Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2019
Baca: Kisah Para Rasul 12:20-23
"Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing." Kisah 12:23
Di zaman sekarang ini ada banyak orang yang haus akan pujian dan sanjungan dari sesamanya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di dunia luar, di kalangan umat Tuhan pun tak jauh berbeda. Betapa banyak orang Kristen yang menamakan diri 'pelayan Tuhan atau hamba Tuhan' merasa diri lebih suci atau lebih rohani. Segala sesuatu yang dilakukan selalu mengatasnamakan Tuhan, sehingga umat pun mengelu-elukan mereka dan meninggalkan mereka. Apa yang mereka katakan dianggapnya sebagai suara dari Tuhan dan apa yang diperintahkan dianggapnya sebagai perintah dari Tuhan.
Boleh saja kita mengangumi atau mengidolakan seorang hamba Tuhan atau pemimpin rohani, asalkan kita tidak memberikan pujian kepada mereka secara berlebihan, mengultuskan hamba Tuhan. Bila hamba Tuhan tersebut tidak kuat menerima pujian, ia akan cenderung lupa diri. Mereka lupa bahwa jika mereka berhasil dalam pelayanan, itu semua karena campur tangan Tuhan, kuasa Tuhan yang bekerja, dan kita ini hanyalah alat-Nya saja. Karena itu jangan sekali-kali kita memegahkan diri, merasa diri hebat, dan kemudian membusungkan dada. Herodes adalah contoh orang yang lupa diri dan gila penghormatan dari manusia, seperti dikisahkan: "Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: 'Ini suara allah dan bukan suara manusia!'" (Kisah 12:21-22). Rakyat begitu mengelu-elukan Herodes dan menganggap dia sama dengan Tuhan. Tentu saja hal ini membuat Herodes menjadi sangat tersanjung dan berbangga diri. Akibatnya sangat fatal (ayat nas).
Berbeda dengan Paulus dan Barnabas! "Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu
berseru dalam bahasa Likaonia: 'Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah
kita dalam rupa manusia.' Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara." (Kisah 14:11-12). Mendengar hal itu Paulus dan Barnabas menegur mereka, "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu." (Kisah 14:15a).
Tuhan saja yang layak dipuji dan dimuliakan, sebab semuanya berasal dari-Nya.
Wednesday, August 28, 2019
Tuesday, August 27, 2019
SERING MEREMEHKAN HAL KECIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2019
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'" 2 Raja-Raja 4:2
Adalah sifat manusia bila seringkali menganggap remeh hal-hal kecil karena dianggap kurang berarti, kurang berguna. Fokus dan perhatian manusia semata-mata tertuju kepada hal-hal yang besar. Akhirnya banyak orang menempuh jalan instan dengan menghalalkan segala cara demi menggapai hal-hal yang besar, tanpa mau berjuang dari bawah atau memulai dari hal-hal yang kecil. Perhatikan! Alkitab mencatat banyak peristiwa dahsyat terjadi dan mujizat Tuhan dinyatakan bermula dari hal-hal kecil dan sepele. Contoh: Tuhan sanggup memberi makan 5000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak, hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, yang menurut pemikiran manusia tidak ada artinya.
Ada kisah seorang wanita yang ditinggal suaminya mengalami persoalan besar karena punya hutang banyak, dan penagih hutang akan mengambil kedua anaknya untuk dijadikan budak sebagai ganti utang. Janda ini pun mengadukan permasalahan hidupnya kepada Elisa (nabi Tuhan). Bertanyalah Elisa kepada janda itu apa yang ia punyai di rumah. "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." (ayat nas). Jawaban janda ini menyiratkan bahwa ia tak punya sesuatu yang berarti, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak. Menurut pandangan manusia, minyak dalam buli-buli yang sedikit itu tak sebanding dengan besarnya masalah. Namun cara pandang Elisa berbeda, yang melihat bahwa sebuah buli-buli berisi minyak bisa menjadi sarana bagi Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar. Karena itu Elisa memberikan perintah, "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit." (2 Raja-Raja 4:3).
Banyak orang Kristen gagal karena melihat besarnya masalah, fokus pada keterbatasan. Jangan anggap remeh hal kecil! "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Matius 17:20).
Jangan batasi kuasa Tuhan dengan keterbatasan yang ada, karena Dia Mahasanggup.
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'" 2 Raja-Raja 4:2
Adalah sifat manusia bila seringkali menganggap remeh hal-hal kecil karena dianggap kurang berarti, kurang berguna. Fokus dan perhatian manusia semata-mata tertuju kepada hal-hal yang besar. Akhirnya banyak orang menempuh jalan instan dengan menghalalkan segala cara demi menggapai hal-hal yang besar, tanpa mau berjuang dari bawah atau memulai dari hal-hal yang kecil. Perhatikan! Alkitab mencatat banyak peristiwa dahsyat terjadi dan mujizat Tuhan dinyatakan bermula dari hal-hal kecil dan sepele. Contoh: Tuhan sanggup memberi makan 5000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak, hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, yang menurut pemikiran manusia tidak ada artinya.
Ada kisah seorang wanita yang ditinggal suaminya mengalami persoalan besar karena punya hutang banyak, dan penagih hutang akan mengambil kedua anaknya untuk dijadikan budak sebagai ganti utang. Janda ini pun mengadukan permasalahan hidupnya kepada Elisa (nabi Tuhan). Bertanyalah Elisa kepada janda itu apa yang ia punyai di rumah. "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." (ayat nas). Jawaban janda ini menyiratkan bahwa ia tak punya sesuatu yang berarti, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak. Menurut pandangan manusia, minyak dalam buli-buli yang sedikit itu tak sebanding dengan besarnya masalah. Namun cara pandang Elisa berbeda, yang melihat bahwa sebuah buli-buli berisi minyak bisa menjadi sarana bagi Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar. Karena itu Elisa memberikan perintah, "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit." (2 Raja-Raja 4:3).
Banyak orang Kristen gagal karena melihat besarnya masalah, fokus pada keterbatasan. Jangan anggap remeh hal kecil! "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Matius 17:20).
Jangan batasi kuasa Tuhan dengan keterbatasan yang ada, karena Dia Mahasanggup.
Subscribe to:
Posts (Atom)