Tuesday, June 4, 2019

HARUS BERANI MENDIDIK ANAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2019

Baca:  Amsal 13:1-25

"Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  Amsal 13:24

Jika kita perhatikan, kenakalan anak-anak di zaman ini sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.  Maraknya perkelahian antarpelajar, pacaran yang melampaui batas norma/susila, proostitusi online yang melibatkan pelajar, terjerat narkoba, persekusi siswa terhadap gurunya dan sebagainya adalah bukti nyata.

     Tentu timbul pertanyaan mengapa hal-hal semacam ini bisa terjadi?  Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab.  Pengaruh lingkungan tempat di mana tinggal atau pergaulan yang buruk:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33);  bisa juga karena orangtua yang sudah tidak dapat lagi mengatur anak-anaknya.  Alkitab juga mencatat ada anak-anak imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, yang begitu nakalnya, sampai-sampai mereka berani berbuat kurang ajar terhadap Tuhan.  Mereka berani mengambil daging persembahan untuk Tuhan:  "Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN."  (1 Samuel 2:17).  Bahkan mereka juga meniduri perempuan-perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan  (1 Samuel 2:22).  Perbuatan anak-anak imam Eli ini begitu keji di mata Tuhan.  Mengapa anak seorang imam bisa berlaku sedemikian jahatnya?  Ternyata karena imam Eli tidak mendisiplinkan anak-anaknya sedari kecil, berlaku lunak terhadap anak-anaknya, alias memanjakan mereka.  Akhirnya ketika anak-anak bertumbuh besar mereka berani melawan orangtuanya dan tidak punya rasa takut akan Tuhan.  Sungguh tragis bukan?  Seharusnya anak-anak hamba Tuhan bisa menjadi contoh buat anak-anak yang hidup di luaran, bukan malah menjadi batu sandungan atau perbincangan negatif.

     Mendisiplinkan anak sangat penting!  Menghajar anak bukan berarti kita tidak sayang kepada mereka.  Rasa sayang berlebihan terhadap anak  (memanjakan)  justru tidak mendatangkan kebaikan bagi si anak.  Selain itu Tuhan jelas memerintahkan orangtua mengajarkan firman Tuhan kepada anak, di mana saja dan kapan saja  (Ulangan 11:19).

"Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya."  Amsal 19:18

Monday, June 3, 2019

BELAJAR RENDAH HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2019

Baca:  Markus 1:1-8

"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak."  Markus 1:7

Yohanes Pembaptis adalah seorang pemberita Injil yang berpenampilan sangat sederhana tapi berani.  Dengan suara yang sangat lantang ia menyerukan pertobatan dan mengingatkan kepada semua orang bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat.  Alkitab menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis disebut sebagai pembuka jalan bagi Kristus.  Meski demikian ia sama sekali tak merasa diri sebagai orang penting atau berpengaruh.  Dengan jujur ia mengakui bahwa Kristus lebih berkuasa dari padanya  (ayat nas).  Dengan kata lain ia selalu mengarahkan orang kepada Kristus dan bukan kepada dirinya sendiri:  "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."  (Yohanes 1:29), artinya ia menunjukkan kepada semua orang siapa sebenarnya yang harus mereka ikuti dan sembah.  Hanya Kristus yang layak untuk menerima segala kemuliaan, hormat dan pujian!

     Yohanes Pembaptis sangat meninggikan Kristus dan meletakkan dirinya jauh di bawah Dia, dengan berkata bahwa  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Bahkan ia mengakui bahwa untuk membuka kasut Kristus saja ia tidaklah layak  (ayat nas).  Ini adalah pernyataan yang luar biasa!  Membuka kasut adalah tugas dari seorang hamba yang paling rendah dan terhina.  Dalam hal ini Yohanes Pembaptis menempatkan dirinya lebih rendah dari seorang hamba yang terendah sekalipun di hadapan Kristus.  Pernyataan Yohanes Pembaptis ini menjadi suatu peringatan dan teguran keras bagi orang percaya, terlebih-lebih kita yang sudah melayani pekerjaan Tuhan.  Sesungguhnya tak ada yang patut dibanggakan dari diri kita ini, selain Kristus.

     Jika saat ini kita dipercaya untuk melayani Tuhan itu bukan karena kuat dan gagah kita, tapi semata-mata karena anugerah-Nya.  Kita semua ditantang untuk mempunyai kerendahan hati seperti yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis.  Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak menganggap diri paling hebat, paling pintar, paling kaya dan sebagainya.  Betapa banyak pelayan Tuhan atau hamba Tuhan yang membusungkan dada karena merasa diri lebih rohani, lebih hebat, penuh talenta dan karunia, makin dikenal, dan dipakai Tuhan secara luar biasa.  Akhirnya diri sendiri lah yang dikedepankan.

Tuhan mengasihi orang yang rendah hati dan benci terhadap orang yang tinggi hati!