleh karena virus, bakteri atau pola makan yang salah, tetapi terkadang ada faktor lain yang membuat ia jatuh sakit;  salah satunya adalah karena terus menerus menyimpan sakit hati.  Betapa banyak orang memendam sakit hati dan memendamnya selama bertahun-tahun tanpa mau membereskannya.  Seorang isteri memendam sakit hati terhadap suami, anak-anak sakit hati terhadap orangtua yang telah menelantarkan hidupnya, dan sebagainya.

     Camkan baik-baik:  sakit hati tidak pernah membawa keuntungan bagi orang yang mengalaminya.  Sebaliknya, sakit hati yang terpendam justru akan melunturkan semangat dan merampas damai sejahtera di dalam hati.  Orang yang telah menyakiti kita mungkin saja tidak memikirkan apa yang telah diperbuatnya kepada kita, sementara kita yang menyimpan sakit hati semakin merana karena setiap hari kita memikirkan perbuatan orang itu.  Ada dua hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan rasa sakit hati:  1.  Buang semua sakit hati.  Jika kita sedang menyimpan sakit hati terhadap orang lain, jangan tunda-tunda waktu untuk segera membereskannya.  Datanglah di bawah kaki Tuhan, curahkan segala hal yang mengganjal di hati, kekesalan, amarah, kepahitan, kebencian dan sebagainya, biarkan Tuhan membalut luka hati kita.  "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;"  (Mazmur 147:3).

     2.  Berhati-hatilah dalam perkataan dan perbuatan.  Kalau kita tak ingin merasakan sakit hati, janganlah kita membuat gara-gara atau menjadi penyebab sakit hati bagi orang lain.  Karena itu kita harus bisa menjaga perkataan dan perbuatan kita di mana pun kita berada, sebab dari perkataan-perkataan yang tak terkontrol  (pedas, tajam, fitnah, gosip dan sebagainya)  dapat menimbulkan sakit hati dalam diri orang lain.  "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin."  (Amsal 17:27).  Begitu juga bila perbuatan kita sembrono, orang lain pun akan terkena dampaknya.  Berpikirlah 1000 kali sebelum berkata-kata dan berbuat!

Rugi besar bila kita terus menyimpan sakit hati, karena selain akan kehilangan sukacita dan damai sejahtera, doa-doa kita pun akan terhalang karenanya.

Saturday, October 19, 2019

KELEDAI JUGA BISA DIPAKAI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2019

Baca:  Bilangan 22:21-35

"Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: 'Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?' Jawabnya: 'Tidak."'  Bilangan 22:30

Keledai adalah salah satu hewan jinak yang sudah sejak lama berguna bagi kehidupan manusia:  sebagai binatang beban, sarana transportasi, penarik kereta kuda maupun pembajak di ladang.  Sesungguhnya keledai bukanlah termasuk binatang yang pintar, tetapi dalam peristiwa ini, keledai milik Bileam ini menunjukkan kepintarannya.  Itu terjadi karena Tuhan yang bekerja.  "Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"  (Bilangan 22:28).  Percakapan antara Bileam dan keledainya ini terjadi bukan hanya karena Bileam telah memukul keledainya, tetapi ada suatu maksud.  Tuhan membuka mulut keledai sehingga bisa berbicara untuk menegur dan mengingatkan Bileam atas perbuatannya yang jahat di hadapan Tuhan.

     Rasul Petrus pun mengutip peristiwa ini sebagai suatu pembelajaran bagi orang-orang yang telah meninggalkan Tuhan:  "Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu."  (2 Petrus 2:16).  Tuhan memakai seekor keledai untuk menegur dan memperingatkan Bileam, yang diminta oleh Balak  (raja Moab)  untuk mengucapkan kutuk atas bangsa Israel.  Tetapi Tuhan menegur dan memperingatkan Bileam melalui keledainya itu, sehingga akhirnya Bileam dapat berkata,  "Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan."  (Bilangan 23:26).  Dari peristiwa ini ada pelajaran berharga, yaitu bahwa Tuhan bisa memakai apa saja dan siapa saja untuk menyatakan kehendak dan rencana-Nya.  Bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil.

     Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin memakai hidup Saudara karena Saudara merasa tidak punya sesuatu yang dapat dibanggakan, tak punya apa-apa, kemampuan pun serasa tak ada.  Jangan sekali-kali menyerah pada keadaan yang membuat Saudara kehilangan kesempatan untuk maju di dalam Tuhan.

Jika Tuhan bisa memakai keledai, yang hanyalah seekor binatang, bukan perkara mustahil Tuhan dapat memakai hidup Saudara untuk menggenapi rencana-Nya!