Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2019
Baca: Amsal 21:20-31
"Orang bijak dapat memanjat kota pahlawan-pahlawan, dan merobohkan benteng yang mereka percayai." Amsal 21:22
Orang-orang yang berhasil mewujudkan impian dalam hidup tidaklah meraihnya tanpa hambatan atau rintangan. Bahkan terkadang perjalanan yang harus ditempuh berliku-liku, penuh cadas dan mendaki. Tapi yang pasti mereka tidak pernah berhenti untuk berusaha dan berjuang. Namun kebanyakan orang menunjukkan reaksi yang negatif setiap kali diperhadapkan dengan tekanan dan tantangan yang berat: mengeluh, kecewa, frustasi dan putus asa. Mereka tak dapat melihat sedikit pun sisi positif di balik tantangan, dimana justru melalui tekanan atau tantangan sesungguhnya kita sedang dibentuk supaya menjadi pribadi yang kuat dan tangguh di segala keadaaan. Di balik besarnya tekanan atau tantangan tersimpan kesempatan yang memungkinkan kita menjadi besar!
Daud, tanpa melewati Goliat (raksasa dari Filistin), takkan terlihat dan takkan teruji kualitas hidupnya; dan ketika Daud berhasil mengalahkan raksasa itu sesungguhnya ia sedang menapaki anak tangga baru yang lebih tinggi dalam kehidupannya, sampai akhirnya Tuhan mengangkat dia menjadi raja atas Israel. Jadi, memiliki impian bukanlah menunggu sampai badai berlalu, melainkan harus berani menghadapi badai seperti burung rajawali. "Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka
segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin
itu;" (1 Samuel 17:48). Untuk dapat melihat perkara-perkara besar dari Tuhan ada harga yang harus dibayar! Perlu upaya dan usaha yang keras untuk meraihnya, sebab berkat-berkat Tuhan yang besar tersedia di tempat yang 'dalam'.
Jika menghadapi tantangan kecil saja kita sudah berkeluh kesah, bagaimana mungkin Tuhan mempercayakan berkat-berkat besar-Nya? Hanya di laut yang dalam para nelayan akan menangkap ikan-ikan besar. Tuhan memberi perintah kepada Simon Petrus: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4), dan ketika mereka taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, "...mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." (Lukas 5:6)."
Mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam." Mazmur 107:24
Monday, February 4, 2019
Sunday, February 3, 2019
MASA LALU... BIARKANLAH BERLALU (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2019
Baca: Keluaran 16:1-36
"Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." Keluaran 16:3
Sekalipun sudah dibawa keluar dari Mesir, umat Israel tetap saja menoleh ke belakang dan tak berhenti membanding-bandingkan keadaan sewaktu berada di Mesir. Padahal Tuhan sudah menyediakan suatu kehidupan yang berpengharapan di Kanaan, "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Meski demikian bayang-bayang kehidupan masa lalu di Mesir terus menghantui pikiran mereka dan mental sebagai budak tetap saja melekat, padahal mereka sudah dipilih Tuhan sebagai umat pilihan dan kesayangan-Nya. Hal itu terlihat di sepanjang perjalanan di padang gurun, mereka tak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut dan terus-menerus membanding-bandingkan saat hidup di Mesir (ayat nas).
Karena terus memberontak dan terbelenggu oleh masa lalunya di Mesir, sebagian besar umat Israel akhirnya gagal mencapai Tanah Perjanjian (Kanaan), kecuali Yosua dan Kaleb. Kegagalan mereka mencapai Tanah yang dijanjikan Tuhan itu berkenaan dengan masalah mental atau pola pikir yang belum diperbaharui. Jangan pernah menganggap remeh apa yang kita pikirkan karena hal itu akan berdampak pada setiap tindakan kita. Alam pikiran kita acapkali membawa kita pada kenyataan seperti yang kita pikirkan: baik atau tidak baik keadaannya, berkat atau kutuk. "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a).
Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan atau hal-hal yang buruk bagi kehidupan anak-anak-nya, rancangan-Nya selalu baik adanya (Yeremia 29:11). Tidak ada rencana dan rancangan Tuhan yang gagal (Ayub 42:2), namun sikap hati, pola pikir kita sendiri, dan pilihan hidup yang kita pilih yang seringkali menggagalkan rencana Tuhan digenapi di dalam hidup ini. Mulai dari sekarang lepaskan semua belenggu-belenggu masa lalu!
Di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, "...yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." 2 Korintus 5:17
Baca: Keluaran 16:1-36
"Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." Keluaran 16:3
Sekalipun sudah dibawa keluar dari Mesir, umat Israel tetap saja menoleh ke belakang dan tak berhenti membanding-bandingkan keadaan sewaktu berada di Mesir. Padahal Tuhan sudah menyediakan suatu kehidupan yang berpengharapan di Kanaan, "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Meski demikian bayang-bayang kehidupan masa lalu di Mesir terus menghantui pikiran mereka dan mental sebagai budak tetap saja melekat, padahal mereka sudah dipilih Tuhan sebagai umat pilihan dan kesayangan-Nya. Hal itu terlihat di sepanjang perjalanan di padang gurun, mereka tak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut dan terus-menerus membanding-bandingkan saat hidup di Mesir (ayat nas).
Karena terus memberontak dan terbelenggu oleh masa lalunya di Mesir, sebagian besar umat Israel akhirnya gagal mencapai Tanah Perjanjian (Kanaan), kecuali Yosua dan Kaleb. Kegagalan mereka mencapai Tanah yang dijanjikan Tuhan itu berkenaan dengan masalah mental atau pola pikir yang belum diperbaharui. Jangan pernah menganggap remeh apa yang kita pikirkan karena hal itu akan berdampak pada setiap tindakan kita. Alam pikiran kita acapkali membawa kita pada kenyataan seperti yang kita pikirkan: baik atau tidak baik keadaannya, berkat atau kutuk. "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a).
Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan atau hal-hal yang buruk bagi kehidupan anak-anak-nya, rancangan-Nya selalu baik adanya (Yeremia 29:11). Tidak ada rencana dan rancangan Tuhan yang gagal (Ayub 42:2), namun sikap hati, pola pikir kita sendiri, dan pilihan hidup yang kita pilih yang seringkali menggagalkan rencana Tuhan digenapi di dalam hidup ini. Mulai dari sekarang lepaskan semua belenggu-belenggu masa lalu!
Di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, "...yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." 2 Korintus 5:17
Subscribe to:
Posts (Atom)