Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2019
Baca: Lukas 9:57-62
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Di bawah kepemimpinan Musa bangsa Israel dituntun keluar dari perbudakannya di Mesir. Salah satu mujizat terbesar yang bangsa Israel alami selama menempuh perjalanan di padang gurun adalah ketika Tuhan membawa mereka melewati laut Teberau. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan membelah laut itu menjadi tanah kering sehingga umat Israel dapat "...berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka." (Keluaran 14:22). Setelah mereka berhasil sampai ke seberang, laut itu pun menutup kembali. "Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan
orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di
pantai laut." (Keluaran 14:30). Dengan demikian bangsa Israel tidak pernah memiliki jalan untuk kembali lagi ke Mesir.
Makna rohani di balik peristiwa ini adalah Tuhan ingin umat Israel melupakan Mesir dan fokus menatap ke depan. Tapi sayang, mereka tak sepenuhnya menutup lembaran masa lalunya, sehingga bayang-bayang kehidupan Mesir tetap saja melekat di hati dan pikiran mereka. Sekalipun secara fisik mereka sudah tidak lagi berada di Mesir, namun hati dan pikiran mereka masih berada di sana. Sekalipun Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakannya di Mesir dan menutup jalan untuk kembali ke Mesir, mereka tetap saja bermental budak. Akibatnya hampir semua orang yang keluar dari Mesir mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian.
Untuk dapat menikmati apa yang Tuhan janjikan kita harus bersedia untuk melepaskan 'jubah budak' dan mau mengenakan jubah sebagai 'anak', juga mengubah pola pikir dari status sebagai 'budak' menjadi seorang 'anak', seperti tertulis: "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:6-7). Karena itu Tuhan memperingatkan kita untuk tidak lagi menoleh ke belakang (ayat nas), kembali kepada kehidupan lama. Selama kita masih dibelenggu oleh masa lalu hidup kita, sulit rasanya untuk kita mencapai Tanah Perjanjian!
Saturday, February 2, 2019
Friday, February 1, 2019
DAMAI SEJAHTERA DI TENGAH GELORA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2019
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Dunia belum menunjukkan perubahan ke arah yang baik, malahan semakin hari semakin buruk. Goncangan di segala aspek kehidupan, pun fenomena alam yang terjadi semakin menunjukkan kesudahan alam semakin dekat. Banyak orang dihantui rasa takut, kuatir, cemas, was-was. Gelora dunia ini benar-benar merampas damai sejahtera semua orang!
Rasul Petrus mengingatkan, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7). Sebagai orang percaya, haruskah kita kehilangan damai sejahtera di tengah dunia yang sedang bergelora ini? Apa pun situasinya, tak seharusnya orang percaya kehilangan damai sejahtera. Tuhan telah berjanji: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27). Masalah, tantangan, tekanan, penderitaan dan ujian yang ada di dunia ini semestinya tak memengaruhi kita untuk tetap mengalami Kerajaan Sorga di bumi, sebab Kerajaan Sorga itu bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (ayat nas). Ingat! Dunia dan segala yang ada tak dapat memberikan jaminan kepada kita untuk memiliki damai sejahtera.
Di mana dan bagaimana kita dapat memiliki damai sejahtera? "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Dan Kristus adalah kebenaran itu sendiri: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6). Jadi kunci mengalami damai sejahtera adalah tinggal di dalam Kristus dan kebenaran-Nya. Ini berbicara tentang ketaatan! Asalkan kita hidup taat tak ada yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan karena Tuhan yang menjadi jaminan hidup kita.
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Dunia belum menunjukkan perubahan ke arah yang baik, malahan semakin hari semakin buruk. Goncangan di segala aspek kehidupan, pun fenomena alam yang terjadi semakin menunjukkan kesudahan alam semakin dekat. Banyak orang dihantui rasa takut, kuatir, cemas, was-was. Gelora dunia ini benar-benar merampas damai sejahtera semua orang!
Rasul Petrus mengingatkan, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7). Sebagai orang percaya, haruskah kita kehilangan damai sejahtera di tengah dunia yang sedang bergelora ini? Apa pun situasinya, tak seharusnya orang percaya kehilangan damai sejahtera. Tuhan telah berjanji: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27). Masalah, tantangan, tekanan, penderitaan dan ujian yang ada di dunia ini semestinya tak memengaruhi kita untuk tetap mengalami Kerajaan Sorga di bumi, sebab Kerajaan Sorga itu bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (ayat nas). Ingat! Dunia dan segala yang ada tak dapat memberikan jaminan kepada kita untuk memiliki damai sejahtera.
Di mana dan bagaimana kita dapat memiliki damai sejahtera? "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Dan Kristus adalah kebenaran itu sendiri: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6). Jadi kunci mengalami damai sejahtera adalah tinggal di dalam Kristus dan kebenaran-Nya. Ini berbicara tentang ketaatan! Asalkan kita hidup taat tak ada yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan karena Tuhan yang menjadi jaminan hidup kita.
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Subscribe to:
Posts (Atom)