Monday, August 12, 2019

SULITNYA MENEMUKAN ORANG JUJUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2019

Baca:  Mikha 7:1-6

"Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia."  Mikha 7:2a

Kalau kita mau berterus terang, di zaman seperti sekarang ini sulit rasanya mendapati orang yang benar-benar jujur.  Kata  'jujur' bisa didefinisikan:  1.  Hati yang lurus, tidak berbohong, berkata apa adanya.  2.  Tidak curang.  3.  Tulus ikhlas, tidak munafik atau bermuka dua.  Kejujuran itu lahir dari hati yang bersih, dan kemudian terefleksi melalui perkataan dan perbuatannya.  Mengapa kejujuran sulit ditemukan?  Karena kebanyakan orang lebih mementingkan diri sendiri demi memperkaya diri sendiri, dan akhirnya orang akan menghalalkan segala cara, berkata bohong, menipu, mencuri atau sebagainya.

     Mikha, utusan Tuhan, menyatakan dalam tulisannya tentang kemerosotan akhlak umat Israel.  "Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!"  (Mikha 7:2b-3).  Apa yang ditulis oleh Mikha ini tak jauh berbeda dengan keadaan manusia di masa sekarang ini.  Apa pun situasi dan keadaannya, orang percaya dituntut untuk menunjukkan kualitas hidup yang tidak terbawa oleh arus dunia ini.  Orang percaya dituntut untuk menjadi orang yang jujur di segala bidang kehidupan, sebab tanpa kejujuran tak mungkin kita akan mengalami kebahagiaan hidup.  Contoh:  bila dalam suatu keluarga, suami sudah tidak lagi berlaku jujur terhadap isteri atau sebaliknya, bisa dipastikan bahwa hubungan antar anggota keluarga akan dipenuhi dengan kecurigaan karena ada kepura-puraan atau ada sesuatu yang disembunyikan, dan tidak ada lagi kesatuan hati.  Dampaknya?  Tidak ada sukacita dan damai sejahtera.

     Orang boleh saja mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang jujur, tapi jika terhadap manusia yang kelihatan saja ia tidak bisa jujur, mustahil kalau dia bisa jujur terhadap Tuhan yang tidak dapat dilihatnya.  Salomo menasihati,  "Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ,"  (Amsal 2:20-21).

Jalan orang jujur adalah menjauhi segala jenis kejahatan  (Amsal 16:17).

Sunday, August 11, 2019

FIRMAN TUHAN LEBIH MANIS DARI MADU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2019

Baca:  Mazmur 119:97-114

"Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku."  Mazmur 119:103

Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, tapi lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.  Semua orang mengakui bahwa sejak dari zaman dahulu madu memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh manusia:  memiliki kalori gula dan dapat menyerap lemak dengan baik, memiliki sifat antibiotik sehingga dapat digunakan sebagai antiseptik alami yang dapat digunakan dan tanpa ada efek samping, dan juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga membuat tubuh kita tidak mudah terserang oleh penyakit.

     Pemazmur menyatakan bahwa firman Tuhan itu manisnya lebih daripada madu.  Hal ini menunjukkan betapa bermanfaatnya firman Tuhan bagi kehidupan orang percaya.  Firman Tuhan adalah perkataan Tuhan sendiri, dimana ada kekuatan dan kuasa yang teramat dahsyat.  Langit dan bumi dan segala isinya ini diciptakan Tuhan melalui perkataan-Nya.  Jika Tuhan yang berkata-kata atau berfirman, semuanya pasti jadi,  "...demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Oleh karena itu kita harus mengimani setiap firman Tuhan, sebab firman Tuhan adalah sumber iman.  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Seorang yang punya iman sejati takkan pernah takut dan gentar menghadapi persoalan hidup ini.

     Firman Tuhan adalah pelita hidup kita,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Di tengah dunia yang diliputi oleh kegelapan yang pekat ini kita sangat membutuhkan pelita untuk menjadi penerang bagi langkah-langkah kita, agar kita tak tersandung atau terpelecok.  Karena itu kita membutuhkan firman Tuhan setiap hari.  Semua yang ada di depan kita adalah sebuah misteri, tetapi bila kita senantiasa merenungkan firman Tuhan, kita akan dituntun kepada jalan-jalan Tuhan yang pasti.  "Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang,"  (Mazmur 119:130).

Di dalam firman Tuhan terkandung kuasa yang dahsyat!  Ia sanggup menyembuhkan, memulihkan dan menuntun kepada hidup yang berkemenangan!