Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2019
Baca: 2 Tawarikh 5:2-14
"'Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.' Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan," 2 Tawarikh 5:13b
Pembicaraan tentang Tabut Tuhan tak dapat dipisahkan dari kekudusan hidup. "Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan
haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan
dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus." (Imamat 11:44-45). Karena Tuhan adalah kudus maka Ia pun memerintahkan agar umat-Nya hidup dalam kekudusan. Inilah kunci untuk mengalami lawatan dan kehadiran Tuhan di setiap peribadatan.
Ada banyak hamba Tuhan dan pelayan Tuhan yang menganggap remeh kekudusan ini sehingga mereka melayani ibadah tanpa memiliki persiapan yang baik, asal-asalan, dan sembarangan. Melayani di rumah Tuhan itu bukanlah hal kebiasaan, punya talenta, kemampuan, atau mahir tentang pengetahuan Alkitab, namun haruslah ada kekudusan sebagai harga mati! Jika para pelayan Tuhan tidak hidup dalam kekudusan, bagaimana mungkin mereka bisa membawa jemaat bertemu Tuhan? Tertulis: "Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu
itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan
masing-masing." (2 Tawarikh 5:11). Para imam adalah orang-orang yang dipercaya untuk melayani di Bait Tuhan.
Rasul Paulus pun menasihati, "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:2). Di dalam kekudusan itulah Tuhan akan menyatakan kemuliaan dan kuasa-Nya. Tuhan memang Mahahadir (Omni Present), namun belum tentu semua orang mengalami dan merasakan kehadiran-Nya secara pribadi (Manifest Present). Adalah tragis sekali bila kita sudah berjerih lelah melayani Tuhan dan beribadah kepada-Nya tapi tidak mengalami kehadiran Tuhan secara pribadi. Ibadah yang kita lakukan akhirnya takkan lebih dari sekedar formalitas tanpa kita merasakan jamahan dan hadirat Tuhan.
Ibadah tanpa kekudusan hidup tak menghasilkan kuasa, karena Tuhan tidak hadir!
Wednesday, January 16, 2019
Tuesday, January 15, 2019
TUHAN HADIR DALAM KEMULIAAN-NYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2019
Baca: 1 Raja-Raja 8:1-13
"Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN." 1 Raja-Raja 8:10-11
Ada hal yang sangat tragis bila dalam sebuah ibadah atau pelayanan rohani Tuhan tidak hadir di tengah-tengah umat-Nya dan tidak menyatakan kemuliaan-Nya. Ketidakhadiran Tuhan ini dalam istilah bahasa Ibrani disebut ichabod, yang berarti: kemuliaan Tuhan diambil atau dirampas dari umat Tuhan.
Jika kita perhatikan, sekarang ini banyak sekali gedung gereja dibangun dengan megahnya di kota-kota besar, bahkan gedung tersebut dapat menampung jemaat yang bukan hanya ratusan, tapi ribuan. Ini berita baik! Namun jangan sampai kita hanya fokus pada kemegahan gedung gereja secara fisik semata, karena hal terpenting dan terutama adalah apakah Tuhan hadir melawat umat-Nya saat ibadah berlangsung. Apalah artinya gedung megah dengan jemaat yang jumlahnya ribuan tanpa kehadiran Tuhan di tengah-tengah jemaat? Pastilah ibadah akan terasa hambar dan tak lebih dari sekedar seremonial agamawi. Dalam perjalanan bangsa Israel, keberadaan Tabut Tuhan adalah hal terpenting. Tabut adalah kotak kayu, di dalamnya ditaruh loh-loh batu yang bertuliskan sepuluh perintah Tuhan. "Pada waktu itu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Pahatlah dua loh batu yang serupa dengan yang mula-mula, naiklah kepada-Ku ke atas gunung, dan buatlah sebuah tabut dari kayu; maka Aku akan menuliskan pada loh itu firman-firman yang ada pada loh yang mula-mula yang telah kaupecahkan itu, kemudian letakkanlah kedua loh ke dalam tabut itu." (Ulangan 10:1-2).
Tabut Tuhan menjadi barang sakral yang kerap dibawa ke mana-mana oleh bangsa Israel ketika mereka menempuh perjalanan di padang gurun. Mengapa umat Israel selalu membawa Tabut Tuhan? Karena Tabut Tuhan adalah tipologi dari kehadiran dan penyertaan Tuhan. Dimana Tuhan hadir, perkara dahsyat pasti terjadi: kemenangan, pemulihan, kesembuhan dan sukacita. Ketika Tabut Tuhan ada di tengah-tengah umat Israel, bisa dipastikan kemenangan menjadi milik mereka karena Tuhan turut bekerja. Sebaliknya ketika Tabut Tuhan tidak ada di tengah-tengah umat Israel, mereka harus terseok-seok menghadapi musuh dan berujung pada kekalahan.
Baca: 1 Raja-Raja 8:1-13
"Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN." 1 Raja-Raja 8:10-11
Ada hal yang sangat tragis bila dalam sebuah ibadah atau pelayanan rohani Tuhan tidak hadir di tengah-tengah umat-Nya dan tidak menyatakan kemuliaan-Nya. Ketidakhadiran Tuhan ini dalam istilah bahasa Ibrani disebut ichabod, yang berarti: kemuliaan Tuhan diambil atau dirampas dari umat Tuhan.
Jika kita perhatikan, sekarang ini banyak sekali gedung gereja dibangun dengan megahnya di kota-kota besar, bahkan gedung tersebut dapat menampung jemaat yang bukan hanya ratusan, tapi ribuan. Ini berita baik! Namun jangan sampai kita hanya fokus pada kemegahan gedung gereja secara fisik semata, karena hal terpenting dan terutama adalah apakah Tuhan hadir melawat umat-Nya saat ibadah berlangsung. Apalah artinya gedung megah dengan jemaat yang jumlahnya ribuan tanpa kehadiran Tuhan di tengah-tengah jemaat? Pastilah ibadah akan terasa hambar dan tak lebih dari sekedar seremonial agamawi. Dalam perjalanan bangsa Israel, keberadaan Tabut Tuhan adalah hal terpenting. Tabut adalah kotak kayu, di dalamnya ditaruh loh-loh batu yang bertuliskan sepuluh perintah Tuhan. "Pada waktu itu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Pahatlah dua loh batu yang serupa dengan yang mula-mula, naiklah kepada-Ku ke atas gunung, dan buatlah sebuah tabut dari kayu; maka Aku akan menuliskan pada loh itu firman-firman yang ada pada loh yang mula-mula yang telah kaupecahkan itu, kemudian letakkanlah kedua loh ke dalam tabut itu." (Ulangan 10:1-2).
Tabut Tuhan menjadi barang sakral yang kerap dibawa ke mana-mana oleh bangsa Israel ketika mereka menempuh perjalanan di padang gurun. Mengapa umat Israel selalu membawa Tabut Tuhan? Karena Tabut Tuhan adalah tipologi dari kehadiran dan penyertaan Tuhan. Dimana Tuhan hadir, perkara dahsyat pasti terjadi: kemenangan, pemulihan, kesembuhan dan sukacita. Ketika Tabut Tuhan ada di tengah-tengah umat Israel, bisa dipastikan kemenangan menjadi milik mereka karena Tuhan turut bekerja. Sebaliknya ketika Tabut Tuhan tidak ada di tengah-tengah umat Israel, mereka harus terseok-seok menghadapi musuh dan berujung pada kekalahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)