Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2019
Baca: Roma 6:1-14
"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Roma 6:14
Ketika kita masih berada di dalam kerajaan kegelapan, Iblis adalah tuan kita, karena dia raja dari kerajaan kegelapan. Tetapi sekarang kita bukan milik kerajaan kegelapan lagi, sebab "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Di dalam Kristus kita sekarang telah menjadi orang-orang merdeka, sebab kerajaan kegelapan telah terlucuti dan belenggu si Iblis telah dilepaskan. Melalui karya-Nya di atas kayu salib Kristus telah mengalahkan Iblis dan kerajaannya, seperti tertulis: "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan
menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:15), sehingga "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37).
Alkitab menyatakan bahwa Iblis adalah ilah zaman (2 Korintus 4:4), dan Kristus telah mengalahkan mereka. Iblis boleh saja memerintah dunia ini, tetapi Iblis tidak memerintah kita orang percaya, sebab Kristus telah mengalahkan mereka. Karena itu rasul Paulus menasihati kita untuk bersukacita, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Bersukacita karena apa? Pemazmur menyatakan, "Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur 118:24). Sebelum Kristus mati di atas kayu salib kita semua adalah tawanan, dan Iblis memerintah atas kita. Ini berarti dosa juga menguasai kita, yang di dalamnya termasuk sakit-penyakit, kematian, kematian rohani, kemiskinan dan segala perkara yang didatangkan oleh Iblis mencengkeram kita.
Syukur kepada Tuhan, karena Kristus, Iblis sudah bertekuk lutut. Inilah hari yang dijadikan Tuhan, hari keselamatan dan hari kemenangan, bagi kita orang percaya. Sekalipun berbagai cara dilakukan Iblis untuk mengintimidasi, melemahkan dan menghancurkan, kita tak perlu takut, sebab Tuhan sudah melepaskan kita dari kuasa dosa.
Sekarang kita bisa berkata, "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" 1 Korintus 15:55
Thursday, July 4, 2019
Wednesday, July 3, 2019
TIDAK TAAT, DITOLAK TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2019
Baca: 1 Samuel 15:1-35
"Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." 1 Samuel 15:23b
Suatu ketika Saul menerima perintah dari Tuhan untuk menyerang Amalek dan menumpas semuanya, tanpa terkecuali. "Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." (1 Samuel 15:3). Saul melakukan apa yang Tuhan perintahkan yaitu membunuh semua orang Amalek; hanya saja ia menyisakan satu orang, yaitu "Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang." (1 Samuel 15:8), "...kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu." (1 Samuel 15:9). Mereka juga menyelamatkan kambing domba dan lembu yang terbaik dengan dalih hendak dipersembahkan kepada Tuhan.
Sekalipun Saul sudah membunuh ribuan orang Amalek, tapi dengan menyelamatkan raja Agag itu artinya Saul tetap saja tidak mengindahkan perintah Tuhan, sebab Tuhan menghendaki Saul membunuh semua orang Amalek, tanpa terkecuali. Apa akibatnya jika orang tidak melakukan perintah Tuhan dengan segenap hati? Tentunya apa yang dilakukannya menjadi tidak sesuai dengan keinginan hati Tuhan, alias tidak berkenan kepada-Nya. "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (1 Samuel 15:22). Ini menunjukkan bahwa di hadapan Tuhan tidak ada istilah taat yang setengah-setengah!
Ketaatan setengah-setengah itu sama artinya melakukan tindakan kompromi. Yang Tuhan kehendaki adalah ketaatan secara total. Apa yang diperbuat Saul ini menimbulkan kemarahan Tuhan. Akibatnya? Tuhan menolak Saul menjadi raja, dan bahkan Dia merasa menyesal karena telah menjadikan Saul sebagai raja atas Israel.
Tak ingin mengalami penolakan dari Tuhan? Jadilah anak-anak yang taat.
Baca: 1 Samuel 15:1-35
"Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." 1 Samuel 15:23b
Suatu ketika Saul menerima perintah dari Tuhan untuk menyerang Amalek dan menumpas semuanya, tanpa terkecuali. "Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." (1 Samuel 15:3). Saul melakukan apa yang Tuhan perintahkan yaitu membunuh semua orang Amalek; hanya saja ia menyisakan satu orang, yaitu "Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang." (1 Samuel 15:8), "...kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu." (1 Samuel 15:9). Mereka juga menyelamatkan kambing domba dan lembu yang terbaik dengan dalih hendak dipersembahkan kepada Tuhan.
Sekalipun Saul sudah membunuh ribuan orang Amalek, tapi dengan menyelamatkan raja Agag itu artinya Saul tetap saja tidak mengindahkan perintah Tuhan, sebab Tuhan menghendaki Saul membunuh semua orang Amalek, tanpa terkecuali. Apa akibatnya jika orang tidak melakukan perintah Tuhan dengan segenap hati? Tentunya apa yang dilakukannya menjadi tidak sesuai dengan keinginan hati Tuhan, alias tidak berkenan kepada-Nya. "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (1 Samuel 15:22). Ini menunjukkan bahwa di hadapan Tuhan tidak ada istilah taat yang setengah-setengah!
Ketaatan setengah-setengah itu sama artinya melakukan tindakan kompromi. Yang Tuhan kehendaki adalah ketaatan secara total. Apa yang diperbuat Saul ini menimbulkan kemarahan Tuhan. Akibatnya? Tuhan menolak Saul menjadi raja, dan bahkan Dia merasa menyesal karena telah menjadikan Saul sebagai raja atas Israel.
Tak ingin mengalami penolakan dari Tuhan? Jadilah anak-anak yang taat.
Subscribe to:
Posts (Atom)