Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2019
Baca: Markus 4:26-29
"...seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia
bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu." Markus 4:26-27
Dalam perumpamaan ini Kristus menyatakan hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang yang menabur benih, di mana benih itu terus tumbuh, bertunas, dan berbulir. Benih yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini adalah firman Tuhan. Ada dua bagian penting yang harus menjadi perhatian kita, yaitu: 1. Peranan si penabur yang menabur benih. 2. Peranan Tuhan yang menumbuhkan benih yang ditaburkan.
Peranan dan tugas dari seorang penabur adalah menaburkan benih, di mana benih itu berasal dari Tuhan. Dengan kata lain Tuhanlah yang menyediakan benih tersebut. "Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga
yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;" (2 Korintus 9:10). Tak sepatutnya seorang hamba Tuhan, atau setiap kita yang terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, bermegah dan menyombongkan diri dalam pelayanan, dengan menganggap bahwa tuaian jiwa-jiwa itu sebagai hasil kerja keras sendiri, atau kita merasa telah berjasa besar melihat gereja mengalami pertumbuhan dari segi kuantitas. Perlu digaris bawahi bahwa seorang penabur hanya mengerjakan apa yang menjadi bagiannya saja, yaitu menabur. Bukan kita (penabur) yang membuat benih itu bisa bertumbuh! Yang menumbuhkan benih itu adalah Tuhan. Ada pun tugas kita ini hanyalah menaburkan benih di ladang yang sudah disiapkan.
Selagi masih ada kesempatan marilah kita mengerjakan pekerjaan Tuhan dengan roh yang menyala-nyala! "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah
ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." (Pengkhotbah 11:6). Karena itu milikilah ketekunan, kesabaran dan kesungguhan dalam menabur benih, sekalipun kita harus melewati panas terik dan lebatnya hujan. Tuhan sangat menghargai dan memperhitungkan setiap usaha dan jerih lelah yang kita lakukan untuk Kerajaan Sorga.
Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti beroleh kemampuan Ilahi untuk mengerjakan tugas mulia ini, yaitu bekerja di ladang Tuhan.
Friday, January 4, 2019
Thursday, January 3, 2019
RUMAH ROHANI: Jadi Reruntuhan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2019
Baca: Hagai 1:1-14
"Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri." Hagai 1:9b
Hari-hari kemarin mungkin kehidupan kita diwarnai kegagalan demi kegagalan: "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hagai 1:6). Kita gagal karena kita tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, dengan membiarkan 'rumah rohani' kita seperti reruntuhan, sehingga berkat-berkat Tuhan menjadi terhalang.
Tuhan berfirman, "Perhatikanlah keadaanmu!" (Hagai 1:5, 7). Peringatan ini Tuhan sampaikan 2x sebagai tanda bahwa hal itu sangatlah penting. Jika kita tidak segera memperhatikan keadaan kita, semakin kita akan tenggelam dalam keterpurukan. Hanya ada satu kata, yaitu berubah! Untuk melakukan perubahan dibutuhkan komitmen atau ketetapan hati. Bangsa Israel diperintahkan untuk menguatkan hati dan memiliki semangat kembali untuk membangun Bait Suci (Hagai 2:5). Kita pun harus memiliki semangat yang sama untuk membangun 'rumah rohani' kita. Sekarang ini bukan waktunya lagi mengumpulkan harta duniawi, sebab kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, melainkan kita harus berlomba-lomba mengumpulkan harta sorgawi, dan semakin giat dalam melayani Tuhan, "...giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58).
Bekerja membangun 'rumah rohani' adalah hal yang mutlak! "...bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam," (Hagai 2:5). Jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal (diberkati Tuhan) kita harus mau bekerja keras bagi Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang utama. Membangun 'rumah rohani' juga tak dapat dipisahkan dari kekudusan, sebab Tuhan tidak ingin Bait-Nya dicemari dengan segala kecemaran, karena "...TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus;" (Mazmur 11:4a), sebab tanpa kekudusan kita takkan melihat Tuhan (Ibrani 12:14b).
Jadikan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini dan layani Dia dengan segenap hati kita; jika Tuhan disenangkan, niscaya berkat-Nya pasti mengalir atas kita!
Baca: Hagai 1:1-14
"Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri." Hagai 1:9b
Hari-hari kemarin mungkin kehidupan kita diwarnai kegagalan demi kegagalan: "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hagai 1:6). Kita gagal karena kita tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, dengan membiarkan 'rumah rohani' kita seperti reruntuhan, sehingga berkat-berkat Tuhan menjadi terhalang.
Tuhan berfirman, "Perhatikanlah keadaanmu!" (Hagai 1:5, 7). Peringatan ini Tuhan sampaikan 2x sebagai tanda bahwa hal itu sangatlah penting. Jika kita tidak segera memperhatikan keadaan kita, semakin kita akan tenggelam dalam keterpurukan. Hanya ada satu kata, yaitu berubah! Untuk melakukan perubahan dibutuhkan komitmen atau ketetapan hati. Bangsa Israel diperintahkan untuk menguatkan hati dan memiliki semangat kembali untuk membangun Bait Suci (Hagai 2:5). Kita pun harus memiliki semangat yang sama untuk membangun 'rumah rohani' kita. Sekarang ini bukan waktunya lagi mengumpulkan harta duniawi, sebab kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, melainkan kita harus berlomba-lomba mengumpulkan harta sorgawi, dan semakin giat dalam melayani Tuhan, "...giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58).
Bekerja membangun 'rumah rohani' adalah hal yang mutlak! "...bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam," (Hagai 2:5). Jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal (diberkati Tuhan) kita harus mau bekerja keras bagi Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang utama. Membangun 'rumah rohani' juga tak dapat dipisahkan dari kekudusan, sebab Tuhan tidak ingin Bait-Nya dicemari dengan segala kecemaran, karena "...TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus;" (Mazmur 11:4a), sebab tanpa kekudusan kita takkan melihat Tuhan (Ibrani 12:14b).
Jadikan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini dan layani Dia dengan segenap hati kita; jika Tuhan disenangkan, niscaya berkat-Nya pasti mengalir atas kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)