Saturday, June 8, 2019

MALAH MENJADI BATU SANDUNGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2019

Baca:  2 Timotius 2:14-26

"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu."  2 Timotius 2:15

Setiap orang percaya seharusnya sadar sepenuhnya bahwa ada tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada kita, karena kita ini pekerja-pekerja-Nya.  Disebut pekerja, artinya ada sesuatu yang harus kita kerjakan, bukan bermalas-malasan atau santai.  Mengapa kita harus bekerja?  Karena  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Tugas pekerja Tuhan adalah bekerja untuk memberitakan Injil dan kebenaran-Nya kepada semua orang.  Yang dimaksudkan pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang menyandang gelar sarjana Theologia, atau memegang jabatan resmi dalam keorganisasian gereja sebagai pastur, pendeta, penginjil atau para fulltimer, tapi setiap orang yang mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.

     Syarat menjadi pekerja Tuhan tidaklah mudah, ia haruslah orang yang memiliki kehidupan seperti yang Tuhan mau.  Karena itu rasul Paulus meminta Timotius untuk memberikan nasihat kepada jemaat yang dilayaninya:  "Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya."  (2 Timotius 2:14).  Rasul Paulus juga berpesan kepada Timotius:  "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni."  (2 Timotius 2:22).  Jadi, ini langkah untuk menjadi pekerja yang bisa dipakai Tuhan:  "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:21).

     Dalam praktek hidup sehari-hari banyak pekerja Tuhan yang kehidupannya malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.  Di antara pekerja Tuhan sering terjadi pertengkaran, percekcokan, fitnah, gosip atau iri hati.  Bukankah hal ini justru semakin menghalangi orang lain untuk mengenal Tuhan?

Pekerja Tuhan harus menjadi teladan, bukan malah jadi batu sandungan!

Friday, June 7, 2019

JALAN SEMPIT MENUJU BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2019

Baca:  Matius 7:12-14

"karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."  Matius 7:14

Di zaman sekarang ini kebanyakan orang lebih suka menempuh jalan yang instan untuk mencapai apa yang diinginkan.  Mereka tak mau bersusah-susah, tak mau berjuang, tak mau membayar harga, tapi berharap segala yang diingini terwujud.  "...lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;"  (Matius 7:13).  Begitu pula dalam kehidupan rohani, ada banyak orang Kristen yang hanya berfokus kepada berkat, kesembuhan, mujizat dan sebagainya.  Mereka lupa bahwa di dalam Tuhan ada satu hal yang jauh lebih penting, yaitu proses.  Kalau kita mau mengikuti prosesnya Tuhan, berkat pasti akan mengikuti hidup kita.

     Ingin menikmati berkat Tuhan dan mengalami penggenapan janji-Nya dalam hidup ini?  Buatlah keputusan dan pilihan hidup yang benar.  Ingat!  Lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kehidupan.  Mana yang Saudara pilih?  Pilihan kita hari ini akan menentukan kehidupan kita di masa yang akan datang.  Kalau sampai salah dalam menentukan pilihan hidup, akibatnya akan teramat fatal.  Alkitab menyatakan bahwa setiap orang dihadapkan pada dua pilihan:  kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk  (Ulangan 30:19).  Memang, untuk memiliki kehidupan atau berkat ada harga yang harus kita bayar:  menyalibkan segala keinginan daging, keluar dari zona nyaman.

     Sebagai orang percaya kita harus dengan sukarela mengambil keputusan mengikuti jalan Tuhan, sekalipun sesak dan sempit.  Hendaknya kita mencontoh keputusan atau pilihan hidup yang Yosua ambil:  "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  (Yosua 24:15).  Jika kita menempatkan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai yang terutama dalam hidup ini, itulah keputusan dan pilihan hidup yang benar, dan kita akan melihat kehidupan dan mengalami berkat Tuhan.  Kadangkala beberapa orang takut dan ragu untuk mengambil keputusan karena mereka terkecoh dengan dunia ini atau terbujuk oleh rayuan Iblis.

Keputusan dan pilihan hidup kita pasti benar jika kita memilih untuk mengikuti Kristus dan melayani-Nya, karena Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup!