Thursday, February 14, 2019

HATI MASIH BERPAUT 'MESIR'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2019

Baca:  Kolose 3:1-17

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi,..."  Kolose 3:5

Sekalipun sudah diselamatkan Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, masih banyak orang Kristen yang berlaku seperti bangsa Israel, yang sekalipun sudah dibawa keluar dari Mesir, hati dan pikiran mereka tetap tertuju kepada Mesir.  Mereka terus membanding-bandingkan dengan keadaan saat masih berada di Mesir.  Bahkan, mereka merasa lebih suka dan nyaman berada di Mesir, yang meskipun jadi budak, tapi cukup makanan dan minuman.  Perhatikan ini!  "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih."  (Bilangan 11:5),  "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."  (Keluaran 16:3).

     Di Mesir memang ada kelimpahan, tetapi di balik kelimpahan itu mereka berada dalam penindasan dan perbudakan.  Ini berbicara tentang kehidupan orang Kristen yang masih mengutamakan hal-hal jasmaniah atau perkara-perkara duniawi.  Yang dipikirkan hanyalah isi perutnya, karena itu mereka selalu mengenang makanan di Mesir.  Firman Tuhan memperingatkan:  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).  Orang Kristen  'Mesir'  adalah orang yang masih diperbudak oleh dunia dengan segala kenyamanannya.  Mereka enggan menanggalkan kehidupan manusia lamanya.  Lebih memilih untuk hidup menuruti keinginan daging daripada tunduk pada pimpinan Roh Kudus.  Ibadah atau pelayanan dilakukan tak lebih dari sekedar rutinitas!  Pulang dari ibadah dan pelayanan tetap kembali kepada kehidupan  'Mesir'.

     Selama hidup kita masih belum sepenuhnya terlepas dari  'Mesir', sulit rasanya kita mencapai Tanah Perjanjian.  Kehidupan di dalam cengkeraman Iblis dan diperbudak olehnya.  Tanah perjanjian berbicara tentang penggenapan janji-janji Tuhan.  Karena itu milikilah komitmen untuk keluar dari  'Mesir'  yang adalah lambang dunia.

Tinggalkan segala kenyamanan dunia dan jangan hidup menurut daging, sebab hal itu hanya akan menuntun seseorang kepada kebinasaan!

Wednesday, February 13, 2019

KERINDUAN TUHAN: Umat-Nya Hidup Rukun

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2019

Baca:  Roma 15:1-13

"Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,"  Roma 15:5

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang harus hidup rukun satu sama lain.  Itulah sebabnya di setiap lingkungan di mana kita tinggal dibentuklah RT  (rukun tetangga)  dan RW  (rukun warga).  RT dan RW adalah satu bentuk organisasi masyarakat yang dibuat berdasarkan pembagian wilayah.  Tujuan dibentuknya RT dan RW adalah untuk menumbuhkan kerukunan antarwarga dalam lingkup kecil.  Mengapa kerukunan itu penting?  Sebab bila setiap warga memiliki hubungan yang dekat, saling bekerjasama dan saling tolong-menolong, terciptalah rasa tenang dan tenteram.  Dalam sila ke-3 Pancasila butir ke-6 juga ditegaskan tentang pentingnya sikap mengembangkan persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.  Ini berbicara tentang kerukunan hidup antarwarga, sekalipun kita memiliki latar belakang yang berbeda:  ras, suku, agama dan sebagainya.

     Tuhan pun tidak menghendaki orang percaya hidup dalam perpecahan dan perselisihan satu sama lain karena kita semua adalah satu dalam keluarga di dalam Kristus, warga Kerajaan Sorga  (Filipi 3:20).  Karena itu kita harus menjaga kerukunan hidup antarumat Tuhan.  Hal ini juga yang menjadi pokok doa Kristus kepada Bapa:  "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita,"  (Yohanes 17:21).  Alkitab secara jelas menyatakan bahwa kerukunan di antara jemaat Tuhan adalah sesuatu yang baik, indah, memiliki nilai istimewa di pemandangan mata Tuhan;  sesuatu yang dapat menggetarkan hati Tuhan untuk bertindak menolong dan memberikan apa yang umat-Nya perlukan.  "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.  (Matius 18:19).

     Pemazmur mengungkapkan,  "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  (Mazmur 133:1).  Di mana jemaat Tuhan hidup dalam kerukunan dan kesatuan hati, maka  "...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).

Permusuhan, pertengkaran, pertikaian, kebencian dan sakit hati di antara jemaat Tuhan hanya akan menghambat berkat-berkat Tuhan dicurahkan!