Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2018
Baca: Mazmur 22:1-32
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." Mazmur 22:2
Dalam perjalanan hidup ini adakalanya kita merasa bahwa Tuhan terasa jauh dan seolah-olah meninggalkan kita sendirian. Kita berseru-seru kepada-Nya meminta pertolongan, tapi seolah-olah seruan kita terhalau angin lalu. Tuhan serasa diam saja, tak bergeming sedikit pun dan membiarkan kita begitu saja. Daud juga pernah mengalami dan merasakan hal yang sama, di mana Tuhan serasa berada jauh dari kehidupannya. Ayat nas di atas tentunya juga akan mengingatkan kita akan apa yang Kristus alami saat Ia berada di puncak penderitaan-Nya di atas kayu salib. Kristus berseru, "'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Itulah sebabnya Mazmur 22 ini sering disebut 'mazmur salib' atau mazmur yang menubuatkan penderitaan Kristus di kayu salib.
Dalam situasi seperti ini kita seringkali terjebak dalam pemikiran yang salah! Saat semuanya seperti tidak ada harapan, kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada. Kalau Tuhan itu ada pasti Dia akan menolong kita. Namun apa buktinya? Tidak ada pertolongan dari Tuhan. Ketika pertolongan dan mujizat yang kita harapkan sepertinya tidak terjadi, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan itu ada dan tetap ada! Karena "Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya;
pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan
berakhir." (Daniel 6:27). Kita juga sering beranggapan bahwa Tuhan tidak pernah peduli atas hidup kita sehingga kita dibiarkan hidup menderita. Pemazmur jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak terlelap dan tidak tertidur, "Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." (Mazmur 121:5).
Sekalipun sepertinya Tuhan berada di tempat yang teramat jauh dan seolah-olah Ia tidak melakukan apa-apa untuk kita, jangan sekali-kali kita kecewa dan marah kepada Tuhan. Marilah kita belajar memahami kehendak Tuhan, karena apa yang kita kehendaki itu belum tentu menjadi kehendak-Nya, dan waktu kita juga bukanlah waktu-Nya, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Thursday, December 6, 2018
Wednesday, December 5, 2018
TEKANAN HIDUP MENDATANGKAN KEBAIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2018
Baca: Mazmur 43:1-5
"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" Mazmur 43:5
Semua orang pasti pernah mengalami tekanan dalam hidupnya. Tekanan hidup dapat terjadi karena banyak faktor, seperti masalah yang datang bertubi-tubi, sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh, krisis keuangan dalam keluarga, di PHK dari pekerjaan, studi gagal, ditinggalkan oleh orang yang terkasih, dan masih banyak lagi. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:" (Pengkhotbah 6:1). Setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda ketika menghadapi tekanan hidup. Ada yang tak berhenti mengeluh sehingga keadaannya semakin terpuruk dan makin frustasi. Tetapi tidak sedikit dari mereka yang tetap kuat dan tegar.
Tekanan adalah salah satu cara yang terkadang Tuhan pakai untuk pendewasaan rohani, agar kita bisa lebih kuat dan tidak manja. Selama ini mungkin kita terlena dengan zona nyaman, sehingga begitu tekanan datang kita langsung oleng atau kehilangan keseimbangan. Bersyukurlah jika kita berada dalam tekanan karena hal ini membawa kita kepada pengalaman hidup yang baru. Jika alur kehidupan kita datar-datar saja, tak ada tantangan, pastilah sangat membosankan. Jadi, ambillah sisi positif dari setiap tekanan yang kita alami. Tekanan membuat kita semakin menyadari keterbatasan kita dan mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Tuhan.
Camkan ini! Pelaut yang handal tidak terbentuk melalui ombak yang tenang, melainkan oleh ganasnya ombak dan gelombang yang dahsyat. Karakter asli seseorang tidak keluar saat semuanya baik-baik saja. Saat tekanan datang di situlah akan terlihat kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Namun pemazmur dapat mengambil sisi positif dari tekanan hidup yang dialaminya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71). Percayalah bahwa tidak ada masalah atau tekanan yang terjadi dalam hidup orang percaya di luar kendali Tuhan, sebab dalam segala perkara Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Filipi 4:13
Baca: Mazmur 43:1-5
"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" Mazmur 43:5
Semua orang pasti pernah mengalami tekanan dalam hidupnya. Tekanan hidup dapat terjadi karena banyak faktor, seperti masalah yang datang bertubi-tubi, sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh, krisis keuangan dalam keluarga, di PHK dari pekerjaan, studi gagal, ditinggalkan oleh orang yang terkasih, dan masih banyak lagi. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:" (Pengkhotbah 6:1). Setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda ketika menghadapi tekanan hidup. Ada yang tak berhenti mengeluh sehingga keadaannya semakin terpuruk dan makin frustasi. Tetapi tidak sedikit dari mereka yang tetap kuat dan tegar.
Tekanan adalah salah satu cara yang terkadang Tuhan pakai untuk pendewasaan rohani, agar kita bisa lebih kuat dan tidak manja. Selama ini mungkin kita terlena dengan zona nyaman, sehingga begitu tekanan datang kita langsung oleng atau kehilangan keseimbangan. Bersyukurlah jika kita berada dalam tekanan karena hal ini membawa kita kepada pengalaman hidup yang baru. Jika alur kehidupan kita datar-datar saja, tak ada tantangan, pastilah sangat membosankan. Jadi, ambillah sisi positif dari setiap tekanan yang kita alami. Tekanan membuat kita semakin menyadari keterbatasan kita dan mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Tuhan.
Camkan ini! Pelaut yang handal tidak terbentuk melalui ombak yang tenang, melainkan oleh ganasnya ombak dan gelombang yang dahsyat. Karakter asli seseorang tidak keluar saat semuanya baik-baik saja. Saat tekanan datang di situlah akan terlihat kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Namun pemazmur dapat mengambil sisi positif dari tekanan hidup yang dialaminya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71). Percayalah bahwa tidak ada masalah atau tekanan yang terjadi dalam hidup orang percaya di luar kendali Tuhan, sebab dalam segala perkara Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Filipi 4:13
Subscribe to:
Posts (Atom)