Sunday, February 10, 2019

TIDAK TAAT: Menjadi Orang Buangan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2019

Baca:  1 Tawarikh 9:1-34

"...orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."  1 Tawarikh 9:1

Bangsa Israel adalah bangsa yang paling beruntung di antara bangsa-bangsa lain, karena statusnya adalah bangsa pilihan Tuhan dan menjadi umat yang dikasihi-Nya sedemikian rupa.  Begitu luar biasanya Tuhan menuntun dan membela umat-Nya ini sehingga setiap kali mereka berperang melawan musuh, kemenangan selalu menjadi milik bangsa Israel, karena Tuhan selalu menyertai dan ada di pihak mereka.

     Namun di ayat nas tampak masa-masa kejayaan bangsa Israel hilang lenyap.  Kemegahan, kebesaran dan kejayaan di masa-masa Salomo hilang tak berbekas, tinggal puing-puing kehancuran, padahal pada waktu itu semua bangsa begitu mengagumi dan menghormatinya.  Mereka tak berdaya dan takluk di tangan orang-orang Babel.  Kerajaan Israel hancur dan semua penduduknya diangkut keluar dari Israel ke dalam pembuangan di Babel alias menjadi tawanan.  Saat itu orang-orang Israel menyandang status baru yaitu sebagai orang-orang buangan.  Tragis sekali!  Apakah kasih Tuhan sudah berubah?  Apakah mata Tuhan tidak melihat penderitaan yang mereka alami?  Bukankah Tuhan pernah berkata kepada Musa,  "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka."  (Keluaran 3:7).

     Firman Tuhan secara jelas menyatakan bahwa  "orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."  (ayat nas).  Bangsa Israel mengalami kegagalan dan dipermalukan oleh bangsa lain oleh karena mereka berlaku tidak setia kepada Tuhan.  Mereka tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, bahkan hati mereka telah berpaut kepada ilah-ilah lain.  Sesungguhnya Tuhan telah berlaku sabar terhadap mereka, tapi kesabaran Tuhan justru disalahgunakan.  Teguran dan peringatan Tuhan tak pernah dihiraukannya!  Karena ketidaksetiaannya inilah akhirnya Tuhan mengijinkan hal-hal buruk menimpa mereka sebagai bentuk hajaran.  Mereka pun dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Babel.

Tak ingin mengalami hal-hal yang buruk?  Perhatikan setiap teguran Tuhan dan taatlah!

Saturday, February 9, 2019

ADA PENYERTAAN TUHAN SAAT KITA TAAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2019

Baca:  2 Raja-Raja 18:1-8

"Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya."  2 Raja-Raja 18:1-8

Dalam situasi yang berat seperti sekarang ini tak ada jalan selain kita harus nggandol Gusti  (bahasa Jawa)  yang artinya bergantung penuh kepada Tuhan dan taat kepada kehendak-Nya.  Itulah kunci untuk mengalami perlindungan dan penyertaan Tuhan.

     Kita bisa belajar melalui Hizkia, raja Yehuda.  "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem."  (2 Raja-Raja 18:2).  Meski berusia muda Hizkia bukanlah seorang pemimpin sembarangan, ia takut akan Tuhan dan hidup benar seperti bapa leluhurnya  (Daud), terbukti ia  "... menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan."  (2 Raja-Raja 18:4).  Setiap ketaatan dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan pasti mendatangkan berkat atau upah dari Tuhan, sebaliknya  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2b).  Karena ketaatannya, Hizkia mengalami penyertaan Tuhan.

     Meski demikian bukan berarti perjalanan hidup Hizkia akan luput dari masalah atau pencobaan.  Suatu ketika Hizkia harus menghadapi ujian yang berat,  "Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya."  (2 Tawarikah 32:1).  Tuhan mengijinkan hal itu terjadi supaya Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman iman bersama Tuhan;  dan ketika mereka  "...berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa."  (2 Raja-Raja 18:6), maka apa saja yang mereka perbuat Tuhan jadikan berhasil.  Hari-hari ke depan, tantangan yang kita hadapi tidaklah semakin mudah, namun tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi lemah.

Kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mata-Nya sendiri asalkan kita tetap hidup dalam ketaatan penuh!