Friday, August 2, 2019

ZAMAN SEKARANG: Seperti Zaman Nuh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2019

Baca:  Matius 24:37-44

"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia."  Matius 24:37

Kehidupan orang-orang di zaman Nuh adalah cerminan dari kehidupan orang-orang di masa-masa sekarang menjelang hari kedatangan Kristus kedua kalinya,  "Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia."  (Matius 24:38-39).  Pertanyaan:  mampukah kita menunjukkan kualitas hidup sama seperti Nuh di zamannya, yang sekalipun berada di antara orang-orang yang berlaku sedemikian jahatnya tidak terpengaruh dan tidak terbawa arus yang ada.  Alkitab menyatakan bahwa Nuh adalah pribadi yang hidup benar dan bergaul karib dengan Tuhan  (Kejadian 6:9).

     Adalah mudah berlaku hidup benar dan memiliki persekutuan karib dengan Tuhan bila berada dalam situasi atau keadaan yang mendukung, tanpa masalah dan tekanan.  Tetapi Nuh harus berjuang sedemikian rupa mempertahankan hidup kudus di tengah dunia yang rusak dan moral manusia yang bobrok.  "Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi."  (Kejadian 6:11-12).  Ketika diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera, Nuh taat melakukan.  Ini bukan perkara mudah, butuh pengorbanan dan keberanian untuk bertindak, karena pada waktu itu ia harus mengalami penolakan dan mungkin intimidasi dari orang-orang di sekitarnya.  Sekalipun diperingatkan bahwa bahtera dibuat dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia dari air bah, orang-orang tetap meremehkan dan tak mau peduli.

     Ketaatan adalah bukti kasih seseorang kepada Tuhan.  Karena kasih, orang akan menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidupnya dan mau melakukan yang terbaik bagi Tuhan.  Ketaatan Nuh ini menjadi sebuah teladan bagi kita.  Menjelang hari kedatangan Kristus yang semakin dekat kita diperingatkan untuk tidak sarat dengan pesta-pora, kemabukan, juga kepentingan diri sendiri.

Tanpa ketaatan dan hidup benar kita takkan masuk ke dalam bahtera keselamatan!

Thursday, August 1, 2019

KUNCI MENGALAMI PENGGENAPAN JANJI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2019

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  Yakobus 5:11

Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Tuhan  (Yohanes 1:12),  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."  (Roma 8:17).  Dengan demikian setiap kita memiliki kepastian untuk mendapatkan, mengalami dan menikmati janji-janji Tuhan sebagaimana yang difirmankan-Nya.

     Agar semua janji Tuhan bisa kita nikmati, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan:   1.  Butuh Kesabaran.  Untuk mengalami penggenapan janji Tuhan, kita harus bersabar menanti-nantikan waktu Tuhan.  Kesabaran adalah bagian dari proses ujian yang harus kita jalani, seperti seorang petani yang harus bersabar menantikan hasil panen.  "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  (Yakobus 5:7).  Mengapa banyak anak Tuhan tak mengalami janji-janji Tuhan?  Karena mereka tidak sabar.  Mereka berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, maunya saat itu juga Tuhan mengabulkan permintaannya.  Mereka tak mau menunggu lama-lama.  Di zaman sekarang ini, yang serba instan itulah yang sedang dicari.  Kita harus ingat bahwa di dalam Tuhan tidak ada istilah  'instan'.

     2.  Butuh ketekunan.  Ada tertulis:  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Hasil dari kesabaran adalah ketekunan.  Ketekunan mengajar kita untuk hidup melekat kepada Tuhan, hidup mengandalkan Tuhan dan memegang teguh setiap janji firman-Nya.  Orang yang bertekun takkan pernah menyerah pada situasi dan keadaan, sesulit apa pun.  Ada kalanya Tuhan mengijinkan masalah atau penderitaan untuk menguji kualitas hidup kita, seperti yang dialami oleh Ayub.

Sabarlah dan tetaplah bertekun, janji Tuhan pasti digenapi dalam hidup kita!